23. Her Wish

74.3K 9.7K 308
                                    

Arjen menatap putrinya heran ketika Sona tiba-tiba saja mengajaknya pergi ke festival. Festival Alterion yang diadakan setiap tahunnya selama dua minggu penuh. Ini baru hari pertama, tapi Sona sudah merengek dan mengajaknya kesana.

Sejujurnya Arjen sangat khawatir dengan keadaan Sona. Ia sadar kalau akhir-akhir ini terlalu sibuk dan tak bisa bertemu putrinya setiap hari seperti dulu. Apalagi saat Sona tiba-tiba pingsan di aula pesta. Meski ia tak tahu apa yang menyebabkan hingga putrinya merasa shock seperti itu bahkan terbawa hingga mimpi buruk. Yang lebih buruknya Sona selalu mengigau dan bangun terisak ketakutan saat malam, sehingga mengharuskannya untuk tak membiarkan Sona tidur sendirian. Jadi dia membicarakannya pada kedua putranya untuk bergantian tidur bersama Sona.

Sona yang biasanya ceria juga entah mengapa tiba-tiba berubah murung. Mungkin karena perdebatannya dengan gadis sialan itu. Anak dari Viscount Lavaric, yang bahkan tak Arjen ingat namanya. Ada perasaan aneh menyelip di dadanya ketika melihat gadis itu, itu perasaan yang tak menyenangkan baginya sehingga membuatnya harus hati-hati.

Ini pertama kalinya bagi Arjen, orang terkuat di Alterion tanpa sadar merasa waspada terhadap seseorang, terlebih lagi ia hanya seorang gadis yang seumuran Genta. Tapi tetap saja, instingnya mengatakan kalau anak itu berbahaya. Karena itu dia berusaha membujuk Sona dan menanyakan apa yang terjadi sehingga ia shock dan pingsan.

Tapi sayangnya Sona tak menjawab pertanyaannya. Ia melihat kegelisahan dan ketakutan dimata putrinya setiap kali ia membicarakan masalah itu. Jadi, mau tak mau Arjen berhenti mengusiknya, berharap putrinya akan mau menceritakannya atas kemauannya sendiri padanya.

"Apa tidak boleh?" Wajah Sona kembali cemberut. Padahal ia ingin sekali pergi ke festival di dunia ini. Dia sangat ingin keluar dari istana ini sekali saja, karena keinginannya untuk lari dari istana ini rasanya sudah memudar. Jadi setidaknya ia harus mengunjungi luar istana karena ia berubah pikiran dan tak jadi lari.

Dahi Arjen mengernyit, mencoba berhenti dari pikiran-pikirsn rumitnya, kemudian menatap Sona dengan senyum kecil.

"Kau benar-benar ingin pergi?" Tanyanya pada putrinya.

"Hm!" Sona mengangguk antusias.

"Baiklah, kita akan pergi." Ujar Arjen tersenyum lembut seraya menepuk-nepuk kepala Sona.

***

Sona tercengang menatap tiga orang di hadapannya. "Kenapa kalian disini?"

"Aku ingin ikut." Jawab Genta malu-malu.

"A-aku juga tidak sibuk. Jadi aku juga ikut." Hero berdeham kikuk.

"Mereka mendengar rencana kita dan aku tak bisa melarangnya." Arjen menatap Sona dengan nada meminta maaf.

Melihat itu Sona terkikik geli, bukannya ia tak suka mereka ikut tapi ia tahu kalau kedua kakaknya itu sangat sibuk, jadi dia tak ingin mengganggu mereka. Sebenarnya Arjen juga sibuk, tapi Sona sengaja mengajaknya karena ayahnya itu tak akan menolak keinginannya apa pun yang terjadi.

"Aku senang kalian ikut." Sona berlari dan berhambur memeluk lengan Genta dan Hero.

"Kemarilah." Panggil Arjen pada Sona.

Dengan patuh gadis itu berjalan mendekati ayahnya. Arjen memakaikan putri kecilnya dengan jubah hitam, yang menutupi seluruh rambutnya dan menyembunyikan sebagian wajah serta tubuhnya.

"Wow, kita terlihat seperti pencuri." Sona menatap jubah hitam yang dikenakannya, Arjen dan kedua kakaknya.

"Tenang saja. Ini jubah sihir. Dari luar kita terlihat seperti orang biasa. Tak akan ada yang curiga walau jubah ini terlihat mencolok." Genta menepuk kepala Sona sambil menjelaskan.

Bad Princess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang