Intro
Namaku jodi, aku berumur 13 tahun dan aku sudah sampai di kelas 2 smp.Kata orang-orang di jam 12 sampai jam 3 pagi adalah jam yang mengerikan. Tetapi aku tidak percaya karena aku pernah terbangun jam 2 pagi dan tidak ada apapun.
Malam jum’at nanti aku dan teman-teman sekelas akan uji nyali yaitu mencari lilin di dalam lingkungan sekolah.
“Ayah tolong catat doa ayat kursi”. Ucapku ke ayah.
“Buat apa?”. Tanya ayahnyaa.
“Nanti malam aku ada kegiatan uji nyali di sekolah. Jadi aku akan membaca ayat kursi kalau setannya nggak ilang berarti itu setan palsu” jawabku kepada ayah.
“Oh.. Ya nanti ayah tulis”. Jawab ayah.
Pada jam 16.00 aku berangkat menuju sekolahan. Disana teman-temanku sudah datang. Aku tiba di sana pukul 17.00 karena lama menunggu busnya.
“Anak-anak ayo solat dulu”. Kata pak guru
Kami solat berjamaah di musola setelah selesai solat aku dan teman-teman menuju ke gerbang sekolah.“Semua sudah berkupul”. Kata pak guru
“Belum pak”. Jawab sandi.
“Siapa?”. Tanya pak guru.
“Maaf pak”. Kata joni sambil berlari.
“Oke sekarang absen satu silahkan pergi ke sekolah carilah 4 lilin. Jangan dinyalakan ini senter”. Kata pak guru sambil menyerahkan senter.
Semua siswa dan siswi gagal ada yang pingsan dan ada yang menyerah. Aku tegang sekali karena siswa terakhir sebelum absenku terlihat pucat.
Part 1 - END
Sekolah angker.“Absen terakhir. Jodi”.
Kata pak guru aku langsung mengambil senter dan berlari ke sekolah. Baru saja masuk ada seseorang berbaju putih, aku langsung mengambil kertas ayat kursi dan membacanya.
Ternyata setan itu tidak hilang.
“Ha… Ha… Ha… Aku tahu itu bukan setan. Sialan kamu”. Kataku sambil berlari menujunya.
Setan palsu itu lari dan aku gagal mengejar. “Hah ternyata hanya orang. Mulai sekarang aku tidak takut”.
Aku berlari menuju kelas 7f di sana tidak ada lilinnya dan aku berlari menuju ke dekat wc sekolah ternyata lilinya ada di sana. Di tengah perjalanan aku mendengar suara mengerikan. Aku tetap tidak menghiraukan.
Baru saja aku mengambil lilin itu, ada bocah di belakang ruang kelas 8g aku perlahan mendekatinya ternyata ada anak kelas 7 yang sedang bersiap-siap menakutiku setelah dia siap.
“Woi… Maju sini bocah”
kataku sambil berjalan menuju bocah itu. Aku memukulnya dengan keras anak itu menangis dan meminta maaf karena akan menakutiku.
“Bocah kamu tahu dimana 3 lilinnya nanti aku antar ke pak guru”. Kataku kepada anak itu
“Lilin kedua ada di kelas 9a tepat di dalamnya sementara yang ketiga ada di samping lilin ke dua. Yang keempat ada di depan gerbang sekolah”. Kata anak itu.
Lalu aku mengantar ke depan gerbang, aku tidak lupa mengambil lilin itu. Setelah itu aku berlari menuju kelas 9a sampainya aku di tangga ada suara mengeriakan, aku berlari dengan ketakutan dan tiba-tiba di depan ada meja aku melompati meja itu dan di depannya aku melihat hantu mumi.
“Hwaaaaaa”.
Teriakku dengan ketakutan. Mumi itu mendekat tingginya lebih tinggi dari aku. Aku pergi dan terpagang meja mumi itu semakin dekat aku memukul perutnya lalu aku ke atas meja dan loncat ke belakang mumi. Aku berbalik badan dan menjepit perut mumi dengan tanganku lalu membantingnya ke belakang.
Mumi itu pingsan dan aku memegang wajahnya ternyata itu topeng kulit, setelah aku buka topengnya ternyata itu warga sekolah.
“Haa…” aku terkejut. Aku berlari menuju kelas 9a dan mengambil lilin itu ternyata ada di meja depan.
Tiba-tiba brukk… Pintunya tertutup sendiri.
“Aaaaaaaaaa”. Aku terkejut. Lalu aku menarik nafas panjang-panjang dan membuangnya. Dan “Hyaaaaa…” aku berlari dan menendang pintu itu. Bruak…
Pintu itu terbuka. Setelah itu. Aku berlari menuju tangga. Aku terkejut karena nggak ada warga sekolah tadi. Aku lagi-lagi mendengar suara mengerikan. Aku ketakutan dan terus berlari, ternyata di depanku nambah satu lagi mejanya. Aku melompat ke atas meja dan meloncat lagi ke depan.
Setelah turun tangga aku berlari ke pintu gerbang. Di perjalanan aku mendengar suara mengerikan itu dan berlari
“Whaaaaaaaaaa” aku berlari. “Hah… Ada lagiiii". Hyaaaaa aku terkejut.
Aku berlari dan menendang orang yang ada di depan gerbang. Dan bum… Ternyata aku menendang karung yang digantungkan. “Aduh kena tipu lagi” ujarku di dalam hati.
Tepat selesai melewati gerbang aku berjalan keluar taman.
“Prok… Prok… Prok… Prok… Prok… Prok…”
suara tepukan tangan dari pak guru dan teman-teman. Ternyata aku berhasil melewati segala tantangan.
“Fyuh…”
Aku menarik nafas dan membuang nafas, aku bangga karena hanya aku yang berhasil. Setelah pulang aku dan teman-teman diantar oleh pak guru menggunakan mobil antar jemput di dalam mobil terasa panas karena ada 35 anak 5 anak berdiri dan sisanya duduk.
Setelah sampai di rumah semua sudah tidur aku mengketuk-ketuk pintu dengan keras ayahku terbangun dan membuka pintu. Lalu ayahku mengajakku untuk tidur di ruang keluarga.
Aku dan ayahku berbaring di ruang tamu, tetepi tvnya masih menyala terus, sampai ibuku terbangun dan mematikan tv. Setelah itu aku dengan sekeluarga tidur dengan nyenyak.
Penulis:
Ardi Setiawan JordiSumber:
http://cerpenmu.com/penulis/ardi-setiawan-jordi