1. Emak, jodohin gue.

40 1 0
                                    

Daster biru tua dengan rambut cepol. Tangan sibuk menggoyang spatula dan kuali. Wanita paruhbaya itu sangat menikmati perannya pagi ini. Membuat nasi goreng buat suami dan anak perawan satu-satunya. Sedang si anak perawan alias aku, masih asik molor sambil mimpiin oppa-oppa kuria yang menginginkanku. Namun harumnya nasi goreng membuat seluruh cacing di perutku berontak marah membuat mataku mau tidak mau membuka dan mengikuti aroma yang menguar lezat untuk disantap.

Spontan gue langsung memeluk hangat wanita bau bawang nomor satu dihati. "Ma, Nana laper. Wangi banget nasi gorengnya."

"Anak gadis mama, mandi dulu sana!" Mama mengusirku, kakiku sedikit menghentak, beneran cacing diperut gue minta jatahnya pagi ini. Mengambil handuk dan melucuti baju yang melekat ditubuh gue. Pagi ini gue siap menguyur air untuk kesegaran mata gue yang masih setengah terbuka.

***
Usai sarapan, mata gue melirik undangan. Ya ampun siapa lagi ini yang kawin tiba-tiba membuat jiwa ini ambyar. Dengan penuh cemburu juga iri, gue mengambil kertas udangannya. Astaga ini bener Dita, adek sepupu gue. Bukannya dia baru kelar SMAnya. Kok bisa-bisanya udah mau nikah aja. Sementara gue yang nemplok aja gak ada.
"Dita kepergok sama pacarnya, jadi om kamu dan keluarga kita sepakat buat nikahin mereka." Ucap mama.

"Ma, kapan giliran Nana?" Tanya gue sedih. Jujur sedih cuy, tapi kalo ngikutin caranya si Dita ogah juga gue.

"Kamu masih muda loh sayang, nikmatin aja dulu. Mama belom siap loh ngelepas kamu."

"Mama gak kepengen cucu apa?" Tanya gue sinis. Enak aja gue dibilang muda. Gak tau apa kalo jiwa gue ini udah siap buat kawin. Gue pengen kawin, dijodohin gak papalah. Kan emang gue gak laku ini. Diobral-diobral anak perawan.

"Mama masih muda, masih bisa buat adek untuk kamu, kalo pengen bayi." Ucapnya sades.

"Ma, Nana udah 25 loh. Mama umur segini,
Nana udah SD."

"Loh mama kan memang nikah muda sayang."

"Nana juga mau nikah muda, nyesel kemaren nolak lamaran bang Randi. sekarang anak bang Randi udah mau empat, Nana satupun belom. Nana Iri ma, Nana iri, mau juga berkembang biak."

"Ya Allah Nana, sana kamu cari pacar!"

"Ogah, maunya kawen. Kawen ma, jodohin Nana. Om-om juga gak papa yang penting Nana laku."

"Nana sayang, kamu masih bisa nikmati waktu sendiri kamu sayang, kalo udah nikah, waktu mainmu akan hilang."

"Tapi Nana maunya nikah ma! Nana dari kecil gak ada temennya. Pengen kek mama papa bisa peluk-pelukan terus. Nana, kebelet nikah Ma." Curhat gue absurd.

"Ya Allah anak gadis gue, kamu sakit sayang." Papa menghampiri dan memegang jidat lebar gue. "Gak panas, gak panas." Ucapnya geleng-geleng.

"Sayang, kami gak mau kamu kehilangan masa mudamu." Ucap mama, "Kami ingin kamu benar-benar menikmati hidupmu sebelum menjadi istri orang.

"Ma," Suara gue agak meninggi. "Nana kan udah dua lima! Udah kudu kawin."

"Ya udah nanti kamu papa jodohin sama Berry anaknya om Danu."

"Ogah! Gak Berry juga pa. Itu bocah naudzubillah nyetannya."

"Lah tapi kan dia suka kamu dari SD Na, dicoba dulu sama dia. Papa yakin kalian bakal cocok."

Engak, gak mau gue kalo sama Si Berry, Berry sok ngatur itu. Mending gue gak nikah aja daripada sama dia.

Bersambung.

Hai, hai, hai, Reader kece. Selamat Pagi, semoga kita semua selalu bahagia dan terus berkarya.  Buat yang belom ketemu jodohnya semoga segera disatukan secepatnya. Doain juga author yeh, semoga babang jodoh beneran dateng terus ngelamar🥰

Yaudin, selamat menikmati cerita author yehhh. Loveyou, missyou.





Abang jodoh, Kamu di mana?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang