Part 1 - Different Things

97 16 1
                                    




Kelas 12,




     Hari Senin. Hari paling membosankan sekaligus menjengkelkan. Panasnya selalu membuat para murid mengelu, ditambah hari ini IPA 1 dihadapi ulangan Fisika dadakan oleh pak botak. Pemuda berambut setengah gondrong itu kembali merengek tak jelas.

“Emang ya tuh guru, suka bener bikin muridnya susah.”

Mark yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Kembali mengaduk es teh miliknya dan meneguk dengan tenang.

“Coba aja Mark gak dipindah duduknya ke depan. Pasti contekan lancar jaya.” celetuk Hendery, cowok yang katanya manis.

Saat ini mereka berlima duduk diarea pojok kantin. Kenapa pojok? Selain bisa menguasai banyak tempat, posisi ini sudah menjadi hak milik kelimanya. Ditambah Jeno si kapten basket, Xiaojun anak futsal, Lucas dan Hendery anggota basket dan Mark si cassanova paling hits disekolah. Tak perlu mengikuti ekskul apapun nama Mark sudah cukup membanggakan dimata guru sebab nilai akademik dan non akademik yang selalu sempurna.

Mereka berlima seakan menjadi pangerannya sekolah. Formasi kelima pemuda itu seakan membuat para adik kelas mengidolakannya dalam kedipan mata.

Apalagi Lucas, si socialbutterfly dengan mulut manisnya yang suka nyepik sana-sini. Makin membuat popularitas mereka meningkat. Xiaojun dengan wajah kalem buat sebagian adik kelas menyebutnya ubin masjid.

Jeno, sitampan ketua basket itu terkenal dingin dan punya aura menindas. Buat adik kelas envy sendiri jika melihat Jeno tertawa ngakak bersama sahabatnya.

Ditambah Hendery, cowok yang memiliki kepercayaan diri tinggi itu berucap lantang mengklaim bahwa namanya 'Hendery si Manis anak Bunda Huang', mengaku bahwa alergi terhadap situasi serius bersama Lucas dipihaknya.

Dan yang terkahir, Mark. Cukup menoleh saja sudah membuat banyak orang terpesona akan dirinya. Bersama keempat sahabatnya, mereka memang berada di kelas unggulan. Nilai Mark selalu bagus, menempati posisi tiga besar paralel. Namun itu tak membuat nilai non akademiknya anjlok, justru pemuda itu dengan lancar membuat nilai itu menjadi sempurna.

Mark, cowok hits nomer satu yang menjadi contoh murid baik dikalangan guru-guru nyatanya hanya cowok biasa dengan garis wajah datar andalannya. Tertawa saat hanya bersama temannya dan lebih memilih diam bila dihadapan publik.

Jika Jeno adalah cowok dingin yang angkuh dan memiliki aura menindas, Mark justru kebalikannya. Mark memang datar namun ia tak pernah berlaku kasar apalagi terhadap perempuan. Mengacuhkan para fans yang sering mendekat dengan menjauh perlahan.

“Ehhh ada neng Haechan hehe...”

Haechan dan kedua sahabatnya menoleh, dengan semangkuk mie ayam yang mereka bawa diatas nampan masing-masing.

“Chan kata Mark dia sudah siap kok kalo lo tembak.” celetukan Lucas membuat Haechan menatap Mark yang mendengus sinis.

Masih asik menikmati minumnya dengan pandangan mengarah kelapangan. Tampak tak ingin diganggu.

Haechan menghela nafas.

“Kayaknya gue kurang berusaha Cas.”

Nada samar itu membuat Hendery dan Lucas merapat mengerti. Siapa sih yang tak kenal dengan Haechan?

Cewek semok, mayoret sekolah itu memang sudah dari kelas sepuluh mengejar Mark. Hendak membuka pintu hati Mark yang beku namun mengetuknya saja tak bisa.

Haechan dan kedua sahabatnya berlalu, ke meja tengah kantin.

Haechan melirik, mengamati mata Mark yang masih saja terfokus dengan seseorang yang berada di lapangan.

Hhh, semoga aku yang mendapat tatapan terakhir darimu...


