"hubby~" Haechan mengguncang pelan tubuh besar yang masih tergelatak di atas ranjang.
"eung~" lenguhan serak khas bangun tidur membuat Haechan menatap jengah sang suami.
"ihh ayo" Haechan merengut sebal.
Kini Haechan tengah menarik paksa tangan sang suami agar cepat bangun. Jaemin tetap pada posisinya, dia sangat malas untuk bangun pagi ini.
"kalo gak bangun juga, gak ada jatah buat sebulan" ujar Haechan yang sudah lelah membangunkan suami tercintanya.
"EHHH!!" Jaemin langsung terduduk dan meraih handuk lalu melesat ke dalam kamar mandi, tapi dia keluar kembali menghampiri si manis yang akan keluar kamar.
Chup
"morning kiss" senyuman jahil Jaemin terkembang apik di wajah paginya, lalu secepat kilat dia kembali masuk ke dalam kamar mandi.
Haechan berdiri mematung di depan pintu, pipinya memerah dan panas karena baru saja menerima serangan mendadak.
"ish apaan sih, kek pengantin baru aja" Haechan tersenyum malu-malu lalu menepuk-nepuk pipi gembilnya guna menyadari dirinya dari lamunan gilanya.
"arggh, udahlah mau nyiapin makanan aja" Haechan menutup pintu kamar lalu berjalan menuju dapur.
Tadi dia sudah memasak tapi belum menata meja makan, dia tersenyum cerah mengingat sang suami yang selalu lahap memakan masakan buatannya.
Haechan akui jika suaminya lebih ahli dalam hal dapur, tetapi itu tak berarti Jaemin yang menjadi juru masak di rumah mereka. Karena urusan dapur adalah tanggung jawab Haechan.
Haechan menata masakannya dengan bersenandung ria, wajahnya tampak sangat ceria. Setelah selesai menata makanan dia kembali ke kamar untuk mengambil tasnya, karena sehabis sarapan dia harus pergi bekerja.
Ketika Haechan tengah merapikan tasnya, Jaemin keluar dengan tubuh yang hanya di baluti handuk dan rambut yang masih basah. Perut kotak-kotak Jaemin selalu menjadi objek favorit mata Haechan.
"pergi bareng?" tanya Jaemin yang kini tengah membuka lemari pakaian mereka.
Haechan menggeleng pelan lalu berjalan menuju Jaemin, tangan si mungil lebih dulu menutup lemari, membuat sang dominan terkejut karena suara hempasan lemari.
"kenapa hmm?" Jaemin mengelus pipi Haechan, si mungil berjalan masuk menuju kungkungan Jaemin.
Haechan mengalungkan tangannya di leher kekar sang suami, Jaemin tersenyum miring lalu memeluk pinggang Haechan dan membawa tubuh itu semakin dekat dengannya.
Jaemin mendorong tubuh Haechan untuk merapat pada lemari, punggung si mungil terbentur pelan.
"mau lanjutin morning kiss?" tanya Haechan dengan memberikan wink pada Jaemin.
Jaemin menyeringai lalu mengangguk, tanpa basa basi si mungil menarik tengkuk Jaemin lalu mencium dengan ganas bibir tipis itu. Di sela-sela ciumannya Jaemin tersenyum senang, dia sangat senang jika sang istri yang memulainya lebih dulu.
Tangan kekar Jaemin naik ke leher Haechan, memperdalam ciuman mereka, sedangkan tangan Haechan mulai turun ke bawah untuk menyapa perut kotak-kotak kesukaannya.
Kepala mereka bergerak ke kanan dan ke kiri, mencari posisi ternyaman. Lidah Jaemin masuk dan langsung membelit lidah Haechan, membawa sang istri berperang lidah. Tangan Haechan tak henti-hentinya meraba perut Jaemin, hingga tangannya mulai meraih ujung handuk Jaemin namun dicegat Jaemin.
Ciuman mereka terputus, keduanya saling meraup oksigen. Tetapi wajah si manis tampak bingung.
"jangan sekarang hmm" Jaemin mengelus bibir basah yang mulai membengkak milik Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ꜰᴀᴠᴏʀɪᴛᴇ ᴛᴇᴀᴄʜᴇʀ • ɴᴀʜʏᴜᴄᴋ
Fiksi PenggemarHaechan adalah guru yang paling Jaemin sukai bahkan ia mencap bahwa Haechan adalah guru ter-favorite baginya. Favorite bukan dalam artian menyukai pelajarannya tetapi menyukai bagaimana dia membuat sang guru naik pitam karena harus mengurus kelakuan...