12

181 20 3
                                    

Typo Ingatkan!

====================================

Aize menunggu di halte dengan headset di telinganya. Memutar musik yang cocok di dengarkan di pagi yang sepi.

Tak lama setelah itu Renjun datang dengan senyuman. Aize sangat bersyukur melihatnya. Rasanya seperti mimpi ia bertemu dengan Rubah ini.

Saat bus datang, benak Aize masih beranya-tanya akan hal yang sebenarya ingin Renjun sampaikan. Yang lebih seperti mimpi daripada mereka dipertemukan kembali. Apa itu?

Yah memang, Aize orang yang sangat ingin tahu banyak hal. Namun ia tidak suka mendesak orang lain. Mendesak pun kalau sudah keterlaluan atau terpaksa.

Lagipula tak lama setelah masuk bus, Renjun menutup mata dan terlihat sedang tertidur. Aize tak ingin mengganggunya, hidup Renjun juga berat, mungkin saja ia sedikit lelah.

.

.

Saat bus hampir sampai Aize ingin membangunkan Renjun. Terlihat wajah polos dengan mata terpejam damai. Tak tega memang membangunkanya, tapi mau bagaimana lagi.

"Renjun-ah... Ya Renjun-ah... Bangunlah sudah hampir sampai." Aize menggoyangkan tubuh Renjun sembari berbisik pelan.

"Akkhhh... Ah, maaf aku tertidur, maafkan aku!" Renjun membuka mata sayu, dan meminta maaf. Aize hanya memberinya tanda OK 👌lalu tersenyum.

Turun dari bus, mereka menuju sekolah. Aize dengan ceria menceritakan betapa kagumnya ia kepada takdir. Sedangkan Renjun hanya mendengarkan dan tersenyum.

Sesampainya di sekolah, Aize dan Renjun menyapa satpam yang sedang meminum kopi sembari menuju kelas dengan santai.

Terlihat Jaemin yang duduk sendirian dengan wajah dingin di kelas. Renjun yang mengetahuinya langsung menunduk dan berjalan menuju bangkunya. Aize tersenyum kecil dan mengikuti Renjun.

"Jaemin-ah, jadi kapan kita akan melakukan kegiatan kelompoknya?" Aize duduk menatap Jaemin dengan senyuman cerah.

Tidak ada jawaban dari Jaemin, malahan Jaemin meninggalkan kelas dengan menutup pintu kasar. Aize menghela nafas dan kini menatap Renjun di sebelahnya.

"Aize-sii, aku bisa mengerjakan bagiannya, sudahlah bila memang dia tak mau, sudah ya?" Renjun membujuk Aize supaya tidak ikut campur dengan Jaemin.

"Mmm tidak bisa, dia bisa menulis, membaca, dan sebagainya, karena ia sehat dia harus mengerjakanya juga, aku tidak terima." Aize membalas dengan nada datar nemun di akhiri dengan senyuman.

Sesungguhnya Aize juga tak masalah mengerjakan milik Jaemin. Namun, ia ingin mengetahui seberapa bencinya Jaemin kepada Renjun, dan apa masalah mereka. Aize juga penasaran akan rumor yang berkata mereka dulu adalah teman. Bukan tukang penasaran, bukan Aize namanya.

.

"Kriiing...."

Pelajaran di mulai. Terlihat guru yang menjelaskan materi sembari menulis di papan tulis. Semua tertuju ke arah depan, memperhatikan setiap kalimat yan terlontar dari mulut guru.

Renjun terus memperhatikan juga. Namun setelah beberapa jam, sesekali fokusnya buyar lantaran seperti ada yang menekan kepalanya keras. Sesekali pula Renjun menggelengkan kepala dan memejamkan mata erat.

Aize yang terlalu fokus pada pelajaran juga kurang memperhatikan Renjun. Malahan Na Jaemin lah yang sesekali menatap Renjun yang terlihat kesulitan. 'Kenapa dia?' batin Jaemin.

.

.

"Baiklah anak-anak, kita selesai pada materi ini ada yang tidak paham?" guru yang menerangkan di depan mulai bertanya dan fokus pada muridnya.

Kamu? //Huang Renjun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang