Girl 21

11 2 1
                                    

Kecewa, terluka dan marah.

Semua perasaan itu bercampur menjadi satu, mengendap dan menyesakkan di dalam rongga dada.

Mencekik setiap aliran darah dan membuat jantung berdetak dengan menyakitkan.

Berlebihan?

Kalian tidak akan mengatakan itu ketika melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana pria yang menjalin hubungan denganmu selama lima tahun lamanya, berjalan bersama dengan gadis lain.

Oh, tidak.

Semua itu tidak selesai sampai di situ.

Pria brengsek itu merangkul dengan mesra pinggang ramping kekasih-selingkuhan-nya itu dengan erat.

Mencium dahi dan bahkan sesekali mengecupi bibir mungil yang telah di poles dengan lipstick berwarna merah darah tersebut.

Sementara di sini, gadis yang telah melewati suka duka serta pahitnya sebuah hubungan dengan pria itu menyaksikan semuanya.

Bak di tarik langsung untuk melihat sebuah adegan drama romantis, yang sayangnya tengah diperankan oleh kekasih brengseknya itu.

Ah, sudah berapa kali kata brengsek terucap?

Abel. Nama gadis yang tengah meneteskan air mata tersebut, sesenggukan menahan semua rasa sakit.

Ini semua akibat kekerasan kepalaannya yang tetap ngotot untuk pergi ke mall, padahal matahari tengah sangat terik di luar sana.

Sama seperti hatinya saat ini, panas dan menyakitkan.

Tidak kuat menahan semua rasa sakit tersebut, Abel berlari keluar dari pusat perbelanjaan tersebut.

Bukannya bahan makanan, malah rasa sakit yang dirinya bawa pulang.

Brakk...

Seorang remaja laki-laki yang tengah bermain game terperanjat kaget saat sang kakak membuka pintu rumah dengan kasar.

"Oh? Kau sudah pulang kak? Mana kripik kentang pesananku?" Tanya pemuda itu tanpa melihat bagaimana mengenaskannya penampilan sang kakak saat ini.

Abel menggertakkan giginya dengan kesal, anak satu ini benar-benar minta di lempar dengan sepatu rupanya.

"Mana kak? Jangan bilang kau lupa membelinya" Tuding pemuda itu kembali.

Takk...

"Arghh! Apa-apaan kau" Akhirnya pemuda itu menoleh dan mengerutkan dahinya ketika melihat wajah sembab sang kakak.

"Kau kenapa? Menangis?"

"Bukan! Mataku kemasukan debu" Sarkas Abel.

"Ooh..." Pemuda itu mengedikkan bahunya tidak perduli.

"Satria! Dasar adik kurang ajar! Apa kau tidak lihat kalau kakakmu ini sedang sedih?!" Abel menyarangkan beberapa pukulan pada punggung sang adik.

Satria berteriak dan berusaha menghindari dari pukulan ganas sang kakak.

"Kau ini, bukankah tadi aku bertanya kau kenapa dan kau menjawab kemasukan debu, lalu salahku ada di mana?!" Seru satria tidak terima.

"Semua pria sama saja! Brengsek!"

"Wah, wah, kau baru saja mengumpatiku?" Satria berkacak pinggang, menatap gadis bersurai hitam tersebut dengan jengkel.

"Revan... Revan.. Dia-"

"Berselingkuh?" Abel mengerjapkan kedua matanya.

"Kau tahu?"

"Sudah lama"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Little HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang