Freedom

25 2 0
                                        

Aku dan adik perempuanku sangat menyukai astronomi. Hampir setiap malam kami menyelinap ke atap rumah sakit untuk melihat bintang. Kami terkadang juga membuat cerita dan lagu yang berhubungan dengan konstelasi.

Namun, malam ini berbeda; ada hujan meteor.

Kami segera keluar kamar dan bergegas menuju atap. Adik perempuanku tidak lupa membawa teleskop. Walau jaraknya cukup jauh, itu sama sekali tidak menurunkan semangatnya.

Di tengah perjalanan, napasnya mulai memburu. Akan tetapi, saat aku memberi saran untuk menurunkan kecepatan, dia menggeleng. Aku membalas itu dengan menggenggam tangannya erat-erat.

Beberapa menit berlalu. Kami berharap kalau hujan meteor ini belum berakhir.

Kemudian, saat sampai di atap ....

Seberkas cahaya melesat menembus langit. Lalu diikuti cahaya-cahaya lainnya. Sungguh pemandangan yang menakjubkan.

Adikku melepaskan genggamannya. Dia kemudian mengangkat tangan, membuat posisi berdoa.

Aku tersenyum melihat itu.

"Apa yang kamu inginkan?"

"Aku ingin bebas, Kak."

"Bebas?"

"Iya. Aku ingin bebas seperti meteor itu. Bebas bepergian ke mana pun aku mau. Menjelajahi luasnya langit yang masih dipenuhi misteri."

"Begitu?"

"Iya."

Dia tersenyum padaku. Namun, bagiku itu adalah senyuman yang menyakitkan.

Menjelajahi langit? Yang benar saja. Dia bahkan tidak pernah pergi ke taman hiburan. Hari-harinya hanya dihabiskan di rumah sakit.

Kalau begitu, apa dia sudah lelah dengan penyakitnya dan ingin menyerah? Jika benar, apa yang harus kulakukan? Aku belum siap kehilangannya. Aku tidak akan pernah siap.

"Kak, kenapa kamu menangis?"

"E-eh? Tidak. Aku tidak menangis."

Adikku menggenggam tanganku.

"Maaf, Kak. Mungkin aku salah mengatakannya." Dia berhenti sejenak untuk mengambil napas. "Kak, aku ingin hidup! Aku ingin bebas dari penyakitku! Sehingga nanti aku bisa pergi ke mana pun aku mau. Dan aku ingin pergi bersamamu! Jadi jangan pernah berpikir kalau aku sudah menyerah!"

Ketika mendengarnya, mataku terbuka lebar. Adik yang kukira sangat lemah ternyata begitu kuat. Dan rupanya aku lah yang lemah di sini.

Aku sangat bersyukur. Benar-benar bersyukur.

Aku lalu memeluknya.

"Terima kasih karena tidak menyerah. Terima kasih."

"Iya, Kak. Tolong beri aku waktu sedikit lagi. Aku pasti segera sembuh."

"Iya."

"Aku berjanji."

"Iya."

Setiap orang memiliki pendapat masing-masing tentang arti kebebasan. Dan bagi adikku arti kebebasan adalah sembuh dari penyakitnya; bukan kematian. Aku sangat bangga memiliki adik sepertinya. Juga, sangat bersyukur. Terima kasih.

Sesuatu di Balik DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang