13

594 64 10
                                    


Waktu libur anggota Shinsengumi kini sudah berakhir. Mereka kembali berpatroli di wilayah Edo. Begitu pula Hijikata yang berpatroli di wilayah Kabukichou.

"Toshi, dua hari kemarin kau tidak kemana-mana?" Kondou bertanya sembari menyiapkan mobil patroli, hari ini Hijikata berpatroli dengan Sougo. "Tidak, kenapa memangnya?" Hijikata menjawab dengan rokok yang terselip dibibirnya. "Hei, apa kau tidak kencan dengan Yorozuya? Dia pasti merindukanmu kan?" Kondou memiringkan kepala.

"Dia pasti sibuk juga dengan pekerjaannya, aku tak mau mengganggu" Hijikata sebenarnya juga merindukan Gintoki, tapi entah kenapa ia masih memikirkan masalah Takasugi Shinsuke. "Oh, baiklah sekarang kau harus berpatroli. Kuserahkan Sougo padamu" Kondou menepuk bahu Hijikata. "Aku tak peduli soal anak itu, dia pasti menggangguku terus."

"Hijikata-san, ingin ku tembak?" Sougo mengacungkan bazooka nya didepan wajah Hijikata. "Oi teme!! Jangan main-main kau!" Hijikata bersiap-siap memegang katananya. "Haha, bercanda" Sougo menyeringai horor bak psikopat. "Awas kau! Cepat masuk ke mobil!" Perintah Hijikata. "Hai, hai. Akan kubunuh kau dijalan saat kau menyetir, xixixi." Sougo kini benar-benar seperti psikopat dan Hijikata hanya bisa menahan kesal, yang sabar ya mas Hiji.

~~

Sudah tiga hari sang pemimpin Yorozuya itu muntah-muntah, Shinpachi dan Kagura yang selalu khawatir akan kondisinya memaksa Gintoki pergi ke rumah sakit. Tapi tetap ditolak oleh Gintoki. Hanya masuk angin, pikirnya.

"Gin-chan, kalau kau punya penyakit ceritakan pada kami-aru" Kagura menunjuk hidung Gintoki sembari mengemut Sukonbu. "Iya Gin-san, tidak mungkin itu hanya masuk angin, kan? Apa kau punya maag?" Shinpachi mengepalkan kedua tangannya.

"Tidak, aku tidak punya penyakit apapun. Biarkan saja muntah-muntah ini reda sendiri, paling hanya sebentar" Gintoki setia membaca Jump sambil tiduran disofa panjangnya. "Makanya itu ayo ke rumah sakit! Bagaimana kalau kau punya penyakit?!" Shinpachi berteriak keras, membuat Gintoki menaruh Jump nya.

"Kalau itu mau kalian, baiklah ayo ke rumah sakit. Akan ku buktikan bahwa aku tak punya penyakit apapun, dan ini hanya masuk angin biasa" Gintoki berdiri menantang Shinpachi dan Kagura. "Ano, Gin-san kok hawanya seperti pertandingan aja?" Shinpachi bertanya dengan wajah datar. "Biar mirip di anime-anime action dan sport gitu" Gintoki mengerucutkan bibirnya, padahal hawanya lagi seru-seru tapi dihancurkan oleh Megane sialan itu.

"Janee darou! Ayo ke rumah sakit!" Shinpachi menarik sebelah tangan Gintoki dan berlari, disusul Kagura dibelakang.

"Sakata-san hanya mengalami masuk angin. Mungkin dia kedinginan sejak kemarin jadi banyak angin dingin yang masuk ke dalam tubuhnya, apakah benar Sakata-san tidak dirumah sejak kemarin?" Seorang dokter perempuan menyebutkan bahwa Gintoki hanya masuk angin biasa. "Ma-masuk angin?! Tapi kenapa sampai tiga hari? Dan kenapa Gin-san muntah-muntah juga? Memangnya masuk angin bisa membuat orang muntah-muntah selama itu?" Shinpachi menyela, ucapan dokter itu terdengar tidak masuk akal.

"Ah mungkin memang Sakata-san terlalu banyak makan, perutnya mungkin juga terasa tidak enak" Dokter itu tersenyum penuh makna. Shinpachi dan Kagura mencurigai dokter tersebut. "Nah kan, sudah kubilang ini hanya masuk angin. Kalian ini keras kepala sekali" Gintoki melipatkan kedua tangannya di dada.

"So-souka..kalau begitu terima kasih sudah memeriksa Gin-san, sensei" Shinpachi membungkukkan badan. Mereka bertiga keluar dari ruang pasien.

"Apa aku hampir ketahuan? Untung saja aku tak bilang yang sebenarnya" Dokter itu melepas pakaian yang melekat di tubuhnya, ternyata ia seorang penyamar. "Fiuh, kerja bagus Matako. Aku tadi ingin melihat Kagura-chan dari dekat" Asisten dokter tersebut juga melepaskan pakaiannya.

"Dasar lolicon! Ngomong-ngomong Takechi-senpai, apa tidak apa-apa kalau kita menyembunyikan yang sebenarnya? Entah kenapa aku jadi agak khawatir dengan Shiroyasha itu, dia tak tahu kalau sedang mengandung" Penyamar bernama Matako itu keluar dari ruang pasien. "Lolicon janai, Feminist da. Lagipula ini perintah Shinsuke kan? Mau bagaimana lagi" Ternyata mereka berdua adalah anggota Kiheitai sekaligus anak buah Takasugi Shinsuke.

"Hm aku tak bisa membayangkan kalau Shiroyasha akan keguguran nantinya. Usia kandungannya baru berjalan dua minggu, walaupun aku tak pernah hamil tapi kan aku wanita" Matako yang biasanya cuek pada sekitar kini raut wajahnya terlihat merasa bersalah. "He? Dua minggu? Tapi dia muntah-muntahnya baru tiga hari kan?" Takechi mengerutkan alisnya.

"Entahlah, mungkin sebenarnya dia memang sudah mual dan muntah sebelum tiga hari itu tapi dia merahasiakannya" Matako menghela napas. "Ya sudah, ayo kita segera kembali ke Shinsuke-sama" Matako dan Takechi bersiap-siap kabur dari rumah sakit tanpa diketahui siapapun.

~~

"Jadi, bagaimana dengan keadaan Gintoki?" Takasugi menghirup pipa rokoknya, ia berdiri di dalam markas Kiheitai yang berada di Edo. "Gomen, Shinsuke-sama nampaknya Shiroyasha telah mengandung anak dari Hijikata Toshirou, usia kandungannya berjalan dua minggu" Matako melaporkan hasil laporan yang ia terima saat menyamar di rumah sakit beberapa saat yang lalu. 

"Apa?! Gintoki mengandung? Ku kira ia hanya sakit biasa. Apa kau serius, Matako? Dia kan laki-laki! Takasugi menajamkan matanya, dia murka sekaligus terkejut. "Menurut hasil yang kami periksa di rumah sakit memang begitu, Shinsuke-sama" Matako menunduk, takut dengan tatapan tajam Takasugi. "Ya, Matako tidak berbohong Shinsuke" Takechi ikut membenarkan.

"Saa, apa aku harus menggugurkan anak itu? Sudah cukup aku tidak terima Gintoki dijebol oleh Hijikata, sekarang ia hamil anak Hijikata?! Aku akan melakukan sesuatu pada anak yang dikandung Gintoki tanpa membuat Gintoki terluka" Gigi Takasugi menggertak. Aura di dalam markas Kiheitai itu menjadi gelap dan suram, anak buah Takasugi hanya bisa membatu.

"Gin-san, kok wajah dokter dan asistennya tadi tidak asing ya? Aku rasa aku pernah melihatnya" Shinpachi bertanya pada bos nya itu. Mereka bertiga sudah kembali ke kediaman Yorozuya. "Betul-aru, aku juga pernah melihatnya" Kagura ikut dalam pembicaraan. "Mungkin itu hanya perasaan kalian saja, kalian terlalu mencurigainya" Gintoki kembali membaca Jump nya.

"Tapi sayang sekali ya Gin-chan hanya masuk angin, padahal aku berharap Gin-chan punya dedek bayi-aru" Kagura mengerucutkan bibirnya sebal. "Oi Kagura, darimana kau tahu soal begituan hah?!" Ekspresi Gintoki saat ini kesal dan malu, ia menutup wajahnya dengan Jump yang sedang dibaca olehnya.

"Hm, kau tak perlu tahu Gin-chan. Tapi apa Gin-chan tidak mau punya dedek bayi-aru ka?" Sepertinya Kagura kebelet kepengen dapet ponakan. "Kagura! Aku menikah saja belum, kenapa kau membahas anak sih?!" Urat kesabaran Gintoki sudah putus, ia bangkit dari tidurannya di sofa. "Kan kau sudah menjalin hubungan dengan Toshi-aru" Wajah Kagura bertambah muram.

"Sudah ya, kau tak perlu membahas tentang dedek bayi apalah itu. Aku mau baca Jump dengan tenang!" Gintoki kembali tiduran dan membaca Jump dengan tenang, seolah percakapan barusan hanya makhluk ghoib yang numpang lewat.

"Ano, kok jadi hening begini" Shinpachi cuma bisa gelagapan sendiri.


TBC


Kayaknya bakal ada yg tempur nih😆🤭

Seme Or Uke? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang