cr: Kaskus/nefri.ryu
Langkah Kaki dan Suara Wanita Misterius di Gunung Argopuro (part 1)
*mau nyoba-nyoba nulis pengalaman mistis selama pendakian ke Gunung Argopuro
Saya (Ryu) dan kedua teman saya, Dian dan Soni berangkat dari Surabaya ke Probolinggo pada Selasa malam. Sampai di pos Baderan sekitar pukul 07.00 WIB. Karena saya ada tugas kantor untuk mencari tahu tentang sejarah Gunung Argopuro dan Dewi Rengganis, jadi sebelum mendaki, saya dan Dian singgah ke rumah tokoh masyarakat disana (nanti akan diceritakan tentang sejarah Gunung Argopuro dan Dewi Rengganis dari buku lama sesepuh). Sekitar pukul 10.00 WIB, kami bertiga memulai pendakian dari jalur Baderan.
Di pos Baderan, kami bertemu dengan sepasang kekasih yang merupakan mahasiswa dari Semarang, karena mereka baru perdana mendaki gunung argopuro, jadi mereka ikut barengan mendaki bersama kami. Ditengah perjalanan, kami bertemu dengan satu tim lagi, yaitu mahasiswa dari Jogjakarta. Lima orang mahasiswa Jogjakarta ternyata baru juga mendaki gunung argopuro, mereka nekat mendaki gunung tanpa ada satu orang pun yang pernah mendaki gunung ini sebelumnya. Akhirnya, mereka juga ikut bergabung bersama kami, dengan total 10 orang.
Karena beberapa teman mengalami cidera dan kondisi fisik yang kurat fit, akhirnya kami sampai di Mata Air 1 sekitar pukul 18.00 WIB. Di pelataran mata air 1, kami bertemu dengan dua pendaki asal Depok yang juga baru pertama kali mendaki gunung argopuro. Kami langsung mendirikan tenda dan memasak untuk makan malam.
Di pelataran mata air 1 penuh dengan empat tenda dari 4 kelompok masing-masing. Malam pertama di gunung argopuro sungguh membuat saya merasa kedinginan, karena sepanjang perjalanan hujan turun dengan derasnya dan karena bergegas ingin sampai, saya tidak menggunakan raincoat. Malam itu, tidak ada hal-hal aneh yang terjadi dan kami menikmati malam itu dengan makan dan tidur untuk memulihkan tenaga melanjutkan perjalanan di hari kedua.
Rabu pagi, hari kedua pendakian dimulai sekitar pukul 10.00 WIB, Karena banyak orang, persiapan perjalanan juga agak molor. Kami berjalan beriringan, untungnya jalur dari mata air 1 ke mata air 2 hanya satu arah saja, jadi mudah bagi saya untuk jalan duluan sendirian. Sekitar dua jam, akhirnya saya dan Soni sampai di Mata Air 2. Namun, lagi-lagi kami harus menunggu teman-teman lain dibelakang. Satu persatu teman-teman akhirnya sampai, hingga satu jam berlalu, semuanya sudah berkumpul di Mata Air 2. Kami akhirnya memutuskan untuk makan siang di Mata Air 2 sambil mengisi bekal air minum.
Sekitar pukul 13.00 WIB, kami kembali melanjutkan perjalanan. (saya sarankan kalau naik gunung jangan rame2, nunggunya kelamaan kalo rame2,hehe). Beberapa kali, kami di barisan depan harus menunggu semua teman-teman dibelakang terlihat, karena tidak ingin mereka tertinggal jauh. Hingga akhirnya kami sampai di pelataran Cikasur sekitar pukul 17.00 WIB. Selama perjalanan, beberapa kali hujan turun, kali ini saya tidak ingin basah kuyup konyol lagi dan sigap menggunakan raincoat. Tim kami memilih mendirikan tenda di bekas bangunan rumah yang beratap. Sedangkan tiga tim lainnya mendirikan tenda di tanah kosong tak jauh dari tenda kami.
Malam pun membawa aura dingin di Cikasur. Semua pendaki memilih beristirahat didalam tenda masing-masing. Sekitar pukul 22.00 WIB, Andi, salah satu pendaki asal Jogjakarta mendengar ada langkah kaki mendekat ke tendanya.
"Mas Soni..," ucap Andi menegur orang diluar tenda.
namun tak ada sahutan siapapun.
"Mas Dian," Andi kembali memanggil nama temanku.
Namun lagi-lagi tidak ada sahutan apapun. Andi dan keempat temannya saling pandang, namun mereka tidak ingin berpikir macam-macam. Mereka kembali melanjutkan obrolan hingga rasa kantuk menggelayuti mata mereka dan segera memilih tidur.