-oOo-


Haechan menyandarkan tubuhnya pada tembok disebelahnya. Tangannya mendapati helaian rambutnya yang rontok. Bukan, ia bukan penyakitan. Hanya saja ada hal yang membuatnya seperti ini.

Renjun yang barusaja duduk jadi menoleh.

“Karna itu lagi?”

Haechan mengangguk malas. Haechan menghela nafas berat kepalanya ia tumpukan di atas tas peach berukuran kecil miliknya.

Yangyang, cewek tomboy itu lagi tidur dibelakang. Dengan sticky note kuning dan tulisan Renjun 'diobral'. Haechan meraih handphone nya yang bergetar.

Manampilkan sebuah pop up massage yang beberapa hari ini selalu mengganggunya. Menyuruhnya agar mengakhiri hidupnya.

Haechan kembali memasukkan hapenya tak mau peduli banyak.

Hidupnya sudah sulit, orang-orang menganggapnya sebelah mata, kisah cintanya rumit tak berujung ditambah si peneror akhir-akhir ini yang rajin mengirimi beberaoa pesan ancaman kepadanya.

Jika bukan karna Mamanya, Haechan pasti akan menuruti si pelaku agar mengakhiri hidupnya sekarang. Tapi mengingat betapa kacaunya kehidupannya dan Mamanya membuat ia mengurungkan niat jahat itu.

Hidup Mamanya harus bahagia walaupun Haechan yang berjuang. Ia tak ingin melihat Mamanya itu terus meratapi nasib dengan tak mau berbicara sejak lima tahun yang lalu atas kepergian Papanya yang menikah dengan wanita lain.

Haechan jadi melamun.

Memikirkan betapa sedihnya kisah hidupnya. Sosok jangkung Mark terlintas dibenaknya.

Pagi tadi, ia sudah meletakkan susu kotak tanpa rasa, sebuah roti dan tisu di dalam laci Mark. Menyingkirkan hadiah-hadiah lain dan menyisakan barang miliknya disana.

Memang hal itu sudah menjadi rutinitasnya selama dua tahun lebih. Alih-alih mendapatkan perhatian justru ia berfikir agar Mark menjalankan harinya dengan semangat. Ia juga menyempatkan meletakkan sticky note kuning yang selalu dibawanya dengan pesan, 'semangat hari ini!' .

Ah, sudah dua tahun lebih Haechan jatuh hati pada pemuda blasteran Canada itu. Sudah berkali-kali pula ia mendapatkan penolakan dan hal lain yang membuatnya banyak makan hati.

Untung saja Haechan memiliki hati tahan banting. Ia sudah menyiapkan mental sendiri ketika menghadapi sifat batu Mark.

Mark. Cassanova sekolah. Tampan. Kebanggaan guru-guru.

Kenyataan itu cukup membuatnya sadar terhadap realita dengan sikapnya yang selalu dijadikan contoh buruk siswi disekolah.

Mungkin kata Jeno benar, cowok baik-baik pastinya mau sama cewek baik-baik. Tidak seperti dirinya yang langganan keluar masuk BK, berseragam tak selayaknya, sepatu bewarna ungu mengkilap, tas ransel kecil yang hanya muat satu buku kosong dan pulpen. Tiap tiga hari sekali mampir di kelab malam dan pulang subuh sehingga membuatnya telat tidur dan terlambat masuk sekolah.

Namanya mungkin tak asing. Bagaimana tidak, guru piket yang bertugas menjadi amanat itu pasti menyempilkan nama indahnya ditiap kalimat sebagai contoh buruk terhadap siswa siswi lainnya.

Hei, tapi ini Haechan!

Cewek yang gak gampang nyerah.

Cewek yang dengan optimis bilang bisa meluluhkan hati Mark yang dingin. Dengan pasukan Lucas dan Hendery sebagai pendukungnya. Dan Jeno sebagai hatersnya.

Lucas dan Hendery bahkan sering merayu Mark agar memacari segera Haechan yang katanya sudah lelah hingga berkeriput.

Dengan bumbuhan kalimat andalan,

“Haechan, butuh seseorang kayak lo Mark...”

Dan dijawab lirikan mata jengah Mark.

Haechan jadi menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya. Tidur begitu saja menyusul Yangyang dibelakang.

Bagaimanapun ia dan Mark sangat berbeda.







TBC

bubbly; markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang