3. Demo Penolakan.

42 1 0
                                    

Alasan kenapa gue pengen banget kawin itu sebenernya yah karena emang mungkin udah waktunya aja kali yah. Namun disisi lain gue iri banget dengan keuwuuan pasangan-pasangan yang udah legal. Post foto dan vidio sana-sini, keknya bahagia banget. Ada yang menjaga, yang ngeromantisin setiap hari. Kan jiwa sendiri gue juga pengen digituin.

Lah kan bisa pacaran! Gue udah dua lima, bukan anak sd jaman now yang bucinnya minta ampun. Gue memang butuh sosok papa yah, beneran papanya anak-anak gue. Gue itu pengen banget nguncirin rambut anak perempuan di kepang dua. Loh mau bilang minjem anak tetangga bisa! Cuih ogah, maksudnya gak ada yang mau sama gue, itu bocil-bocil pada lari kalo ketemu gue.

Mangkanya kawin, menjadi alternatif gue nomor satu, demi kebaikan jiwa sendiri. Biar guling juga berubah jadi kamu, iya kamu loh abang jodoh.

Jadi misi gue sekarang menyelamatkan diri dari pernikahan dengan si setan. Gue harus cari orang untuk dijadikan abang jodoh yang sesungguhnya. Tapi yah pertama gue harus menentang ini semua. Semua ketidakadilan ini.

"Pa," panggil gue ke pak Edo alias bokap atu-atuhnya dan beliau hanya menjawab hem aja tanpa menolehke gue sedikitpun, sibuk dengan koran paginya.

"Pa, Nana mau ngomong." Ulang gue biar aspirasi ini bisa di setujui sama beliau.

"Iya," Buset ni bokap gue bukan TUHAN. Kenapa cuek begitu. Apa sebenarnya gue anak pungut.

"Nana gak setuju! Nana menolak untuk!"

"Apanya yang gak setuju sayang." Akhirnya beliau melihat gue.

"Nana gak mau nikah dengan Berry. Pokoknya Nana menolak dijodohkan. "Ucap gue mengebu, yakin pasti beliau yang terhormat langsung menyetujui aspirasi gue.

"Sayangnya papa, kan Nana sendiri kemaren yang minta kawin. Kok malah sekarang kamu menolak?" Eh, eh apa-apaan ini kok bapak Edo, malah nyalahin gue sih? Gue memang minta kawin tapi bukan sama Berry.

"Tapi gak sama Berry juga pa, Nana gak suka Berry Berry Strowberry!" gue memberengut kesal.

"Lah, emang kamu punya calonnya?" Tanyanya yang membuatku terdiam, "Gak ada kan sayang?" Lanjut yang Mulia Edo. "Udah sama Berry aja, dia udah suka kamu dari Bayi, papa jamin dia bakal membahagiakan kamu." Ucapnya tegas.

Gue tau, Berry emang suka gue, suka mau nyiksa. Pokoknya ogah kalo nikah sama dia, itu bocah mana pernah mau ngalah sama gue. Kecuali udah ngebuat air disudut mata gue mengalir kencang. Berry itu rajanya setan, gak mau gue. Ogah mending sama om sharukhan aja.

Fix demo gue gagal, tuh bapak-bapak kembali ke korannya tanpa mau noleh ke gue lagi. Gagal sudah aspirasi gue, penolakan yang sia-sia. Itu orang tua kan emang ngebet jadiin Berry menantunya. Sial kebangetan hidup gue.

Dengan tubuh lunglai kaki gue melangkah ke ruang favorite. Gue butuh me time. Butuh waktu untuk membuat rencana-rencana berikutnya. Siapa tahu gue menemukan keajaiban. Misalnya ada kucing yang tiba-tiba jadi pria tampan dan mau ngawinin gue, kek di sinetron-sinetron.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Abang jodoh, Kamu di mana?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang