19. Black Knight

80.2K 11K 440
                                    

Sona perlahan membuka matanya, dan menatap laki-laki berambut hitam dengan mata emas tengah menatapnya. Hal yang pertama kali ia coba lakukan adalah mencoba menggerakkan kedua kakinya. Syukurlah, jari kakinya mampu bergerak, walau masih terbilang agak kebas.

"Ah!" Serunya terkejut ketika mendapati gadis kecil dihadapannya telah sadar. "Sebentar." Katanya kemudian masih terus menggenggam tangan kanan Sona.

Sona terheran-heran menatap Dexter yang tengah memegang tangannya dan menyalurkan mananya ke tubuh Sona. Pantas saja tubuhnya terasa hangat.

"T-terima kasih." Ucap Sona pelan meski ia tak tahu siapa Dexter.

Dexter mengernyit heran melihat ketenangan Sona, lalu bertanya, "Apa kau benar berusia enam tahun? Sikapmu sama sekali tak seperti usiamu."

Sona tersenyum kecil lalu berguman, "Aku bukan sembarang bocah."

"Ah, kau menyebalkan. Seperti Hero." Keluhnya lalu menepuk-nepuk pelan kepala Sona dengan beraninya meski tahu identitas gadis itu.

"Terima kasih." Ulang Sona tersenyum.

"Apa? Bukankah tadi kau sudah mengatakannya."

"Yang tadi untuk ini." Sona menatap tangannya yang masih berada digenggaman Dexter. "Dan kali ini aku berterima kasih karena kau telah menyelamatkanku sebelumnya." Kata Sona teringat saat Dexter menggendongnya dan membawanya keluar dari ruang tempatnya dikurung.

"Oho. Kau gadis yang baik dan sopan." Puji Dexter dengan wajah jailnya sambil mengangguk-ngangguk. "Karena itu, bolehkah aku menciummu? Kau sangat imut."

Mata Sona membulat sempurna seketika, tak menyangka Dexter akan mengatakan hal aneh dan lancang seperti itu.

"Hahaha, aku hanya bercanda." Dexter tertawa renyah. "Tak perlu seserius itu."

"Katakan sekali lagi dan aku akan memotong lidahmu." Hero menatap tajam Dexter dari ambang pintu masuk tenda.

"Kakak!" Sona tersenyum lebar pada Hero, sementara Dexter melepaskan tangannya dari Sona setelah Hero terus memelototinya.

"A-aku hanya membantunya!" Bantah Dexter tergagap, ketahuan telah menggoda adik kecilnya. "Kau sendiri yang menyuruhku tadi."

"Cih." Hero berdecih sebal lalu mendorong mengusir Dexter dari tempat duduknya lalu menempatinya menghadap Sona.

Dexter berdeham salah tingkah lalu keluar dari tenda meninggalkan Sona bersama Hero.

"Kak." Sona berusaha duduk dari tidurnya dengan bantuan Hero.

"Kau baik-baik saja?" Hero mengusap lembut rambut panjang Sona.

"Aku kangen." Ucapnya mengulurkan tangan dengan manja ke arah Hero. Ingatan Hero yang berjanji akan melindunginya masih segar diingatannya. Dan ia beehasil menepati janjinya.

Hero membeku sesaat tapi kemudian memeluk Sona tanpa mengatakan apa pun.

"Maaf aku terlambat." Katanya mengusap lembut wajah Sona yang langsung meringis saat Hero menyentuh sudut bibirnya yang memar.

"Masih sakit?" Hero terlihat cemas sekaligus marah. Ia tak bisa menekan amarahnya ketika mengingat wajah Raja Bahtra. Raja muda itu yang telah menyiksa Sona. Hero tau, ia nyaris tak berhasil menyelamatkna Sona. Dan ia marah saat menyadari kenyataan itu

Sona mengangguk kecil.

"Ah sialan. Aku akan menyiksa Raja sialan itu sampai mati." Kata Hero emosi, apalagi saat melihat memar diwajah Sona.

Hero mengatakan itu, dan itu berarti Harry belum mati. Sona yakin apa yang dikatakan Hero seratus persen akan dilakukannya nanti. Hero orang yang seperti itu, ia benar-benar akan melakukan apa yang dikatakannya.

Bad Princess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang