Post It

952 109 20
                                    

Part 2 Painting belum aku tulis, jadi kapan2 saja~

Warn : fluff, ooc

.

Shibisu sedang bosan. Benar-benar sedang bosan. Ia ingin melakukan hal yang menyenangkan, tapi apa?

Sahabat-sahabatnya sedang sibuk. Dan dia sedang senggang. Benar-benar tidak ada kerjaan—lebih tepatnya ia baru saja menyelesaikan tugasnya beberapa menit yang lalu.

Dia memutar pulpen, melempar tangkapnya, membuka tutupnya dan mencoret diatas kertas-kertas yang ada dimejanya.

Lalu tiba-tiba Bam masuk, sambil menggerutu betapa sebalnya ia pada atasannya—atasan mereka lebih tepatnya.

Shibisu melirik kertas post it yang baru saja dia coreti, lalu melirik Bam, kemudian melihat kertas post it lagi. Senyum merekah di bibirnya, tersungging miring—menyeringai lebar. Ia menggerakkan tangannya yang masih memegang pulpen, menuliskan sesuatu di atas lembar kosong post it yang sebelumya post it yang penuh coretan sudah ia buang.

Ia lalu melepasakan post it dari tumpukannya, lalu berdiri dan berjalan kearah Bam dengan senyum manis dan memukul keras punggung pemuda tinggi tampan itu, membuat si pemilik punggung berteriak spontan karena kesakitan—tangan Shibisu pantas di cap sebagai tangan kuli—atau gorila? Kekuatannya luar biasa kurang ajar.

"Sakit tau!" serunya, mendelik kearah Shibisu yang terkekeh.

"Ayo, kita ke cafetaria." Ucap Shibisu acuh dan berjalan duluan.

Bam menggerutu, tapi ia menurut. Perutnya lapar.

.

.

Keduanya berjalan menuju cafetaria, sesekali keduanya berpapasan dengan pegawai lain yang melintas di koridor dan mereka saling menyapa. Sesekali pula Bam merasa dirinya di perhatikan oleh pegawai yang sudah di sapanya.

"Annyeong, Garam-ssi." Sapa Shibisu dan Bam.

"Annyeong, Shibisu-ssi, Bam-ssi." Sapa wanita itu, lalu pergi melewati itu, dan setelah beberapa kali melangkah sambil menatap kedua pria itu, ia berbalik lagi.

"Bam-ssi," panggilnya.

"Ya?" tanya Bam, berbalik dan mendapati wanita itu tersenyum penuh arti padanya.

Bam yang tak mengerti kenapa, tertegun saat wanita itu memeluknya dan mengecup pipinya lalu pergi.

Bam bengong. Tidak tahu harus apa.

Sedangkan Shibisu tertawa diam-diam.

Keduanya kembali berjalan, menyapa pegawai lain yang lewat, dan terkadang ada pula orang yang melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan wanita itu tadi.

Memeluknya, lalu mengecup pipinya.

Terus begitu hingga lima kali dan Bam benar-benar terganggu juga merasa aneh dengan hal itu.

"Kenapa sejak tadi selalu saja ada yang memeluk dan menciumku?" tanya Bam, kesal.

Shibisu mengendikkan bahu, "Mau dariku juga?"

"Kamu ngomong apa, Shibisu?" Bam tersenyum padanya, tapi aura membunuh keluar darinya.

"Nggak, nggak jadi." Shibisu mundur takut-takut.

Kemudian keduanya masuk ke cafetaria. Melewati banyak orang—pegawai kantoran seperti mereka, dan banyak yang menatap kearah Bam dengan tatapan tidak bisa dijelaskan.

Bam mulai merasa risih, apa yang terjadi sebenarnya?

Lalu tanpa dikomando, beberapa wanita mendatanginya, memeluknya dan mengecup pipinya dengan senang hati. Bam benar-benar bingung. Dan parahnya tidak hanya wanita, bahkan para pria juga melakukan peluk dan kecup padanya.

Random BamKhunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang