Pagi hari mulai terasa, udara hangat khas pagi hari mulai membangunkan kehidupan di kota Tokyo. Burung-burung mulai mengepakkan sayap mereka untuk mencari makan atau sekedar bernyanyi di antara tiang-tiang listrik dan pohon.
Di sebuah apartemen sederhana, lebih tepatnya di sebuah kamar yang di huni oleh dua pemuda nampak masih enggan membuka mata. Yang berambut cokelat masih setia membenamkan wajahnya di ceruk leher pemuda berambut biru yang ada di dekapannya.
Dengkuran halus terdengar dari si surai cokelat yang mana menjadi melodi tersendiri untuk si surai biru. Hal itu mungkin akan berlangsung sama siang jika saja suara alarm tak membangunkan keduanya.
Mahiru adalah yang pertama bangun, dia menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Kuro seraya duduk di kasur. Masih berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih melayang.
Iris cokelatnya menatap sayu pemuda yang masih tertidur. Tak lama kemudian melirik ke arah alarm yang masih berbunyi.
Saturday, 21 Mei xxxx
06.45Masih terlalu pagi untuk bangun di akhir pekan, ditambah sekolah juga libur membuat hasrat ingin kembali tidur tak bisa di tahan. Mahiru menguap sekali, kembali merebahkan dirinya di dekat Kuro dan tanpa sadar memeluk kembali pemuda vampire tersebut.
"Mahiru, ayo bangun"
"Enghh.. "
Tangan Kuro terangkat dan mengelus surai cokelat Eve-nya, sesekali menggosokkan wajahnya disana.
Tak biasanya Mahiru akan bangun siang, dia biasanya akan segera bangun untuk mandi dan membuat sarapan untuk mereka. Walaupun itu di weekend sekalipun.
Kuro menguap sekali sebelum berusaha bangun dari rebahnya. Berat tubuh Mahiru ia topang sekuat tenaga mengingat sang Eve yang masih memeluk dirinya tanpa sadar.
"Bangun" Suaranya memang terdengar malas dan datar namun tersirat nada perintah lemah dalam ucapannya.
Mahiru menggeram sejenak, dia kemudian menjauh dari Kuro dan kembali mengumpulkan nyawanya. Kuro hanya diam dan bergerak terlebih dahulu. Si surai biru mengambil handuk yang ada dan segera keluar menuju kamar mandi yang ada di sebelah dapur.
Meninggalkan Mahiru yang hanya menatapnya dengan pandangan bingung serta heran.
****
Wajah yang tadinya kuyu kini mulai nampak segar, lengan baju panjang di gulung hingga siku, apron putih melilit pinggangnya dengan cantik. Beberapa bahan masakan sudah ada di hadapannya. Tangan cekatan miliknya dengan lihai mulai memotong beberapa sayuran dan meracik bumbu.
Pintu di sebelah kulkas terbuka dan menampakkan Kuro yang sudah segar dengan handuk di lehernya. Ujung handuk ia gunakan untuk menyeka air yang masih menetes dari rambutnya. Tatapan mata datarnya tertuju pada Mahiru yang masih fokus memasak di hadapannya.
Entah mengapa melihat Mahiru dalam apron itu sedikit lucu atau mungkin imut? Mungkin sebab itu lah Sakuya selalu mendekati Mahiru yang juga membuat Kuro terbakar api cemburu.
Langkah kaki ia bawa mendekat tanpa sadar mengangkat tangannya dan mulai memeluk tubuh yang lebih kecil darinya itu. Di sesapnya aroma tubuh Mahiru yang entah sejak kapan sudah membuatnya candu.
Mahiru sendiri sudah terlalu biasa dengan hal itu jadinya dia hanya diam dan tak berkomentar. Suara ketel air terdengar lirih, memberi tanda bahwa air yang di rebus telah mendidih dan siap untuk di gunakan.
Mahiru mengambil dua buah gelas, menaruh daun teh dan memberi sedikit gula. Baru lah ketel tadi ia angkat dan menuangkan air panas ke gelas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cat's Contract ☑
RomanceSikap Kuro aneh akhir-akhir ini. Dia seperti menghindari Mahiru yang notabene nya adalah Eve-nya. Dia lebih sering menyendiri dan berkeliaran di sekitar apartemen daripada diam bermalas-malasan di apartemen. Tentu hal itu membuat Mahiru heran, tak...