01; nostalgic

28 10 5
                                    

Selasa, 4 Juli 2023

Aku sedang berjalan dipinggiran kota sambil menenteng beberapa paperbag berisi buku-buku yang baru saja ku beli beberapa saat lalu di toko buku. Jalanan basah akhir-akhir ini karena hujan yang tak henti-hentinya mengguyur kota.

Kurasakan rintik hujan kembali turun setelah reda beberapa saat, sudah ku duga ini akan terjadi lagi, jadi cepat-cepat ku ambil payung kecil dari dalam tas yang sengaja ku bawa untuk jaga-jaga lalu membuka payung tersebut untuk melindungi tubuhku dari rintikan hujan.

Kurasakan rintik hujan kembali turun setelah reda beberapa saat, sudah ku duga ini akan terjadi lagi, jadi cepat-cepat ku ambil payung kecil dari dalam tas yang sengaja ku bawa untuk jaga-jaga lalu membuka payung tersebut untuk melindungi tubuhku ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ku hentikan langkahku saat tiba di pinggir trotar, menunggu untuk menyeberang. Aku melirik jam tanganku sekilas, sudah jam 9 ternyata. Aku kembali melayangkan pandanganku ke depan dan pandanganku tidak sengaja terpaku pada sesosok pria tinggi bersurai coklat yang juga tengah menunggu untuk menyeberang diseberang jalan, aku menatapnya lamat-lamat, seperti tak asing.

Rambu lalu lintas berubah dari hijau menjadi merah, kendaraan berhenti dengan tertibnya dan orang-orang mulai melangkah untuk menyeberang ke depan sedangkan aku masih terdiam kaku disisi trotoar. Ku lihat sosok pria itu juga ikut menyeberang, jadi, ku beranikan diri untuk berjalan mendekat dan—ya kami berpapasan, aku benar-benar terkejut saat melihat sosok pria itu dari dekat dan sedikit membuang pandangan, berharap dia tidak melihat.

Park Jisung? Itu kamu kan?

Aku sudah diseberang jalan sekarang, masih tidak percaya dengan apa yang barusan ku lihat. Dan akhirnya aku kembali menolehkan pandanganku ke belakang, ternyata benar dia Jisung-ku, dia sudah kembali ternyata? Dan syukurlah dia tidak melihatku.

Kapan dia kembali?

Bagaimana kabarnya sekarang?

Apa dia sudah memiliki pacar dan melupakanku?

Beberapa pertanyaan muncul begitu saja memenuhi pikiranku. Ternyata begini rasanya melepas rindu yang sudah lama tertahan walau hanya sepihak.

——•••——

Hujan turun semakin deras saat aku memasuki apartemen pribadiku. Ku baringkan tubuhku diatas tempat tidur, mencoba mengistirahatkan raga dan pikiranku sejenak, tapi bayang-bayang tentang Jisung masih memenuhi segenap pikiranku.

Jadi, ku putuskan untuk beranjak ke meja belajar, membuka satu laci di meja belajarku yang sudah lama ku kunci rapat, disana ku lihat banyak sekali tumpukkan surat, sudah lama dan lusuh.
Ku ambil salah satu tumpukan surat itu lalu membaca isinya.

[Seoul, 24 Oktober 2019

Kutinggalkan jejak tinta hitam di atas kertas berbalut perasaan.

Selamat pagi buat kamu gadis manis bersurai hitam sekelam malam tapi selalu terbayang dikhayalan.

Gimana kabar?

Baik? Sakit? Atau alfa?

Ah, jangan sakit apalagi alfa, nanti aku cemas.

Apa menu sarapanmu pagi ini? Menu makan siangmu? makan malammu? ayo ceritakan! aku ingin tau.

Bagaimana dengan lagu kesukaanmu?

Ahh aku terlalu ingin tau banyak hal tentangmu.

Sudah dulu, nanti ku sambung kapan-kapan.

Jaga kesehatan.

Dari Park Jisung untuk Lee Hana.]

Aku tersenyum pedih, memoriku tentang pria ini kembali terulang dipikiran.

Malam, tolong sampaikan padanya aku rindu.

Aku kembali merebahkan badanku diatas tempat tidur. Nyaman tapi sedikit sesak. Aku masih melamun memikirkan kejadian di trotoar tadi hingga ponselku berdering membuyarkan lamunanku seketika.

Ku ambil ponselku yang terletak di atas nakas samping tempat tidur. Ku lihat dari balik layar menampilkan ada satu pesan dari Jaemin, sahabatku sejak SMA.
"Udah pulang?" Ketiknya dari salah satu aplikasi chat. "Udah" Jawabku singkat, lalu kembali meletakkan ponselku di atas nakas, mensenyapkan bunyi notifikasi, karena jujur saja aku sedang tidak ingin diganggu sekarang.

Aku ingin memberitau Jaemin tentang ini, tapi sepertinya ini bukan saat yang tepat.

Baiklah sudah ku putuskan, mari ku ajak kalian bernostalgia.

Akan ku ceritakan sedikit kisahku dengan anak laki-laki aneh yang sok mengerti sastra, pintar tapi tak pernah belajar bernama Park Jisung beberapa tahun silam.



—tbc.

•••—tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Serenity | Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang