First Dead

524 26 1
                                    

"Apa ini? Kau ingin aku menerbitkan kata-kata sampah ini?!"

Srakk...

Lembar-lembar putih itu berhamburan, membuat gadis yang telah menyusun kertas-kertas itu dengan sepenuh hatinya memejamkan mata.

Sebuah luka tak kasat mata baru saja tergores pada hatinya yang rapuh, ia menatap nanar hasil kerja kerasnya selama berbulan-bulan.

"T-tapi ini adalah..."

"Hentikan omong kosongmu! Bagaimana mungkin seorang penulis terkenal sepertimu menulis cerita yang bahkan anak-anak sekalipun tidak mau membacanya" Pria tua yang berada di hadapannya menatap Sadi sang penulis.

"Ini adalah yang kedua kalinya, apa mau mu sebenarnya? Apa kau sudah bosan menjadi seorang penulis? Ingin aku buat karirmu itu hancur?!" Marahnya.

Sang gadis menggelengkan kepalanya, "tidak, maafkan saya pak. Saya berjanji akan berusaha lebih keras lagi"

"Aku tidak butuh janjimu itu! Buktikan! Atau ucapkan selamat tinggal pada Rera"

Tubuh gadis itu menegang, Rera adalah nama lainnya, nama yang dikenal oleh khalayak sebagai penulis novel terkenal yang karyanya seakan mampu menarik para pembaca untuk masuk ke dalam cerita.

"Orang-orang mengatakan jika manusia akan mengalami dua kematian, apakah ini adalah kematian pertamaku?"

Gadis itu menyandarkan tubuh lelahnya pada pintu ruangan sang atasan, setetes air mata jatuh membasahi pipi selembut pualam itu.

Lalu kepalanya tertunduk dalam, menatap kedua tangannya yang bergetar hebat.

Sungguh kematian pertama dari seorang penulis adalah ketika jemarinya tidak lagi dapat merangkai kata-kata indah.

Ketika pikirannya tertutup oleh sebuah kabut hitam yang tak berujung, saat itulah kematian seorang penulis telah dimulai.

"Frea?" Gadis itu mendongak ketika merasa seseorang memanggil namanya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Doris, teman seperjuangan Frea.

Pemuda itu juga seorang penulis tetapi memilih genre berbeda dari Frea, jika gadis itu menulis sebuah fiksi, maka Doris menulis fakta.

Doris adalah seorang pemuda cerdas yang gemar meneliti kemudian mengabadikan temuannya dalam sebuah tulisan.

Apapun itu, kehidupan, dinamika sosial maupun permasalahan yang sedang di alami oleh banyak orang. Doris adalah penulis yang sangat berbakat.

"Jadi begitu?" Doris menganggukkan kepalanya setelah mendengar cerita Frea.

"Bagaimana jika ini benar-benar akhir dari karirku?" Frea mengusap wajahnya dengan gusar.

Doris menatap iba gadis itu, "aku rasa kau berpikir terlalu jauh, kau hanya sedang jenuh"

Frea kembali menunduk, jenuh? Tak pernah terpikirkan sebelumnya.

Menulis sudah menjadi bagian terbesar di dalam hidupnya sejak ia masih kanak-kanak. Lalu bagaimana mungkin sekarang dirinya bisa merasa jenuh?

Tap...

"Kau hanya membutuhkan alasan baru untuk kembali menulis, seperti sebuah kendaraan, jika kau terus memaksa untuk melewati jalanan buntu tidak akan membawamu kemana-mana, kau harus memutar dan menemukan jalan yang baru" Ucap Doris seraya menepuk bahu Frea dengan ringan.

Petang itu Frea habiskan dengan merenungi kata-kata yang Doris lontarkan. Sementara pria itu sudah pamit pulang beberapa waktu yang lalu.

"Haah... Apakah aku bisa menemukan alasan yang baru itu?" Ia menatap langit yang telah berubah kelam dengan tatapan menerawang.

My Little HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang