❥ Sore ini tepatnya pukul lima lebih lima belas menit, Juyeon dengan tas ranselnya sudah berada di tengah kerumunan orang orang entah sehabis pulang kerja ataupun seperti dia yang baru pulang kuliah.
Dirinya paling benci untuk berdesakan di kendaraan umum seperti ini. Kalau bukan karena mobil kakaknya rusak, mobilnya tidak akan ditumbalkan untuk dipakai sang kakak kemana pun itu. Juyeon juga tidak peduli.
Sudah hampir 100 helaan nafas yang ia keluarkan sepanjang perjalanannya kali ini.
Matanya langsung tertuju ke kursi kosong di depannya, kebetulan orangnya sudah ingin turun. Baru ingin duduk dengan tenang disana tapi kegiatannya harus dikacaukan oleh lelaki yang lebih tinggi darinya, tangannya mendekap Juyeon agar tidak pergi kemana mana, mungkin lebih bisa disebut dengan back hug.
Alhasil bangku tadi diisi oleh seorang ibu ibu yang sudah tua dengan beberapa plastik hitam di tangannya.
Gue kalah start sama nenek nenek.
"Lo apa— lo lagi? Anjir nih ya mas gue udah nungguin tempat duduk dari stasiun Pocin bayangin udah berapa lama gue diri, capek mas!" keluh Juyeon. Yang dimarahi hanya terkekeh pelan, heran dengan lelaki yang di dekapannya. Apakah ia belum tau tempat duduk prioritas buat siapa?
"Itu tempat duduk buat yang prioritas, cuman buat orang disabilitas, lansia, ibu hamil dan ibu dengan balita. Sudah mengerti adek Juyeon?" Younghoon agak mengeraskan suaranya saat memanggil Juyeon dengan sebutan adek.
Lagipula Juyeon seperti bayi, jadi ia tidak salah kan memanggilnya dengan sebutan Adek?
"Serah lo anjir, gue marah banget awas ah ngapain coba peluk peluk gue? Jijik tau!"
Sepertinya Younghoon harus lebih menyabarkan diri kalau ingin mendekati lelaki manis di depannya ini.
Gue ngapain dah? Tembok gue sama dia terlalu tinggi anjir.
"Emang lo mau turun dimana sih?" tanya Younghoon pelan, takut mengganggu orang orang di sekitarnya.
"Mau ke kota."
"Ngapain sampe sana?"
"Terserah gue dong, mau ngapain kek."
Baru ingin memikirkan jawaban yang pas, Juyeon sudah terlebih dulu berbicara lagi.
"Gue mau ke Starbucks, haus. Lo mau temenin gue gak?"
Mukanya sambil begini (❛ө❛)
⚣
"Oh masih semester 6, lo berarti setahun lebih muda daripada gue ya?" tanya Younghoon, ia dan Juyeon memutuskan untuk turun di stasiun cikini dan naik motor ke café terdekat.
Daripada bayi di depannya ini ngeluh karena haus mending langsung buat keputusan untuk mengantarkan Juyeon sampai tujuan.
Siapa tau Younghoon mendapatkan titik terang untuk mendekati Juyeon. Dibagi kontak misalnya?
Juyeon mengangguk sambil menyeruput kopinya seperti anak kecil meminum susu, lucu.
"Kak Younghoon lagi ngurus skripsi ya?" tanya Juyeon pelan, walaupun galak begini ia kan tetap harus sopan ke kakak tingkatnya.
Satu fakta yang ia dapat, kampus Younghoon dan dirinya sama. Hanya berbeda fakultas.
"Yoi, kok gue baru liat elo ya sekarang. Ketemunya juga bukan di kampus lagi, jarang ya main ke FT?"
Sebelum menjawab pertanyaan dari Younghoon, Juyeon meminum kopinya terlebih dahulu dan langsung bercerita panjang lebar dengan satu tarikan nafas, "Dih mau main ke FT sama aja kayak masuk ke kandang macan serem banget! Waktu itu gue pernah sekali tapi kapok, diliatin banget abisnya."
Younghoon tertawa, melihat Juyeon dengan beberapa remahan kue kering disekitar mulutnya dengan ocehannya seperti tadi adalah suatu kombinasi yang pas.
"Kayak gimana diliatinnya, kan lo sendiri mirip macan masa takut sih masuk ke kandang sendiri."
Saat mendengarkan menuturan meledek dari Younghoon, langsung saja tangannya mencubit lengan kurus lelaki di depannya ini. Gemas, masa ia dibilang mirip singa? Ia kan mau disamakan dengan kucing saja.
Kucing jantan yang tangguh! (ꐦ ◣‸◢)
"Aduh ampun, gila cubitan setan. Sakit banget dek."
"Bodo amat," ucap Juyeon sambil memajukan bibirnya beberapa senti.
Keduanya kembali diam sambil menyelami pikirannya masing masing, Juyeon dengan tangannya yang sibuk mengaduk es di gelas dan Younghoon yang sibuk dengan hp nya.
Terlebih lagi sudah terdengar suara adzan yang berbunyi dari tv café ini, keduanya semakin terdiam.
Setelah adzan sudah selesai, Younghoon berdiri mengajak Juyeon untuk ikut dengannya ke masjid terdekat. Bukannya apa, tapikan Juyeon tidak enak kalau hanya menunggu di pelataran masjid.
"Ayo temenin gue shalat dulu abis itu gue anterin lo pulang, nanti lo duduk aja depan masjid kalo ada warung syukur bisa sambil jajan lagi kan," kata Younghoon sambil menyodorkan tangannya, ragu ragu Juyeon menerima sodoran tangannya.
"Yaudah ayo, tapi jangan lama lama ya! Gue nanti malu!"
Younghoon hanya terkekeh kembali.
Ya mau gimana lagi namanya beda agama ya harus toleransi terhadap sesama kan?
⚣
xixixi maaf ya kalo ngebosenin, gimana kabar kalian hari ini? Semoga selalu baik! ˃̵͈̑ᴗ˂̵͈̑
KAMU SEDANG MEMBACA
Viridity | bbangju
Fanfictionkisah cinta mereka yang rumit, terhalang penghalang yang terlalu tinggi. entah apa jalan keluarnya.