Bagian 10

138 15 0
                                    

Selamat membaca!

Zia terbangun dari tidurnya, karena ada yang mengetuk pintu kamar dari luar. Ia melihat jam menandai pukul 04.00.

Sejak Zia pulang bersama Glevan, Zia langsung mandi dan tidur. Mungkin dia kelelahan karena habis menangis dan hujan-hujanan.

Tok Tok Tok

"Zia buka pintunya, lama banget sih!" sungut Glevan teriak dari luar kamar Zia.

Zia menggeliat kesana dan kemari lalu berdecak pelan, "Apaan sih berisik banget, gue masih ngantuk!" balasnya dengan suara serak.

"Ini temen lo nyariin!"

Teman? Sisil kah? Batin Zia dengan mata yang masih setengah terbuka.

"Iya ini gue Sisil, bukain dong!" Teriak Sisil.

Bagaimana Sisil bisa tau?! Batin Zia lagi.

"Gue tau lo mikir gue siapa. Lo kan kalo mikir lama!" Cibir Sisil dari luar membuat Zia mencebik lalu turun dari kasurnya.

"Iya iya gue buka!" Zia berjalan malas kearah pintu lalu membukanya. Di depannya sekarang ada Sisil yang menatap Zia khawatir, membuat ia kebingungan.

"Loh kok-----"

Omongan Zia terpotong karena sahabatnya itu tiba-tiba memeluknya erat. "Ih, apasih Sisil!" Zia mencoba melepaskan pelukannya namun nihil.

"Gue khawatir sama lo, Zia! Lo tadi kemana? Kenapa gak sekolah?!" Sisil mengomel dipelukan Zia membuat sang empu meringis.

"G-gue agak ga enak badan aja, jadi ga sekolah." Alibi Zia, Glevan yang mendengar itu mengangkat satu alisnya. Kenapa Zia berbohong?

"Tapi tadi kata Syifa, lo udah ada di gerbang sekolah dan ditarik sama cowok." badan Zia membeku dengan pernyataan Sisil, lalu ia melirik sedikit kearah Glevan. Suaminya itu menatap dirinya dengan.....tajam.

"Ah, t-tadi gue dibantuin sama cowok itu. Soalnya kepala gue pusing banget." lagi-lagi Zia berbohong.

"Tapi lo gapapa kan?"

Zia tersenyum menghela. "Gue gapapa," Sisil melepaskan pelukannya lalu tersenyum diiringi tawa kecil. Zia lega Sisil percaya olehnya, tapi disisi lain Zia merasa bersalah dengan temannya yang kelewat polos ini.

"Yaudah kalo gitu gue pulang deh, lo istirahat jangan keluar rumah terus!" pesan Sisil.

Zia mengangkat tangannya hormat. "Siap."

Sisil mengacungkan jempol nya dengan senyum sampai-sampai matanya menyipit, sangat menggemaskan. kemudian gadis itu berlalu dari sana, tak lupa dia memberi pesan pada Glevan agar terus menjaga Zia.

"Udah ah gue mau lanjut tidur." Glevan menengok ke istrinya yang ingin masuk lagi ke dalam kamar.

"Lo ga sakit kan?" Tanya Glevan datar, namun tatapan-nya tersirat khawatir.

Zia berhenti lalu membalikan badannya sembari memegang jidat. "Cuma pusing dikit."

"Siapa cowok yang dibilang Sisil? Karena cowok itu lo nangis?"

"Gak, gue udah bilang kalo dia yang nolongin gue."

"Jangan bohong! Bohong sama suami tuh hukumnya dosa, mau dikutuk lo? Nanti batunya sampingan sama batu Malin Kundang."

Mata Zia melotot seketika. "Ngawur lo! Udah ah gue mau tidur lagi," gadis itu berbalik lalu menutup pintu kamarnya.

Zia lebih memilih mengakhiri pembicaraan daripada harus diintrogasi lebih banyak. Tidur adalah pilihan yang tepat untuk meringankan sakit di kepalanya.

BAD GIRL Vs IDOL (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang