03.

178 40 8
                                    

SKY Cafe.

Seungmin tersenyum setelah membaca tulisan yang tertulis. Ia mendorong pintu transparan tersebut agar bisa memasukinya. Kemudian pandanganya menyelusuri seluruh ruangan, mulutnya berdecak kagum. Ia menyukai desain interiornya.

Sudut pandangnya terhenti pada sosok yang sedang berdiri di balik meja kasir. Ia tersenyum lebar saat menyadari sosok itu yang terkejut dengan kehadirannya.

Seungmin melangkahkan kakinya mendekati sosok tadi.

"Halo, Hyunjin!"

Hyunjin tidak tau harus bereaksi seperti apa saat mendengar Seungmin menyebut namanya. Ia terdiam di tempatnya. Tidak menyangka Seungmin akan datang menemuinya.

"Oh Seungmin kamu udah datang"

Hyunjin menoleh ke arah Changbin yang berjalan ke arahnya. Changbin mengerti maksud tatapan Hyunjin. Hyunjin pasti sedang bertanya-tanya mengapa tiba-tiba Seungmin berada di cafenya. Ia tidak mengatakan apapun tentang pertemuannya dengan Seungmin kemarin. Ia ingin membuat Hyunjin terkejut.

"Sudah sana kamu nggak usah kerja dulu. Seungmin pengen ketemu sama kamu tuh," ucap Changbin sambil mendorong lengan Hyunjin.

Hyunjin tidak merespon. Ia masih terkejut dengan situasi saat ini.

"Hyunjin?" Seungmin menggerakan tangannya di depan wajah Hyunjin. Dengan tujuan agar Hyunjin kembali dari alam bawah sadar.

Hyunjin yang telah sadar reflek mengangguk. Ia melepas celemek yang ia gunakan kemudian mengantungnya di pengait tembok. Kemudian ia menatap Changbin.

Seolah mengerti arti tatapannya, Changbin mengambil celemek yang barusan digantung Hyunjin kemudian memakainya.

"Tenang, aku bakalan gantiin kamu disini"

Hyunjin tersenyum lebar. "Terimakasih"

Hyunjin berjalan mengikuti Seungmin. Seungmin memperhatikan sekitarnya, mencari tempat yang kosong karena beberapa meja sudah ditempati oleh pengunjung lain. Pilihannya jatuh pada kursi pojok kanan yang berada di dekat jendela.

Mereka duduk berhadapan.

Hyunjin menatap Seungmin ragu. Pikirannya masih kalut saat ini. Ia tidak tau harus membicarakan apa dengan Seungmin.

"Maaf waktu itu aku nggak ngenalin kamu," ucap Seungmin membuka topik pembicaraan.

Hyunjin hanya mengganguk sebagai balasan. Ia ingin membalas, tapi perasaan takut dengan reaksi Seungmin jika tau ia tidak bisa berbicara memenuhi pikirannya.

"Changbin sudah ngasih tau kondisimu sekarang. Kamu nggak bisa bicara kan?"

Pertanyaan Seungmin seolah menjawab ketakutan Hyunjin. Ia menundukan kepalanya lalu mengangguk pelan.

"Hei jangan nunduk gitu Jin. Nggak papa kok"

Hyunjin mengangkat kepalanya. Ia terdiam saat Seungmin malah tersenyum padanya.

"Tadi malam aku sudah sedikit belajar bahasa isyarat sih, tapi aku belum bisa menguasainya. " ucap Seungmin.

Hyunjin mengeluarkan ponselnya, kemudian mengetikkan sesuatu di aplikasi note.

"Kalau begitu, nggak papa kan kalau aku ngobrol sama kamu pakai hp gini?"

Seungmin tersenyum lalu mengangguk pelan.

Hyunjin mengetikkan sesuatu lagi di ponselnya. "Gimana kabarmu?"

"Aku baik. Kalau kamu?"

"Aku baik juga"

Seungmin tertawa pelan.

"Aku kira kamu sudah lupa sama aku"

Seungmin menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Memang lupa si.." ucapnya pelan.

"Kamu tau nggak kalau aku pernah ngalamin kecelakaan dulu?"

Pertanyaan Seungmin barusan membuat Hyunjin kebingungan. Mengapa ia bertanya seperti itu? Hyunjin jelas tau karena kecelakaan itu mereka alamin bersama.

"Sepertinya kepalaku terbentur kelas sehingga aku nggak bisa ngingat apapun"

Hyunjin terdiam. Ia sedang mencerna ucapan Seungmin.

"Aku amnesia. Makanya waktu itu aku nggak ngenalin kamu. Maaf ya"

Hyunjin terkejut. Ia tidak pernah menduganya. Kecelakaan itu akan membuat Seungmin kehilangan ingatannya. Karena sebelum Seungmin sempat sadar dari komanya, Hyunjin tidak diperbolehkan bertemu dengannya sehingga ia tidak tau apapun kabar tentang Seungmin.

Hyunjin pikir Seungmin akan mengabarinya. Hanya saja itu tidak mungkin karena setelah tersadar dari koma, Seungmin sudah tidak mengenalinya lagi.

"Aku baru aja kembali ke Seoul tiga bulan yang lalu. Jadinya aku senang bisa bertemu dengan teman lamaku lagi disini" jelas Seungmin.

Hyunjin terdiam saat Seungmin menyebutnya sebagai teman lama. Kemudian ia mengerti, Seungmin tidak mengingat hubungan yang mereka jalin dulu. Seungmin hanya menganggapnya sebagai mantan teman satu sekolahan.

"Hubungan kita dulu kayak apa? Kita dekat nggak sih?"

Hyunjin tidak tau harus menjawab apa. Ia ingin menjelaskan bahwa mereka pernah memiliki hubungan khusus, hanya saja ia ragu. Mana mungkin Seungmin mau menerimanya lagi sebagai kekasih dengan keadaannya sekarang.

Karena itu Hyunjin lebih memilih menyembunyikannya.

Ia mengetik lagi di ponselnya.

"Nggak terlalu dekat sih. Cuma kita pernah sekelas"

Seungmin mengangguk paham. Ia merasa sedikit kecewa membacanya.

"Oh kukira kita dekat. Aku sedikit kesepian soalnya nggak punya teman dekat di kota ini. Makanya aku senang banget waktu tau kalau kita pernah satu sekolah"

Hyunjin berpikir sebentar kemudian kembali mengetik.

"Kalau gitu ayok menjadi teman dekat. Aku bisa menemanimu terus"

"Seriusan?" tanya Seungmin antusias.

Hyunjin tersenyum sambil mengangguk.

Ia tau ia salah karena sudah membohongin Seungmin. Hanya saja terkadang memang lebih baik untuk menyembunyikan kebenaran.

Hyunjin pikir jika ia memberitau kalau mereka adalah sepasang kekasih dulunya, Seungmin pasti akan menjauhinya. Karena itu Hyunjin lebih memilih menjadi teman. Setidaknya dengan begitu ia masih bisa bertemu dengan Seungmin.

 Setidaknya dengan begitu ia masih bisa bertemu dengan Seungmin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aku gatau nulis apa ini wkwkwk. maapin ya kalau gajelas huhuhu:(

btw jangan lupa streaming back door♡

Memorable Voice ; hyunminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang