Matahari sudah berada di puncaknya, rasa panas yang menyengat sangat terasa di kulit dua remaja yang sedang berjalan bersama dua peliharaan mereka.
"Sebenarnya kita mau kemana" Ucapan datar tanpa tanda tanya itu keluar dari mulut Kuroo yang sejak tadi bertengger di bahu kanan Mahiru.
Pemuda bersurai cokelat itu sendiri masih fokus dengan jalan yang ada.
"Ah! Bisa kah kita membeli es krim dulu?" Rubah berekor dua itu memanjat ke atas kepala Mahiru.
Ekor lebatnya berkibas dan membuat wujud Kuroo yang sebagai kucing terjatuh dari bahu sang Eve.
"Es krim?" Beo Mahiru seraya melirik ke segala penjuru mencari stan es krim yang ada.
"Sou, Berukia pernah bilang kalau es krim itu unik~" Dengan nada melakonis sang bungsu servamp itu bercerita dengan semangat.
Perjalan kembali mereka lanjut, sesekali juga mencari kesana kemari kedai es krim yang ada dengan Mahiru yang setia mendengarkan celotehan Tsubaki tentang es krim.
"Ne ne Mahiru-kun belikan aku es krim~ aku ingin makan itu~ aku ingin merasakan sensasi dingin yang seperti di Kutub Selatan" Rengek Tsubaki seraya mencakar pelan kepala Mahiru. Terbayang di dalam benaknya saat ia akan memakan satu mangkuk es krim dan merasakan dingin bak di Kutub Selatan.
"Tak mungkin akan sedingin itu lah" Cibir Sakuya yang kini berganti menggendong Kuro.
Rubah berekor dua itu menoleh ke samping dengan wajah kesal, ekornya berkibas cepat tanda tak mau lagi mendengar bualan pemuda bersurai hijau tersebut.
"Sakuya diam saja! Yang akan memakannya kan aku kenapa harus Sakuya yang cerewet" Cibirnya balik lalu menjulurkan sedikit lidahnya ke arah Sakuya. Seolah mengejek pemuda itu.
Terlihat jelas di dahi pemuda berambut hijau tersebut dan beberapa perempatan merah disana. Tangannya yang tak menggendong Kuro mengepalkan tangannya.
"Berisik! Dasar rubah jadi-jadian!" Tangannya sudah hampir mencapai ekor menggembung tersebut namun Mahiru sudah terlebih dahulu melindungi Tsubaki dan malah mendelik tajam ke arah Sakuya.
"Mau apa kau hah?!" Tanya Mahiru dengan nada sarkas. Tatapannya menatap tajam dua makhluk yang ada di belakangnya.
Entah hanya Sakuya saja yang merasakannya atau Kuro juga tapi bagi mereka tatapan Mahiru seolah mengisyaratkan seperti 'Mau kau apakan anakku hah?! Kalian ingin kulempar karena menyentuh anakku?!'
Ya kira-kira seperti itu lah yang dapat keduanya simpulkan dari tatapan Mahiru.
Mereka kembali berjalan kali ini memasuki sebuah cafe es krim yang letaknya ada di seberang taman. Tsubaki dengan mulus melompat turun dari bahu Mahiru dan segera merubah dirinya dengan cepat begitu pula dengan Kuro yang sejak tadi ada di gendongan Sakuya.
Setelah mencari tempat duduk yang sekiranya pas untuk mereka, Sakuya segera memanggil pelayan untuk meminta buku menu.
"Kalian pesan yang apa?" Tanya Mahiru memandang ketiga orang yang masih melihat-lihat daftar menu tersebut.
"Aku mau yang tiga rasa sepertinya itu akan enak~" Pesan Tsubaki seraya menunjuk ke stiker dinding yang ada di belakang Mahiru dengan raut senang.
"Lalu apa gunanya kau membaca buku menu" Bisik Mahiru dengan wajah sweatdrop. Dia kemudian ikut memesan salah satu rasa kesukaannya.
"Mahiru, kau akan memesan apa?" Tanya Kuro yang ada di sebelah Mahiru. Mata cokelat milik Mahiru melirik pemuda bersurai biru sejenak lalu menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cat's Contract ☑
RomansaSikap Kuro aneh akhir-akhir ini. Dia seperti menghindari Mahiru yang notabene nya adalah Eve-nya. Dia lebih sering menyendiri dan berkeliaran di sekitar apartemen daripada diam bermalas-malasan di apartemen. Tentu hal itu membuat Mahiru heran, tak...