5

117 70 78
                                    

Goodbye September


Natasha meragu, dia terdiam mengabaikan Vina dan Mayang yang heboh membahas perlombaan futsal minggu depan. Pikirannya berkelana, mengingat perkataan Rayhan semalam. Kakinya menendang ke depan, merasa kesal karena dipermainkan. Entah apa yang Rayhan maksud, dia pergi begitu saja setelah bilang jika dia merasa suka dengan dirinya.

Gadis itu membuka ponselnya mencoba mencari akun instagram milik Rayhan. Matanya menajam, menyentuh salah satu profil yang dia temukan. Benar saja itu milik Rayhan, dia bisa melihat beberapa foto yang diunggah. Salah satunya foto dengan gadis yang dia lihat di kantin kemarin.

Rayhan tersenyum tanpa memandang kamera, terlihat bahagia sambil merangkul gadis itu. Wah benar memang, apanya yang suka kalo dia saja sudah punya yang lain. Dia menutup aplikasi instagram dan memasukkan kembali ponselnya.

Dasar crocodile.

--


Bel istirahat berbunyi, Rayhan keluar kelas bersama Bagas dan Chika. Mereka turun ke bawah menuju kantin. Menuruni tangga dan belok kanan menyebrangi gedung. Ketiganya berjalan dengan santai melewati pinggir lapangan basket.

Beberapa siswa yang bermain basket menyapa Rayhan, dia hanya mengangguk membalas beberapa sapaan. Kemudian menggeleng saat diajak bergabung untuk main basket.


Bagas menyenggol Rayhan, dagunya mengarah ke depan. Menunjuk Natasha dan Vina yang berdiri di depan mading. Rayhan tersenyum, melangkah mendekati. Kakinya dipaksa cepat-cepat berjalan.

Sampai akhirnya dari arah bersebrangan sosok laki-laki mendekat. Menepuk kepala Natasha membuat gadis itu menoleh, tersenyum memandang sosok Darren. Darren si wakil ketua OSIS yang mendapat julukan babi dikalangan anak IPS.


Rayhan berhenti, dia memandang Natasha yang tersenyum manis dan sibuk bercanda bersama Darren. Matanya menajam saat melihat tangan gadis itu ditarik Darren. Mereka melangkah pergi menuju kantin.

Bagas memandang Rayhan, meragu sejenak kemudian menepuk pundak sahabatnya itu. Mengajaknya pergi, dengan terpaksa Rayhan menuruti Bagas.

--

Chika memandang Bagas kemudian mengangguk pelan.


"Han, kenapa?"


Rayhan menegak, menatap Chika yang duduk di depannya. Gadis itu tampak cemas, buru-buru Rayhan mengubah ekspresi memaksakan senyuman.

"Cerita aja, gue dengerin. Kalo bisa gue bantu juga," bujuk Chika, Bagas ikut mengangguk berusaha meyakinkan Rayhan.


"Cerita aja dah sat, ga usah sok galau kek cewek aja. Laki bukan lo!"


"Diem anjir. Sampah mulut lo ga bantu." Chika memukul kepala Bagas, gemas dengan temannya itu.

Keduanya malah ribut, Rayhan hanya diam mengamati, sesekali mengaduk minumnya.


"Gue udah bilang suka."



"HAH?"


"Ck, pelan anjir kaga usah teriak."

Rayhan menendang Bagas, malu saat orang-orang di kantin melihat ke arah mereka bertiga.


"Oh berarti udah jadian?" tanya Chika.


Rayhan menggeleng,


"Lo ditolak?" bisik Bagas, Rayhan mendorong wajah Bagas menjauh dari sampingnya.

"Gue cuman bilang gue suka. Gak gue ajak jadian."


"Lah goblog!"


Chika memukul kepala Bagas lagi. "Diem," ancamnya.

"Apaan sih kan gue bener, dia bilang suka terus kaga ngajak jadian ya goblog."


Chika hampir memukulnya lagi, Bagas mengangkat tangan, "Gini ya, kalo gue jadi Natasha ya gue ga nanggepin lo lah. Pasti dia mikirnya lo cuman becanda. Kenal aja baru beberapa hari, ya kali dia percaya. Paling lo dianggep ngebadut doang."


"Gue tanya dah, lo ada kontaknya kaga?"

Rayhan menggeleng.

"Nah hal dasar aja belum dilakuin dan lo langsung bilang suka ke dia."


"PDKT dulu, silaturahmi. Tanya-tanya, bikin dia yakin kalo lo serius sama dia. Bukannya malah langsung bilang suka, kaga pake intro pula."



Tangan Bagas mengepal, "Karena percuma lo bilang suka kalo ga ada rasa percaya diantara kalian."



Mulut Chika terbuka, agak kaget melihat Bagas berbicara serius begini.

"Terus tadi lo kenapa? Cemburu sama cowok lain? Emang lo siapanya? Pacar?"

Bagas mengusap dagu, kemudian tersenyum. Wajahnya terlihat cerah, dengan sombongnya dia mengangkat alis seolah menantang Chika yang menatapnya kesal.

"Sok iye lo anjir!" Chika melempar sedotan ke arah Bagas. Mengenai pipi pemuda itu yang kemudian menjulurkan lidah tidak peduli.


"Mending kalo lo mau nyari info ke Nova aja."

"Nova?" tanya Rayhan.

"Anak IPA 2, lambe turahnya angkatan kita." Chika membuka ponsel kemudian mengirim kontak Nova untuk Rayhan.



Rayhan terdiam, memandang ponselnya. Dia mengehela napas, merutuki kebodohannya sendiri. Dia ingin meluruskan semuanya.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Goodbye SeptemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang