Chapter 12

607 87 58
                                    

.
..
...

~ Why Me? ~
...
..
.

Perdel mendatangi kamar Keitel ketika matahari belum sepenuhnya terlihat dari ufuk timur. Perdana menteri itu memiliki urusan penting dengan sang penguasa Agrigent. Perdel tak habis pikir, seharusnya di jam-jam seperti ini dia akan langsung menemukan Keitel yang berlatih pedang di taman istana dengan dada telanjang juga background para pelayan istana bergender perempuan tengah mimisan bahkan tepar di tempat. Sayangnya, pagi ini tempat latihan tersebut kosong. Hanya ada para pelayan perempuan yang memasang wajah kecewa saja disana. Alhasil, Perdel memilih langsung mendatangi kamar pribadi Keitel karena instingnya mengatakan jika sang kaisar pasti tengah melakukan sesuatu kepada Putri Hinata di dalam kamarnya.

Belum sempat Perdel melayangkan tangan guna mengetuk pintu besar di depannya, dia harus dikejutkan oleh suara caci maki yang biasanya terucap dari mulut pedas sang kaisar. Perdel mendengus, pasti sang kaisar tengah bertengkar dengan Transte.

"Pagi-pagi disuguhi pertengkaran tak penting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi-pagi disuguhi pertengkaran tak penting. Dasar mereka berdua sama-sama bebal." Gumam Perdel.

Perdana menteri Agrigent tidak perlu repot-repot terkejut kenapa bisa ada sosok Transte di dalam kamar Keitel. Sudah menjadi rahasia umum jika makhluk aneh itu kerap sekali keluar masuk kamar Keitel dan berakhir dengan kericuhan kecil.

Perdel tanpa salam dan tanpa mengetuk pintu langsung saja masuk ke dalam kamar pribadi Keitel. Benar saja, Perdel dapat melihat Keitel yang tengah melakukan penganiayaan kepada Transte. Manik Perdel memandang malas adegan tak berfaedah itu sekilas sebelum melarikan maniknya menuju Putri Hinata yang tengah kebingungan melerai keduanya. Melihat tuan Putri Hyuga membuat Perdel memiliki ide cemerlang, mumpung sang Raja protektif tengah sibuk dengan Transte.

Perdel mendekat diam-diam dan tanpa aba-aba segera membekap mulut Hinata. Secepat yang dia bisa, dia segera menyeret Hinata keluar sebelum Keitel menyadari keberadaannya. Perdel baru melepaskan bekapannya setelah mereka berdua berada jauh dari kamar Keitel. Berada pada radius aman menurut Perdel.

Hinata terkejut bukan main. Untung saja gadis itu tidak menggigit tangan Perdel.

"Tuan Perdel, apa yang anda lakukan? Anda menculik saya." Tanya Hinata.

"Tidak tuan Putri. Tidak ada penculik Budiman seperti saya."

"Apa tuan Perdana menteri tidak takut kena marah?"

"Hooo... Tenang saja, tuan Putri. Saya telah menuliskan sepucuk surat yang berisi keterangan bahwa saya membawa anda jalan-jalan." Kata Perdel dengan bangga.

Hinata hanya mampu berkedip dengan pasrah. Masih segar diingatannya bagaimana surat yang dibuat Perdel tidak mampu menyelamatkan perdana menteri itu dari amukan Keitel. Entah bebal atau apa, hal tersebut masih saja Perdel ulangi.

Why Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang