Partition

1.6K 113 1
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Characters: Namikaze Minato (28), Hatake Kakashi (16).
Pairing: None
Rate: T

.

.

AU/AT. Versi saya dari perpisahan Minato, Kushina, dan Kakashi di malam penyerangan Kyuubi

.

.

.

"Hei, kita membutuhkanmu disini!"

Seruan geram penuh amarah itu berlaku begitu saja bagaikan hembusan angin malam yang beku, menggelitik telinga siapapun yang mendengarnya.

"Kakashi!"

Lagi, untuk yang sekian kalinya Shinobi berambut pirang dengan bandana di kepalanya berteriak marah dan lagi, untuk yang kedua kalinya, sang remaja berambut keperakan benar-benar mengacuhkan teriakan rekannya.

"Keegoisan muncul disaat yang tidak tepat, dasar bocah!"

Si Shinobi, Shiranui Genma, kembali menggeram, menahan hasrat tak tertahankan untuk mematahkan senbon yang terkulum di mulutnya menjadi dua bagian.

Rasa frustasi pengawal pribadi Yondaime itu sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuannya untuk mengkordinir gerakan rekan-rekannya dalam kekacauan yang ada. Rubah brengsek berekor sembilan itu harus memilih waktu di tengah malam untuk menampakkan diri dan menyerang Konoha. Lebih lagi, Jounin muda kurang ajar yang seharusnya membantunya malah pergi meninggalkan parameter tanpa satu patah kata pun penjelasan dan itu membuat agitasi Genma semakin menjadi-jadi.

Tidak biasanya Kakashi bersikap seperti itu.

Tidak biasanya.

Namun, jika menyangkut dirinya, rasanya Genma bisa mengerti.

Sungguh ia bisa mengerti.

Jika Genma mendengar Sensei-nya akan menggunakan jutsu terlarang untuk menghentikan Rubah brengsek, mungkin ia juga akan berlari menuju sisinya.

Mungkin, dengan sedikit waktu dan pilihan yang tersisa, ia bisa mengubah pikiran gurunya.

Mungkin, ia masih sempat mengucapkan selamat tinggal.

Mungkin.

Genma menunduk, tersenyum getir sembari menghindari bongkahan batu besar yang melayang kearahnya.

Siapa yang menciptakan kata itu?

Sungguh tidak berguna.

Debris entah dari mana yang mengakibatkan lula-luka kecil di sekujur tubuhnya mengingatkan Genma bahwa ia sekarang tengah berada di tengah medan pertempuran, bukan diatas tempat tidurnya, memandang langit-langit kamar dan menerawang masa depan yang tidak pernah ada.

.

.

.

Didetik yang sama, Kakashi terus bergerak mengarungi reruntuhan dan puing-puing yang dalam beberapa jam yang lalu masih menjadi bagian dari desanya.

Ia memilih untuk mengacuhkan teriakkan Genma,

Ia harus pergi.

Ya, Kakashi merasa ia harus pergi.

Ke tempat dirinya berada.

Ia tak seharusnya melakukan ini. Ia seharusnya tetap berada di posnya membantu Genma dan yang lain tapi ia tidak bisa mencegah hasratnya lagi. Ambi valensi perasaan yang berkecamuk dalam dirinya tidak dapat mencegah Kakashi untuk segera berlari ke sisinya. Walaupun Kakashi tahu jika ia melakukan hal itu, akan menjadi lebih berat baginya.

EssenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang