Warning : angst. OOC
"Viole, catku habis, bisa kau belikan untukku?"
"Lagi?"
"Iya."
Viole tampak kesal, "Kenapa kau selalu menghabiskan cat dengan cepat?"
Khun menatapnya sengit, "Tentu saja untuk melukis! Kau pikir untuk apa lagi? Kalau aku bisa berjalan, aku akan membelinya sendiri!"
"Iya-iya! Aku belikan!" seru Viole lalu segera berdiri dan mengambil tasnya.
"Yang biasanya, ya!"
"Aku tahu itu! Aku pergi!"
Blam!
Khun menghela napas. Ia lalu menggerakkan roda kursinya untuk berbalik, masuk menuju kamarnya. Ia kemudian terdiam, menatap sebuah kamar yang kotor oleh cat dengan berbagai warna, berbau minyak lukis dan dipenuhi oleh kanvas berbeda ukuran yang sudah ia lukis dengan berbagai objek.
Sejak kecelakaan itu dan merebut fungsi kakinya, Khun kehilangan karirnya sebagai seorang penari. Viole kemudian mengajaknya untuk tinggal bersama demi bertanggungjawab karena sudah menyebabkan musibah itu pada Khun.
Khun menghabiskan waktunya dengan terpuruk. Ia memusuhi Viole dan tak menerima keadaannya sama sekali. Viole selalu membujuknya, meminta maaf padanya dan mengajaknya untuk keluar menemui lingkungan. Hingga akhirnya ia kembali bangkit setelah Viole membawanya mengunjungi pameran lukisan dan melihat beberapa lukisan yang dapat menginspirasi dirinya.
Setelah itu, Khun menghabiskan sebagian waktunya hanya untuk melukis. Ia meminta Viole untuk membeli segala keperluannya dan menggunakannya seharian di rumah mereka. Ia menjual lukisannya demi untuk menghasilkan uangnya sendiri.
Khun saat itu masih tidak peduli dengan pria yang merupakan seorang direktur perusahaan ternama itu. Namun, Viole selalu memuji lukisannya yang indah dan selalu membantunya jika ia memiliki masalah. Lama-kelamaan hati Khun melunak. Ia mulai membuka diri pada Viole.
Namun, Viole kini tak seperhatian biasanya. Ia sering menggerutu dan bahkan mencueki Khun. Ia tidak lagi membantu Khun kecuali Khun yang memaksanya. Ia tidak lagi memuji lukisan Khun.
Khun terkadang bertanya-tanya, apa salahnya, apakah ia berbuat salah.
Khun terkadang bertanya-tanya, apakah selama ini Viole berbuat baik hanya untuk mengambil hatinya dan mengacuhkannya kemudian.
Khun terkadang bertanya-tanya mengapa ia bisa luluh begitu saja.
Khun terkadang bertanya-tanya, mengapa ia bisa jatuh cinta diam-diam seperti ini.
.
.
.
.
Khun membuka mata dan mengerjap, ia merenggangkan badan dan menyadari ia terlelap di atas kursi rodanya setelah membersihkan dapur. Ia lalu melihat kearah jam dinding dan mendapati sudah jam 12 dini hari.
Apakah Viole sudah pulang? Batinnya.
Khun menggerakkan roda kursinya dan keluar dari kamar untuk memastikan Viole sudah pulang atau belum. Ia menggerakkan kursinya ke ruang tamu, menelisik lewat jendela apakah mobil Viole sudah ada dan ia menemukannya. Khun kemudian berbalik, bergerak dalam diam menuju kamar Viole.
Niat Khun hanya satu, menagih cat. Namun gerakannya terhenti saat mendengar Viole tengah berbicara dengan seorang wanita. Khun terdiam, matanya membulat dan ia mundur teratur sambil menutup mulut untuk menyembunyikan isakannya.