mawar

15 1 0
                                    

Aku sedang  bersama mawarku
Kurengkuh dia, sekuncup mawar putih.
Sangat indah
Memandangnya adalah kedamaian
Mawar itu tak kunjung mekar, apa lagi yang kurang?
Sudah kutunggu menahun tetap saja menguncup
Kupikir mungkin aku terlalu memaksanya
Kalau  begitu, kutunggu saja dengan sabar dan penuh penantian.

Kurengkuh sembari terduduk di kursi usam
Namun jangan salah
Hamparan yang disuguhkan begitu mengesankan
"Ayo mekarlah perlahan,  beri tahu aku bila masih ada harapan"
"Jangan biarkan hanya aku yang  menjadikannya harap, seorang aku yang benar-  benar sarap. Aku mengharapkanmu sefasih itu"

Dihamparan seluas itu nampak setangkai mawar biru yang mekar,
menawan sekali batinku.

Masih terus saja kupandang namun tak sampai hanyut lamunan
Terus kuingat
Aku disini bersama  mawar putihku
Namanya saja insan
Berpikir labil itu mungkin
Sekelebat hal terlintas diotakku
Bagaimana jika sibiru dihantam ilalang
Bukanlah lebih baik kubawa pulang.

Perlahan kuletakkan mawar milikku,
Tentu saja berniat menjemput sibiru.
Kudekati, kupandang dengan pasti
Kulihat dengn sangat, dekat dan lebih lekat.
Selupa itu aku  pada mawarku sendiri.

"Putuskan akan kau bawa yang mana"
Ucap seorang gadis yang dengan tiba-tiba sudah berdiri disamping kursi usam itu
Tepat berada di samping mawarku tergeletak.
"Putuskan mana yang akan kau pilih"
Ucapnya lagi
Aku memandang geram kearahnya
"Jangan sesekali kau coba sentuh"
Pekik ku murka
"Putuskan mana yang akan kau bawa pulang"
Ucapnya lagi dan lagi
Aku menjadi semakin geram
Apa pedulinya, aku bahkan bisa bawa keduanya.
"Kau tak akan sanggup kau tak akan mampu, jangan tamak atau kau akan dapati salah satunya bersemayam dalam angan"
Lagi lagi lagi gadis itu berucap, bahkan kali ini panjang lebar.

Kulirik sedetik mawar biru dihadapanku
Tak berselang kualihkan manikku pada mawar yang baru saja kuabaikan.
Jantungku berdegup tak senada
Aku tak tahu harus bagaimana
Lelah
Satu kata yang melatar belakangi pemikiranku atas ini
Lelah sudah aku menanti
Seolah hanya harap yang kudapat
Tak kuperoleh kepastian atas apa yang aku  harapkan
Serta merta si putih mawarku.

Berombak sudah pemikiranku
Sudah pasti saja bila sibiru kubawa bersamaku.
Namun untuk meninggalkan si putih
Rasanya seperti membuang sia sia seperlima waktu hidupku.

Persetan dengan merengkuh yang sudah ada dan melepas yang sudah lama didada.


AlpukatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang