Ditengah Hanifa mengobrol bersama umi, tiba-tiba munculah sosok dari balik pintu dapur.
"Umi, bahan dapur udah pada menipis," ujar seorang laki-laki yang per perawakan tinggi, kulit putih, dan sangat tampan.
"Oh iya nak, umi belum belanja bulan ini,"ujar umi sambil memerhatikan anaknya.
"Anak?"tanya Hanifa, dengan ketidak sadarannya.
"Iya, dia itu anak umi yang baru pulang dari Mesir kemaren,"jawab umi sambil tersenyum ke arah Hanifa.
"Maaf umi, Hanifa lancang bertanya,"ucap Hanifa karena merasa tak enak, telah menyela percakapan ibu dan anak tersebut.
"Namanya Ilham,"ujar umi, karena melihat Hanifa yang kebingungan.
"Oh iya ilham,kamu mau kan bantu umi?"tanya umi kepada Gus Ilham.
"Bantu apa to mi?"ujar Gus Ilham kembali bertanya kepada uminya.
’Oo, namanya gus Ilham,berarti yang kemaren aku tabrak gus dong,waduh mati aku,kalau gusnya dendam ni,’batin Hanifa.
"Temenin Hanifa ke pasar, Hanifa mau kan bantuin umi belanja ke pasar, soalnya rematik umi lagi kambuh" Ujar umi sambil bertanya ke Hanifa.
’aduh gimana ni, mau nolak gak enak, tapi kalau pergi nanti gimana ya!’monolog Hanifa dalam hati
"Iya umi, Hanifa mau,"jawab Hanifa dengan ragu.
" Yaudah sekalian kamu bawa Fatimah ya Ilham!"ujar umi kepada gus Ilham.
Oh ya author lupa, gus Ilham itu 2 bersaudara, gus Ilham sebagai anak pertama dan Fatimah zuhra anak bungsu dari umi dan kiyai, yang baru berumur 5 tahun.
"Baik umi,"jawab Gus Ilham.
Flas back
Mereka sudah di mobil, tidak ada yang bersuara selain ning kecil yang menyanyi-nyanyi ria.
"Di sini senang di sana senang di mana-mana hatiku senang"nyanyi ning Fatimah.
"Lah, kok pada diem?"tanya ning Fatimah karena melihat abang nya dan mbak santri hanya diam dari tadi.
"Endak kok dek, kan abang lagi fokus nyetir, nanti kalau bicara gak bisa fokus nyetir dong,"jawab Gus Ilham kepada adik nya.
"Oo,"ujar ning Fatimah sambil mengangguk-ngangukan kepalanya.
Setelah itu hanya ada keheningan di dalam mobil, karena ning Fatimah yang tertidur di dalam pangkuan Hanifa.
10 menit kemudian sampai lah mereka di pasar yang agak jauh dari pesantren.
"Ayo,"ajak gus ilham sambil melepas sabuk pengamannya.
"Gus, ning Fatimah tidur,"ujar Hanifa dengan keberanian yang telah dikumpulkannya.
" O yasudah kalau begitu, bias Fatimah saya yang gendong,"ujar gus Ilham sambil meralih ke jok belakang karena Hanifa dan ning Fatimah duduk di jok belakang.
"Enggeh gus," Jawab Hanifa dengan gemetar.
"Kenapa kamu gemetar?"tanya gus ilham yang terheran-heran dengan sikap mbak santri yang satu ini.
"Endak gus"jawab Hanifa dengan pandangan yang selalu menunduk.
"Ya sudah kalau begitu, kamu ikuti saya,"suruh gus ilham sambil mengambil alih ning Fatimah dari Hanifa, dan menggendongnya.
"Ngeh gus,"jawab Hanifa dengan sopan.
Mereka pun mulai menulusuri jalan-jalan di pasar, mulai dari pasar ikan, pasar sayur, dan bumbu-bumbu untuk memasak. Di tengah memilih bumbu-bumbu tiba-tiba ning Fatimah terbangun.
"Udah sampai ya bang?"tanya Fatimah kepada abang nya.
" Udah dek, malahan hampir selesai,"ujar gus Ilham kepada adek nya.
Ditengah memilih-milih bumbu, pedagang itu bertanya.
"Ustad nikah muda ya?anak nya imut banget ustad, istri nya pun gelis pisan,"tanya perdangan tersebut, sambil membungkus belanjaan mereka.
"Hah,"kaget gus Ilham dan Hanifa bebarengan.
"Endak kok, ini adik saya, yang itu mbak khodamat,"jawab gus ilham sambil menunjuk Hanifa.
"Udah selesai semuanya?"tanya gus, jawab Hanifa dengan pandangan yang masih menunduk.
"Tapi cocok loh ustad, yang satu ganteng yang satu cantik, cocok pisan ey,"canda pedagang tersebut.
"Kalau sudah semua, kita pamit ya kang," Ucap gus ilham dengan sopan.
"Iya, Hati-hati ustad,"ucap pedangang tersebut kepada gus Ilham.
Di perjalanan pulang, tak sengaja ning Fatimah melihat penjual eskrim.
"Abang, mau eskrim,"rengek ning Fatimah kepada abangnya.
"Gak boleh makan es krim pagi-pagi dek, nanti sakit perut,"ujar ning Ilham kepada adik nya.
Bukan ning Fatimah namanya kalau gak bisa bujukin abang ters
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Ngeselin Itu Gus Ku
Teen Fictionseorang remaja yang sedang menuntut ilmu di pondon pesatren talabul ilmi, yang dikenal pandai dan humoris yang membenci atau kesel kepada kang santri yang ternyata gusnya, seperti apa kelanjutan kisah satri yang dikenal dengan nama Hanifa, ikutin te...