#4.Apartemen

713 63 20
                                    

                         -𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓪𝓬𝓪 -

Hari semakin gelap. Atsushi masih terduduk lemas dengan kaki  dan tangan yang masih terikat.

Udara terasa sangat dingin, bahkan ia mulai merasakan sesak di dadanya karna sudah berjam-jam berada di gudang ini.

Siapapun, ia berharap ada seseorang yang bisa menyelamatkan nya dan membawanya pergi dari tempat ini.

Seharusnya sekarang ia bisa menikmati semangkuk sup hangat sambil menonton TV seperti yang biasa ia lakukan sebelum tidur.

Hingga Rasa dingin dan lelah membuat matanya sulit sekali untuk tetap terjaga.
Ia tidak boleh tidur dalam keadaan seperti ini.

Hingga sesaat sebelum matanya mulai terpejam ia mendengar suara dari arah jendela yang tak jauh dari tempatnya.

"Ada seseorang?" Batin Atsushi.

Ia terus memperhatikan jendela itu. Tak lama jendela itu terbuka dengan seseorang yang berusaha masuk.

Betapa terkejutnya ia saat mengetahui siapa yang membobol jendela itu.

"Akutagawa? "

Akutagawa berjalan mendekati Atsushi yang masih melihatnya.

"Tch.. Ternyata benar orang itu menyembunyikan mu disini"

Ucap Akutagawa sambil melepas ikatan di kaki Atsushi satu persatu.

"Akutagawa? Eh apa yang kau lakukan disini? "

"Sudah jelas kan"

"Ta- tapi bagaimana jika apa yang kau lakukan ini ketahuan ayahmu? Kau bisa terkena masalah nanti".

" Dia bukan ayahku. Dan bisakah kau jangan banyak bicara? "

"Gin, bagaimana dengan gin-san? "

"Dia Baik-baik saja. Ayo"

Entah secara sadar atau tidak Akutagawa menggandeng tangan Atsushi saat berjalan menuju jendela dimana ia masuk tadi.

"Cepat Nakajima kau duluan"

Sampai akhirnya mereka bisa menjauh dari gudang itu. Namun tak sampai disana saja.

Mereka harus mencari jalan keluar paling aman dari kediaman Akutagawa ini tanpa harus di ketahui sang ayah ataupun Para pesuruh nya.

Untungnya Akutagawa ingat satu hal. Ada sebuah pintu yang berada di dekat taman belakang. Dari dulu pintu itu memang jarang di buka dan tidak begitu ter urus.

Dan untunglah pintu itu terbuat dari kayu yang sudah lumayan lapuk. Meskipun terkunci namun Akutagawa berhasil mendobraknya.

"Akutagawa kau Baik-baik saja? " Tanya Atsushi khawatir melihat Akutagawa yang terus memegang bahunya di sepanjang jalan.

"Ya. Yang penting kita bisa keluar"

Mereka terus berjalan. Semakin jauh semakin dingin dan hari juga semakin larut.

Hingga mereka memutuskan untuk berhenti di halte bis.
Alasannya? Tentu saja kaki mereka sudah terasa sangat berat untuk terus bejalan.
Nyeri di bahu Akutagawa juga terasa semakin menjadi.
Meskipun begitu Akutagawa berusaha untuk mengabaikannya.

Perhatiannya kini malah tertuju pada pria yang duduk di sebelahnya.

Wajahnya terlihat sangat lelah. Ia juga pasti sedang kedinginan dilihat dari caranya menggosok telapak tangannya berulang kali lalu meniupnya.

Reason to hateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang