Golden Time

94 19 0
                                    

"Kau harus lulus dengan nilai tinggi dan masuk ke Universitas yang bagus"

Gadis yang baru saja melangkah masuk ke dalam kediaman nya tersebut menghela napas panjang.

"Kau mendengar apa yang aku katakan?!"

Gadis itu masih tetap bungkam dan terus melanjutkan langkahnya menuju lantai dua.

"Kau harus menjadi sukses, jadi berhentilah bermain-main dengan pensil dan kertas-kertas bodoh itu"

Mendadak tubuh sang gadis menegang, ia berbalik perlahan dan menatap pria yang terpaut usia cukup jauh dari dirinya tersebut.

"Ya, aku tahu, kau masih senang menggambar dan menyembunyikan kertas-kertas itu di dalam lemarimu"

Tanpa mengucapkan sepatah katapun gadis itu berlari menaiki tangga, membuka pintu berwarna maroon tersebut dengan kasar.

Tatapannya langsung tertuju pada pintu lemarinya yang terbuka lebar.

"Dimana?" Ia mengacak-acak lemari tersebut, berusaha mencari album yang ia gunakan untuk menyimpan karya-karya nya.

"Arghh!" Ia meremas surai hitamnya dengan kasar.

Kedua manik indah itu langsung tertuju pada pintu balkon yang tidak tertutup rapat, terdapat kepulan asap yang berasal dari luar sana.

Kedua kaki jenjangnya melangkah dengan perlahan dan mengintip, "apa? Apa ini?" Ia berjongkok dan meraih sepotong kertas yang masih terlihat utuh diantara lembaran-lembaran kertas yang telah habis di lalap api.

"Aku yang membakar semuanya"

Sontak gadis itu menoleh dan mendapati sosok pria yang tadi berteriak ke padanya.

"Kenapa? Kenapa kakak melakukan semua ini?!" Tanya gadis itu dengan amarah yang begitu kentara.

"Karena aku tidak mau kau membuang-buang waktu dengan sampah-sampah itu" Jawab sang kakak tanpa memikirkan perasaan adiknya.

"Sampah?! Ini semua adalah karyaku!"

"Melukis hanya membuat kau tidak fokus belajar, mau jadi apa dirimu, Nasya? Apakah kertas-kertas itu bisa memberimu makan?"

Ini adalah pertengkaran kesekian kalinya yang terjadi diantara Nasya dan sang kakak.

Radit, sang kakak. Adalah seorang berprinsip keras dan tak segan untuk bersikap tegas, tanggung jawab besar yang di bebankan kepada kedua pundaknya membuat pria itu memiliki watak yang sedikit keras kepala.

Mereka berdua adalah anak yatim piatu dari usia yang cukup belia, sang kakak yang bernama Radit bekerja siang dan malam, menghiraukan rasa letih yang mendera demi sang adik yang saat itu masih begitu kecil.

Kerasnya hidup yang pemuda itu rasakan membuat ia juga bersikap keras kepada sang adik.

Ia selalu mengontrol dan mengarahkan apapun yang di lakukan oleh Nasya, agar gadis itu menjadi seperti apa yang ia mau.

"Aku bukan bonekamu!" Ucap nasya penuh dengan penekanan.

Nasya mendorong tubuh tegap Radit keluar dari kamarnya, menghiraukan amarah sang kakak yang meledak-ledak.

Blamm...

Tanpa ragu gadis bersurai hitam itu menutup dengan kasar pintu kamarnya tepat di hadapan wajah radit.

Brakk...

Brakk...

"Buka pintunya! Aku belum selesai bicara!" Radit menggedor pintu kamar Nasya dengan segenap tenaganya.

My Little HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang