Reminisce

1.5K 99 4
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto


Characters: Namikaze Minato (28), Hatake Kakashi (16)
Pairing: Slight KakaRin, hints of MinaKaka
Rate: T

.

.

.

Minato selalu tahu bahwa hari ini akan datang kembali untuk menghantuinya. Untuk yang kedua kalinya, ia menerima lembar aplikasi yang tertulis rapi tanpa koreksi sedikitpun, dengan garis-garis tegas, diakhiri tanda tangan si pemohon di bagian akhir.

Dengan hormat,
Kakashi Hatake.

Minato tergoda untuk membakar habis tanpa sisa lembar permohonan itu atau melenyapkannya dengan jutsu dimensi lain sehingga tidak seorang pun bisa menemukannya. Tapi Kakashi hanya akan menulisnya lagi. Dengan tulisan tpi tanpa koreksi yang sama, garis-garis tegas yang sama, tanda tangan yang sama.

ANBU tentu saja akan menyambut muridnya dengan tangan terbuka. Kalau saja lima tahun lalu Minato tidak menegaskan kepada mereka bahwa tidak ada seorang pun yang boleh mendekati murid-muridnya untuk direkrut, Kakashi akan menghabiskan masa remajanya menjadi salah satu wajah tanpa nama dibalik topeng.

Apa masker saja tidak cukup? Minato berpendapat Kakashi tidak membutuhkan tambahan satu persona lagi dalam serume nya.

Namun sang Jounin muda sudah membuat keputusan. Akan sulit bagi Minato untuk mengubah pikirannya, tapi setidaknya ia bisa mencoba. Jadi sepulang kerja, Minato memutuskan untuk mengunjungi apartemen Kakashi.

Setelah mengetuk pintu beberapa kali, ia harus menunggu cukup lama sampai akhirnya Kakashi membukakan pintu.

"Sensei?" Kakashi segera mempersilahkan Minato masuk. Semua lampu di apartemennya menyala dan Minato bisa melihat tumpukan pakaian serta peralatan kotor disudut ruangan.

"Kau baru saja pulang? Apa aku menganggu?"

"Ah, tidak sama sekali... Hanya saja.." Kakashi mengangkat segulung perban bersih yang ada ditangannya. Ia menunjukkan kombinasi ekspresi antara putus asa, malu dan sedikit memohon. Sebelum Minato datang, Kakashi sedang berusaha membalut luka goresan memanjang yang ada di lengan kirinya. Hasilnya?

Tidak bagus.

Minato tersenyum, meraih perban yang ada di tangan Kakashi kemudian mengisyaratkan agar mereka berdua duduk berhadapan di ujung tempat tidur.

"Maaf Sensei... Biasanya Rin yang membantuku untuk hal-hal seperti ini." Kakashi menundukkan wajahnya yang memerah. Minato sungguh tidak keberatan tentu saja. Lagipula, setelah hari yang panjang, bisa melihat wajah tanpa masker yang tersipu malu dihadapannya saat ini sudah cukup untuk menghiburnya.

"Aku yakin dia pasti mengajarkan satu dua hal kepadamu."

Kakashi tertawa, "ya, hanya saja-"

Ia tidak mungkin menceritakan kepada Sensei-nya bahwa setiap kali Rin mencoba mengajarinya cara membalut luka dengan benar, matanya dan mata Obito akan kehilangan konsentrasi untuk tidak menangkap pemandangan sempurna yang ada di hadapan mereka. Pandangan mata Rin yang begitu lembut, namun fokus, bibirnya yang tipis kadang dia mengigitnya jika sedang berkonsentrasi penuh membuatnya terlihat lucu dan tangan mungilnya yang bergerak cepat namun hati-hati. Kemudian setelah selesai , mata Rin yang besar dan hangat akan menghilang di balik senyuman manis sebelum ia memberikan sebuah kecupan dipipi atau kening Kakashi.

"Selamat datang. Aku senang kau kembali dengan selamat."

Kakashi sangat merindukan Rin yang seperti itu.

EssenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang