*** ***
2017
Kim Goeun membuka matanya perlahan dengan tangisan yang terhenti barang sesaat. Pandangannya mengarah kedepan, memandangi tempat yang sempat pria itu pijak sebelum semuanya berakhir dengan kekosongan.
Ia kembali menangis sebab ketika matanya terbuka, kehangatan sesaat itu menghilang. Goeun bertanya pada dirinya sendiri, apa kehadiran pria tersebut hanyalah sebuah ilusi semata? Apa kesedihan telah membuatnya berhalusinasi?
Semua persepsinyaㅡ tentang dirinya yang berhalusinasiㅡ hancur saat melihat sebuah payung tergeletak dalam kondisi terbuka di sebelahnya. Payung yang Lee Minho pakai, payung yang pria itu gunakan untuk melindunginya dari hujan nan lebat. Goeun sadar, beberapa menit yang ia lalui tadi bukanlah sebuah fatamorgana. Semua itu nyata, mulai dari kedatangan sampai pelukan.
"Kemana kau pergi? Kenapa aku tidak bisa melihat kepergianmu?"
*** ***
2016
Minho membuka matanya perlahan. Rasa sesak di dada membuat belah bibirnya mengeluarkan air laut yang asin. Baik mata dan hidung, dua inderanya terasa sangat perih. Pemandangan pertama yang ia lihat saat matanya terbuka sedikit adalah langit nan biru yang dimana ada beberapa burung camar terbang. Tidak seperti kali pertama dan kedua, kali ini ia sudah terbiasa dengan perubahan waktu yang tiba-tiba, yang kian hari terasa semakin cepat berotasi.
PUGH!
"Bodoh!" Pupilnya membesar tatkala pandangannya menangkap sosok Goeun dengan kondisi yang sama dengannyaㅡ sama-sama basah kuyup. Wanita yang tengah menampakkan wajah khawatirnya ini berhasil membuat banyak kembang api meledak di hatinya. Ia senang karena ketika matanya terbuka Goeun berada disisinya, namun merasa bersalah karena di waktu sebelumnya ia pergi tanpa pamit.
"Bagaimana kau bisa ada disini?" Minho mengeluarkan sebuah pertanyaan dari bibirnya dengan intonasi yang lembut.
"Kenapa kau menanyakan sesuatu yang sama? Sudah kukatakan jika aku menggunakanㅡ" tidak bisa ditutupi, Minho memang kerap kali tak bisa menahan diri jika berhadapan dengan Goeun. Banyak hal yang ingin ia lakukan, seperti berpegangan tangan, berpelukan, sampai dengan melakukan sebuah ciuman.
"Menggunakan?" Ia mengulang kata terakhir yang keluar dari bibir Goeun. Jarak antara kedua wajah mereka sangatlah dekat, membuat Minho dapat melakukan pemindaian kecil terhadap wajah cantik wanita yang ia cintai.
"Meng... menggunakan pintu ajaib paman Gobㅡ" tanpa menunggu Goeun selesai bicara, ia membungkam bibir si wanita dengan bibirnya. Diawali dengan kecupan ringan yang perlahan mulai berubah menjadi lumatan panas penuh dengan gairah yang bercampur dengan kerinduan.
Minho menghentikan ciumannya. Ujung hidung keduanya saling bertemu pun napas terengah berpadu dengan deburan ombak menghiasi pendengaran keduanya. Mata mereka saling mengunci pandangan satu sama lain. Semakin lama, Minho semakin sadar jika wanita dihadapannya sekarang adalah Kim Goeun dari waktu yang sama dengannya. Tatapan itu... tatapan yang Goeun pancarkan adalah tatapan pencarian yang penuh dengan kerinduan.
"Aku merindukanmu," tangan besarnya menangkup pipi kanan Goeun pun ibu jarinya mulai mengusap perlahan.
"Akhirnya aku menemukanmu," ujarnya sekali lagi yang seketika sukses membuat mata Goeun berair. Jemari kecilnya mulai meremas jari-jari milik Minho yang saat ini tengah berada di pipinya.
"Aku juga merindukanmu, sangat," lirihnya. Dan setelah itu, sebelum keduanya sempat mengutarakan isi hatiㅡ mengatakan hal yang melebihi kata rinduㅡ Kim Goeun menghilang.
*** ***