Purple Light

180 24 5
                                    

Musim dingin, mungkin bagi sebagian orang saat ini adalah saat terbaik bagi mereka untuk berkumpul bersama keluarga.

Atau mungkin menghabiskan waktu dengan sahabat-sahabat di saat pergantian tahun?

Ah, atau mungkin sekedar menikmati me time untuk melepas kepenatan yang terkumpul selama satu tahun penuh.

Apapun itu, kalian semua patutnya masih bersyukur, karena diberi kesempatan untuk tertawa atau sekedar tersenyum.

Tetapi tidak, dunia ini terlalu kejam, dunia ini terlalu pandai menyembunyikan rupa aslinya di balik sebuah topeng.

Terutama Seoul, kota besar ini terlalu pandai bersolek dengan gedung-gedung pencakar langitnya, hingga kalian tidak akan dapat menemukan cela pada kota metro politan ini.

Tetapi cobalah untuk lebih mendekat, melihat dari sudut pandang dan celah yang berbeda, terdapat begitu banyak retakan-retakan kecil pada wajah Seoul.

Kali ini mari melihat dari salah satu retakan itu, jauh di balik gedung-gedung pencakar langit yang berdiri pongah seakan hendak meraih angkasa, terdapat seorang anak lelaki yang mempunyai sebuah mimpi.

Mimpi itu cukup besar untuk mampu membuat dunia gentar kepadanya.

"Eun Joo, apa kau masih belum tidur?" Anak laki-laki yang masih berdiri melamun menatap keluar jendela tersebut terperanjat kaget.

Ia membalikan tubuhnya dengan perlahan, kedua manik matanya bertemu tatap dengan manik mata milik sang ibu.

"Belum" Jawab anak itu sekenanya.

Sang ibu menghela napas panjang. "Kau masih memikirkan kejadian tadi?"

"Bahkan aku masih mengingat setiap detiknya" Lirih Eun Joo.

"Lupakan saja, jangan menyakiti dirimu sen-"

"Mereka yang menyakitiku!" Sentak anak itu. Ia menatap marah Sang ibu yang masih berdiri di ambang pintu kamar kecilnya.

"Dari dahulu mereka yang selalu menyakitiku, bahkan aku tidak tahu apa kesalahanku tetapi mereka tetap saja terus dan terus menyakitiku!" Napasnya menjadi terengah, kedua manik matanya menatap marah sang Ibu.

"Mereka melakukan itu karena keadaanmu yang..." Sang Ibu mengatup mulutnya seraya menatap sang putra dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Karena apa? Karena aku hanya memiliki satu tangan begitu?"

Wanita itu mengalihkan tatapannya, tidak mau menatap putra yang tidak sempurna miliknya itu lebih lama lagi.

"Lalu itu pantas menjadi alasan? semua itu salahku?! Apa aku meminta untuk dilahirkan seperti ini?! Mereka itu yang tidak tahu diri dan kau pun juga sama dengan mereka, kau hanya diam ketika mereka mengolok-olok ku tadi, kau berbalik meninggalkan aku yang membutuhkan perlindungan, kau meninggalkan putramu karena malu akan perkataan mereka! Kau takut menjadi cacat karena putra tidak sempurna mu ini!"

Plakk...

Sebuah tamparan mendarat dengan mulus pada pipi tirusnya.

Ia menatap tidak percaya kearah sang Ibu yang baru saja menamparnya.

"Kau yang tidak tahu diri! Seharusnya kau sadar, di kota yang besar ini kecacatan seperti dirimu itu tidak akan pernah dapat di terima" Keluar sudah semua kalimat kasar itu.

Eun Joo menatap nyalang sang ibu, "sudah aku duga, kau sebenarnya malu memiliki putra sepertiku bukan? Itu sebabnya kau selalu menyembunyikan ku di dalam rumah ini"

My Little HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang