chapter six

389 53 1
                                    

Cahaya matahari mengintip melalui celah tirai yang tak tertutup sempurna.

Dua orang pemuda masih bergelung nyaman dibalik selimut yang kusut.

Salah satu pemuda bergerak tak nyaman, punggung polosnya terasa panas tersentuh cahaya matahari yang mulai meninggi.

Matanya terbuka perlahan, menatap sekelilingnya dengan linglung. Baju berserakan, beberapa bantal dan guling terlempar keatas lantai.

Juga, seseorang yang memeluk dirinya dengan erat dibalik selimut.

Pipi Taeyong memerah parah.

Hari ini tepat sebulan mereka mulai berkencan, dan tentu saja bukan pagi pertama pula ia bangun dalam keadaan begini.

Namun tetap saja, ia masih belum terbiasa.

"Kau sudah bangun?"

Suara serak Johny menyapa telinganya. Taeyong berbalik dan menemukan pemuda itu tersenyum sambil mengelus rambutnya lembut.

"Morning kiss."

Taeyong tertawa kecil dan memukul bibir tipis itu dengan tangannya.

"Mandi sana. Aku harus segera pulang sebelum Doyoung kembali mengomel kenapa aku tidak pulang semalaman."

Johny berdecak. "Kenapa kau tidak jujur saja kalau habis bermalam denganku? Cepat atau lambat dia harus tau bahwa aku adalah kekasihmum"

Taeyong kembali memukul pria itu, "berhenti bicara omong kosong." Ia berjalan ke arah kamar mandi dengan tubuh polosnya.

Sebulan mereka berkencan dan rasa malu sudah sirna dari diri Taeyong.

Ia tak peduli dengan siulan menggoda kekasihnya ketika tubuh polosnya terpampang jelas.

.
.

"Kau dari mana?" Baru saja ia membuka pintu kamarnya, namun suara Doyoung telah menunggunya di atas kasur.

"Pagi Doyoungie!" Ia berusaha menyapa seceria mungkin, enggan diinterogasi lebih jauh oleh si pemuda Kim.

"Kali ini apalagi alasanmu?" Doyoung bersidekap. Matanya menyorot dingin Taeyong yang salah tingkah.

"Akhir-akhir ini kau lebih sering bermalam diluar bahkan mematikan ponselmu. Apa yang kau lakukan diluar sana?"

Taeyong tidak menjawab, ia merasa tidak enak pada Doyoung karena terus-terusan membohongi pria itu.

"D-Doyoungie"

"Apa kau sudah berubah menjadi jalang?"

"KIM DOYOUNG!!"

Jujur saja, ia tak oernah menyangka kalimat itu akan keluar dari mulut Doyoung.

Ia- merasa sakit hati.

Bagaimana mungkin Doyoung berani berkata seperti itu padanya?

Sedang Doyoung tersenyum sinis, ia menarik tangan Taeyong kasar dan melemparnya kearah ranjang.

"Doyoung, apa yang kau lakukan?"

Pemuda itu tidak menjawab melainkan merangkak kearah Taeyong yang kini terpojok. Dengan kasar menarik kaus pemuda Lee itu, memperlihatkan ruam merah di tulang selangkanya.

"Lihat dirimu. Benar-benar jalang." Doyoung berdesis, hatinya terasa panas mengetahui orang yang dicintainya melakukan hal sejauh ini dengan orang lain.

Ia telah dibutakan oleh amarah sehingga memaksa Taeyong.

Doyoung berusaha melepas pakaian Taeyong yang memberontak, menarik wajah pemuda dibawahnya untuk dicium.

A Boy Named Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang