02. Pergi Bersama

1.3K 164 78
                                    

Pukul enam pagi aku sudah bangun. Aku membuka tirai dan jendela kamarku agar udara pagi bisa masuk.

Aku melakukan sedikit stretching untuk meregangkan otot-ototku. Rasa pegal dari sisa-sisa pemotretan kemarin masih terasa.

Aku memeriksa ponselku untuk membaca pesan yang dikirim Junpei Kawaki, manajerku yang baru.

"Hm ... pemotretan dengan majalah itu ternyata hari ini." Aku menggigit ibu jariku. Pipiku bersemu. Aku suka bekerja dengan majalah ini.

Setelah membaca semua pesan Junpei, aku keluar dari kamar untuk sarapan.

Aku selalu sarapan dengan sereal atau roti. Walau menyebalkan, tapi aku mengakui kalau aku tidak bisa masak. Bukannya tidak mau belajar, hanya saja aku tidak punya motivasi untuk mempelajari itu.

"Oi."

"...!"

Aku tersentak saat mendengar suara laki-laki dari balik punggungku.

Aku menoleh. "Kh ...." Aku melupakan kehadiran Ezio.

"Aku hampir mati kelaparan. Kulkasmu tak ada isinya."

Pagi-pagi begini dia sudah cerewet. "Aku selalu sarapan sereal atau roti."

Lalu, dia juga sudah rapi. Kemeja body fit yang dia kenakan membingkai tubuh bagian atasnya dengan baik. Celananya juga pas. Tidak menggantung, tidak terlalu lebar, juga tidak terlalu sempit. Setelan ini sudah pasti dijahit khusus. Aku dengar dari ibu kalau keluarga Wataya punya penjahit pribadi untuk membuat pakaian formal mereka. Sepertinya itu benar.

"Kau bekerja hari ini?"

"Ya." Aku mengeluarkan susu kotak dari dalam kulkas. Kalau dilihat-lihat, isi kulkasku ini memang hanya susu kotak, kola dan yoghurt saja.

"Aku ada beberapa meeting. Pak Takahasi akan bersamaku seharian."

"Tak bisa. Aku ada pemotretan. Pak Takahasi harus mengantarku."

"Ayahmu yang bilang."

"Ayah?" Aku menggeram. Apa dia sudah gila menelantarkan putrinya sendiri untuk laki-laki narsis ini?

"Makannya cepat bersiap."

"He?"

"Ke tempatmu dulu."

"M-maksudmu pergi bersama?"

"Mau bagaimana lagi. Pak Takahasi tidak bisa dibagi dua, kan?"

"Engh ...."

Sebenarnya aku tidak ingin pergi bersama, sebab entah kenapa jantungku berdebar terus ...,

"Kajiwara."

"...!"

"Aku akan menunggu di mobil."

... setiap kali aku melihat wajah tenangnya itu. "Y-yah."

xxx

[Completed] Matahari Untuk Tara Side Story: SwastamitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang