Siren

1.8K 127 6
                                    


Pertama kali Bam menangkap sosok itu dengan penglihatannya, Bam tahu dia terjebak dalam pesona indahnya.

Pertama kali Bam melihat mata biru yang berkilauan seperti permata, dia tahu dia sedang tenggelam di lautan yang tak terbatas.

Waktu seolah berhenti, membeku dan sepertinya tidak ingin meleleh. Takut sosok itu mungkin menghilang dalam pandangannya jika dia tiba-tiba berkedip secara tidak sengaja.

Sosok itu pun memandangnya,  membuat kakinya kaku dan tak bisa digerakkan, menancap kuat pada bumi. Sosok yang menawan dan indah, dengan sinar bulan menyinari tubuh yang setengah terendam air. Sosok itulah yang membuat Bam yakin bahwa dirinya bukanlah manusia seperti dirinya, karena kecantikannya yang luar biasa.

Bam telah jatuh terlalu dalam, bahkan saat dia pertama kali melihatnya.

Sosok itu tersenyum dan memiringkan kepalanya, membuat surai perak kebiruan itu bergerak perlahan dengan gerakan indah dan air mengalir, menetes bagai mutiara. Tangannya terangkat, jari-jarinya yang indah bergerak anggun memanggil Bam, dan bibir merahnya berucap dengan suara yang merdu,

"Kemarilah, Nak."

Bam tanpa sadar sudah melangkah menuju sosok itu, memasuki air di pantai dan tidak peduli celana dan bajunya basah saat ia masuk lebih dalam ...

.
.
.

Siren itu indah, menawan, dan juga ... mematikan.

Jadi, jika kau tidak sengaja melihatnya, jangan menatap mata mereka dan segeralah pergi!

Atau kau tidak akan pernah melihat matahari lagi selama sisa hidupmu ...

.

.

Itu nasihat, tapi Bam melanggarnya.

.

Saat itu, ia dan teman-temannya pergi dan menikmati liburan mereka di pulau milik salah satu temannya. Mereka kemudian tinggal di sebuah vila di mana setiap kamar bisa menawarkan pemandangan laut yang indah. Pagi hingga siang hari mereka bermain di pantai, membiarkan kulit mereka menggelap di bawah terik matahari dan melakukan berbagai aktivitas seperti berenang, bermain voli pantai, membelah semangka dengan mata tertutup dan  sebagainya. Di malam hari mereka semua lelah dan memutuskan untuk tidur setelah menyelesaikan pesta BBQ di taman vila.

Tapi Bam tidak bisa tidur.

Setiap kali dia memejamkan mata, seolah sepasang mata biru sedang mengawasinya. Sepasang mata indah yang berlatarkan birunya air laut siang tadi. Suatu keanehan yang dialami Bam saat berenang.

Menepis rasa terganggu dan untuk memuaskan rasa penasaran, ia memutuskan untuk keluar dari vila dan berjalan di sepanjang pesisir pantai. Di sanalah dia bertemu dengan sosok itu. Sosok perak dengan wajah seperti boneka milik salah satu sepupunya. Sosok yang memikatnya dengan semua pesona yang dimilikinya.

Dan di sinilah Bam, tenggelam dengan suplai udara yang menipis. Panik menyebar ke seluruh tubuhnya kala dia tidak bisa bergerak sedikit pun dari pelukan sosok itu. Dia tersedak, dadanya seolah-olah di bawah tekanan berat yang membuatnya berpikir dia ingin pingsan.

Dia dibawa jauh ke dalam laut oleh sesosok manusia tanpa kaki, tetapi dengan ekor indah berwarna perak kebiruan yang berkilauan.

Bam putus asa. Kegelapan laut membuatnya tidak bisa melihat cahaya bulan purnama perak yang dia lihat sebelum tubuhnya benar-benar memasuki air beberapa saat yang lalu. Awalnya sosok itu membawanya berputar-putar dengan riang, lalu mengajaknya berenang jauh semakin dalam.

Bam sudah tidak kuat lagi dan ketika kesadarannya mulai melemah, sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya, mencium bibir Bam dengan ritme yang menenangkan. Mengisinya dengan udara yang membuat Bam membuka matanya dan bisa melihat senyum itu kembali saat ciuman mereka selesai.

"Manusia bodoh," kata sosok itu, "bukankah kau sudah diperingatkan? Mengapa kau malah datang?" tanyanya, suaranya seperti musik di telinga Bam.

Bam tidak menjawab, hanya menatap diam pada sosok itu. Tangan mereka saling berpelukan.

"Apa aku terlalu cantik di matamu?" Dia bertanya.

Bam berkedip, mengangguk. Sosok itu tertawa riang, lalu menatap Bam dengan mata berkaca-kaca.

"Karena itulah aku berkata kau manusia bodoh." dia berkata dengan lembut, "Kamu jatuh dalam pesonaku."

Bam menyeka air mata yang menetes dari mata indah itu.

"Tapi aku  lebih bodoh lagi," kata sosok itu, "karena  telah jatuh cinta padamu."

Bam terperangah, tidak tahu harus berbuat apa.

"Maafkan aku. Aku berpikir dengan memanggilmu dan menyerahkanmu pada penyihir untuk diubah menjadi makhluk sepertiku. Tapi ketika aku melihatmu sangat tersiksa tadi, aku tidak tega."

Bam menatap sosok itu sendu, lalu menangkupkan wajah indah itu dengan kedua tangannya. Bam mendekat dan mencium keningnya. Sosok itu menatap tak percaya saat Bam menggelengkan kepalanya dan tersenyum, mencoba memberitahunya, bahwa semuanya akan baik-baik saja. 

Sosok itu kemudian menghapus air matanya yang langsung berubah menjadi mutiara yang indah. Dia kemudian menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

"Tidak, tidak bisa begini. Aku akan mengembalikanmu ke daratan, tempat manusia seharusnya berada."

Bam terbelalak dan menggelengkan kepalanya dengan kuat.

Sosok itu tersenyum, "My love," panggilnya, "jika kita ditakdirkan, pasti ada jalan."  lalu ia memeluk Bam sebelum mengangkat kepalanya untuk mencium bibir Bam sekali lagi.

"Dan jika kita suatu saat kita bertemu lagi, kamu harus tahu, aku akan tetap mencintaimu." ucapnya di sela ciuman mereka. 

Itulah yang terakhir kali Bam dengar sebelum semuanya menjadi gelap.

.

.

.

"Bam! Bangun!"Bam membuka matanya dan terkejut saat menemukan langit biru dengan matahari di atasnya. Dia kemudian melihat ke kiri dan ke kanan dengan bingung.

"Uhh ... kenapa aku disini?" Bam bertanya dengan suara parau.

"Kami mencarimu kemana-mana dan menemukanmu terbaring di sini! Kami khawatir sekali tahu!" salah satu temannya memanggil dan membantunya duduk.

"Apa yang kamu lakukan tadi malam?" 

Bam memandangi teman-temannya, dia juga bingung mengapa dia ada di pantai saat ini.

Dia mencoba untuk mengingat, tetapi yang dia ingat hanyalah bahwa dia telah tidur di kasur empuk di kamarnya tadi malam. Namun, semuanya terasa aneh. Dia mencoba mengingat-ingat lagi, tapi yang dia dapatkan hanyalah sakit kepala yang teramat sangat.

Apa yang dia lupakan?

Bam menunduk. Dia merasa ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang Bam tidak mengerti dan membuatnya ingin menangis.

"Bam! Bam!" 

Bam tidak menghiraukan panggilan temannya, dia berdiri dan menatap sedih ke laut lepas. Bam tidak tahu kenapa, tapi dia merasakan suara seseorang terdengar di kepalanya.

"Sampai jumpa lagi, my love ..."

Di bawah kakinya, sebuah mutiara tergeletak. Yang kemudian menghilang, tersapu ombak saat Bam meninggalkan tempat itu...

End

Thanks for read this fic. Vomment.

Random BamKhunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang