10. Kamu Sempurna Untukku

6.3K 858 320
                                    

Haiii ... selamat malam. Semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta.

Happy reading ...

🍀🍀🍀

Song : Perfect – Ed Sheeran

I found a love for me
Darling, just dive right in
And follow my lead
Well, I found a girl, beautiful and sweet
I never knew you were the someone waiting for me

🍀🍀🍀

London masih belum sadar hingga keesokan harinya. Colin resah, Bunda resah dan seluruh keluarga resah. Bahkan Mama Sekar tidak bisa makan dan hanya menangis terus. Papa Noel yang akhirnya menyuapi Mama.

Untungnya Dokter Bryan Dimitri yang menangani London sudah beberapa kali datang dan berkata, "London itu nggak koma kok, Tante. Dia hanya masih berada di bawah pengaruh obat bius aja."

"Kok lama ya, Dokter?" Suara Mama Sekar masih bergetar karena kebanyakan nangis. "Anak saya nggak akan meninggal kan?"

"Tiap orang kan memiliki daya tahan yang berbeda terhadap obat bius. London salah satu orang yang nggak tahan obat bius. London pasti nggak kuat minum minuman keras kan?"

"Iya Bry, Sofia gampang banget mabuk," jawab Colin pelan, masih menggenggam erat tangan London.

"Nah jadi Tante dan seluruh keluarga nggak usah khawatir ya. London cuma tidur dan dia nggak akan meninggal. Kamu juga Lin, jangan sampe sakit. Makan! Aku nggak mau ada tambahan pasien dari keluarga The Angels dan lagian aku akan terus di sini kok sampe London bangun."

Begitu Bryan pergi, Ayah datang bersama Papa Or dan Papa Bima. Mereka mengatakan bahwa Ivan Ranggana sedang diproses polisi sedangkan Ditya Wijaya masih dicari. Selain polisi, Denny dan anak buahnya juga sedang melacak keberadaan perempuan itu.

Ayah bilang dia malah lebih yakin kalo Denny dan timnya yang akan lebih dulu menemukan Ditya Wijaya. "Apa yang dilakukan bajingan itu sampai menantuku separah ini?!" Ayah menatap nanar London yang terbaring lemah di atas tempat tidur.

Mendengar pertanyaan Ayah, Mama Sekar malah nangis lagi dalam pelukan Papa Noel. Bunda yang mendekati Ayah dan mengelus punggungnya.

"Yang paling parah sih paha kirinya ditusuk gunting, Yah dan Sofia dibanting juga ditinju."

"Kondisinya?"

"Kata Dokter Bryan, Sofia nggak koma, Yah. Dia cuma tidur."

Papa Orlando sampai bergidik melihat sosok London yang babak belur lalu menggelengkan kepalanya. "Menurut Denny, Ivan akan dikenai pasal perencanaan pembunuhan dan penganiayaan, Ben."

"Bagus! Aku nggak mau dia lolos. Perempuan itu adalah kaki tangan Ivan dan aku mau dia juga dikeluarkan dari IDI. Dia tidak akan bisa jadi dokter lagi selama hidupnya!"

Colin sudah tidak fokus dengan pembicaraan orangtuanya. Matanya hanya tertuju pada London yang bernafas pendek-pendek. Selama hidupnya dia baru merasakan ketakutan seperti ini. Dia bahkan tidak berani beranjak dari sisi London. Dia takut London akan meninggalkannya bila dia melepaskan tangan London.

Bahkan ketika malam menjelang, Bunda yang akhirnya menyuapinya makan tapi Colin tetap tidak mau beranjak, bahkan untuk ke kamar mandi sekalipun. Colin sudah sangat lelah tapi rasanya berat untuk beranjak sebelum dia melihat London bangun dari tidurnya.

"Sayang ... bangun dong. Abang takut kamu pergi dari Abang," desisnya sambil memeluk erat tubuh London. Rasanya Colin sudah tidak sanggup lagi menangis karena menangis bisa membuat nafasnya sesak dan kepalanya sakit. Dia tidak mau sakit. Dia mau dalam kondisi sehat untuk mengurus London.

Colin: My Love Is For London (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang