GUNUNG DEMPOPART 1 (Penampakan None Belanda)
Gunung Dempo (3.159 Mdpl) emang gak setenar gunung-gunung lain di Sumatera. Selain karena tingginya gak semenjulang gunung-gunung di Jawa, jarak tempuh ke perkampungannya juga jauh. Gunung Dempo berada di Kota Pagaralam, Sumatera Selatan (Sumsel). Jarak antara kota Palembang ke Kota Pagaralam itu sekitar delapan jam (kalo naik bus antar kota dalam provinsi). Dari pemberhentian terakhir, di Pabrik Teh Pagaralam, kamu harus berjalan lagi ke Kampung IV. Biasanya kita sering numpang truk karyawan pemetik teh. Bisa satu jam deh kesana, tapi kalo mau jalan.. yaaa bisa 2-3 jam lah. Tergantung niat masing-masing.hehee. Dari kampung empat, kamu juga harus jalan lagi sampai pintu rimba. Barulah disana kamu akan memulai pendakian.
Selama pendakian gunung Dempo, kamu bisa beristirahat di Shelter 1, Shelter 2 sebelum muncak, serta di pelataran (dibawah puncak Gunung Dempo). Pelataran ini berada ditengah puncak Gunung Dempo dan Puncak Merapi. Jadi, sebenarnya ada dua puncak yang bisa kamu daki. Namun, untuk mendaki gunung ini, harus sering-sering berolahraga. Jalurnya ajib banget, kamu akan merasakan sensasi mencium lutut setiap akan lanjut mendaki keatas. Bukan sekali dua kali mencium lutut, tapi terus menerus. Nah.. bayangin aja deh..
So.. ane gak akan ceritain panjang lebar gimana jalurnya. Tapi ane akan ceritain tentang kisah mistis yang dialami temen ane, Nila.
Walau cewek, tapi Nila termasuk yang sering mendaki Gunung Dempo. Biasanya di bulan Agustus, para pendaki sering ngerayain HUT RI 17 Agustus di puncak gunung. Sama juga kayak temen ane nih. Tahun lalu dia juga ngerayain HUT RI di Gunung Dempo. Yaa.. kebayang kan gimana ramenya tuh gunung, kalo para pendaki mau ngerayain dipuncak gunung semua.
Berangkat dari Palembang, Nila membawa satu keril dipunggung dan satu daypack didepannya. Dia berangkat sendirian loh.. Setiba di pintu Rimba, dia bertemu dengan teman-temannya yang lain dan akhirnya mereka mendaki bareng. Padahal Nila gak ada janji mendaki bareng, tapi karena banyak ketemu teman-temannya, akhirnya dia barengan aja.
Akhirnya Nila mendaki bareng dua tim, yang kebanyakan pria semua. Nila termasuk cewek yang rajin dan pinter masak. Oleh karena itu, teman-temannya merasa beruntung kalo barengan sama Nila. Nila juga membawa kebutuhan pendakiannya sendirian.
Rencananya, Nila ingin nge-camp di Shelter 1. Karena kata orang, Shelter 2 lebih angker dan sering terlihat penampakan. Namun, karena teman-temannya ingin nge-camp di Shelter 2, akhirnya Nila pun mengikuti ritme teman-temannya.
Hujan pun mengguyur perjalanan mereka ke Shelter 2. Sesampai disana, mereka langsung memasang tenda masing-masing. Ada tiga unit tenda yang mereka pasang. Sayangnya, tenda yang dibawa Nila bocor dan tidak layak digunakan. Terpaksa Nila menumpang di tenda Agus dkk. Untuk ukuran tenda 5 orang, terpaksa harus diisi oleh 6 orang. Karena tubuh Agus dkk ini pada gembul-gembul semua, akhirnya mereka pun beristirahat di tenda melebihi posisi susun dencis. Ada yang tidur, ada yang duduk, ada yang kakinya dilipet. Gitu deh..
Malam pun menyelimuti hutan gunung dan udara di Shelter 2 pun terasa menusuk-nusuk raga. Karena posisi yang kurang mengenakkan untuk tidur, Nila yang kebagian posisi duduk pun susah untuk memejamkan mata.
Rasa kantuk hilang seketika, karena semua pada tidur, akhirnya Nila memilih memainkan telepon genggamnya, walaupun tidak ada sinyal.
Malam itu sekitar pukul 02.00 WIB. Tidak ada lagi aktifitas yang terdengar diluar tenda Nila. Entah mengapa.. Nila langsung melihat ke sudut tenda, seperti ada sesuatu yang menarik untuk dilihat.
Lalu..
Pandangan Nila seperti tidak terhalang oleh parasut tenda dan Nila bisa melihat luas diluar tenda. Seketika.. Nila melihat dengan jelas sosok wanita cantik berparas bule, kayak none Belanda.