Jangan lupa vote ya. Selamat membaca!!
*****
Shaerin tak membuka suara semenjak masuk kedalam mobil Mark. Mereka sedang dalam perjalanan pulang.
"Lo marah lagi?"
Shaerin memutar kepalanya, ia melihat Mark yang sedang fokus menyetir.
"Maaf," tutur Mark lembut.
"Untuk?"
"Perkataan gue dirumah Felix."
Shaerin tak menjawab.
"Jangan diem gini," pujuk Mark. Ia sesekali menatap wajah gadis disebelahnya.
"Sejak kapan kita pacaran?"
"Kan gue bilang maaf,"
"Suasana nya jadi canggung gara gara Mark bilang gitu,"
"Iya gue salah."
"Wajah Bomin juga kayak marah gitu ke Shaerin."
Wajah Mark datar, ia tak suka Shaerin menyebut nama itu.
"Perduli banget lo sama Bomin." Ucap Mark dingin. Sudut bibirnya terangkat sebelah.
"Kita temenan,"
Mark tersenyum sinis. Ia tak begitu yakin Bomin menganggap Shaerin hanya sekedar teman.
"Lo gak sadar?"
"Apa?"
"Bomin suka sama lo."
Shaerin terdiam, ia sedikit terkejut dengan perkataan yang keluar dari mulut Mark.
"Tau dari mana?"
"Rin, perhatian dia selama ini ke lo itu lebih dari sekedar teman. Semua orang disekolah juga tau kalo dia suka sama lo. Lo aja yang kurang peka dengan keadaan sekitar." Jelas Mark tak suka.
Gadis itu membisu, tak tau harus merespon keadaan ini.
"Makanya dari dulu gue gak suka liat lo sama Bomin,"
"Kenapa?"
"Gue gak suka lo dekat dengan pria lain selain gue!" Tegas Mark. Ia sedikit menekan kata katanya.
"Mark marah?"
"Gue gak marah."
"Nadanya ngebentak gitu!"
"Mark.. Bomin itu cuma temen Shaerin, gak lebih!"
"Gue tetap gak suka."
"Mark!"
Mobil Mark menepi dari jalanan. Ia memilih fokus untuk pembicaraan sekarang ini. Dilihatnya wajah Shaerin yang memerah.
"Mark gak punya hak untuk melarang Shaerin berteman dengan siapapun!"
"Rin—"
"Sejak kapan Mark jadi posesif gini?!" Ucap Shaerin dengan nada tak sukanya.
Mata keduanya bertemu, beradu emosi yang menyelimuti. Mark tak tau kapan emosi ini datang.
"Semenjak dia dekat sama lo, perhatian sama lo, Semenjak dia suka liat lo diam diam dan berhasil buat lo tersenyum. Puas!"
"Gue gak pernah larang lo berteman dengan siapapun. Terserah lo!"
"Salah gue karena gak suka liat lo dekat dengan dia. Salah gue karena takut posisi gue tergantikan. Salah gue, rin!" Bentak Mark.
Mata Shaerin memerah, ia mengangkat kepalanya keatas menahan butiran air yang akan jatuh dari matanya.
Shaerin memiliki hati dan perilaku yang lembut. Ia adalah orang yang tak bisa dibentak.
Mark mengacak rambutnya frustasi melihat gadis disampingnya menangis. Emosinya keluar begitu saja.
"Rin, maaf. Gue nggak sengaja ngebentak."
"Antar Shaerin pulang, cepetan." Ucap Shaerin datar.
"Rin—"
"Jalankan mobilnya!"
Mark menurut, ia melajukan mobilnya kembali menuju rumah Shaerin.
Keduanya sama sama diam, hingga mobil Mark berhenti tepat didepan rumah Shaerin.
"Gak usah turun. Shaerin bisa buka pintu sendiri." Ucap Shaerin dingin.
Gadis itu berhenti sejenak, ia melupakan sesuatu.
"Besok dan seterusnya nggak usah antar jemput Shaerin ke sekolah dulu, Shaerin masih marah sama Mark. Ntar aja tunggu marahnya udah reda. Mark juga hati hati. Shaerin pulang ya."
Shaerin turun dan segera menjauh dari mobil Mark.
Pria yang ada didalam mobil itu tersenyum tipis. Ia tau, semarah apapun Shaerin, gadis itu tidak pernah berperilaku kasar. Bahkan masih sempat pamit dan mengucapkan hati hati.
Mark menghidupkan mesin mobilnya dan melaju meninggalkan rumah besar Shaerin.
*****
Next?
Cepetan bngt update part yg ini. Semoga suka yaa!! Maaf kalo banyak typo^^
Bonus!!
Ganteng banget Mark pake seragam gini. Aura kakelnya itu loh!
Saran nama couple dong..
MAKASIH BUAT YANG UDAH BACA!! SEE U NEXT PART!! LOVE U!!
KAMU SEDANG MEMBACA
MARK - YOU AND WATERMELON
RomantikBaca aja dulu kali aja jadi candu. . . . Cerita dari Adzkiyakiya, untuk kalian. *** "Mark?" Panggil Shaerin. "Hm?" "Mark masih suka manusia kan? Semangka itu buah, benda mati, gak bisa dipacari atau dinikahi." "Gue masih normal, rin." "Kan jaga jaga...