2. Siapa dia?

17 1 0
                                    

Bel pulang sudah berbunyi sejam yang lalu, tetapi Adel masih di kelasnya. Jemari tangannya tak berhenti menggerakan lembar demi lembaran kertas itu. Bibirnya berguman kecil menghitung ada berapa. Adel sekarang tengah menghitung uang kas, sebenarnya Adel bukan tipikal orang yang pandai mengelola uang, apalagi ini uang kelas, namun saat itu ia ditunjuk langsung oleh wali kelasnya jadi apa boleh buat.

setelah selesai menghitung, ia membereskan mejanya dan segera memakai tas punggungnya. Segera ia melangkahkan kakinya keluar kelas. Cuaca hari ini cukup panas, matahari bersinar dengan sangat terik. Karena kegerahan, Adel mengibaskan tangannya agar ada angin untuk menghilangkan rasa panas di tubuhnya.

sambil berjalan dan mengibas ngibaskan tangannya, ia melihat anak anak basket sedang ekstrakulikuler. Adel mengikuti ekstra bernyanyi dan itu hari kamis bukan selasa. Entah kenapa ia membayangkan, bahwa dirinya akan terkena bola basket dan ia akan pingsan. good thinking Adelia. Tak lama kemudian ia tersenyum masam. bisa bisanya ia selalu berkhayal, walau dalam keadaan seperti ini. ia menepuk nepuk pipinya agar sadar. kenapa dirinya selalu mengaitkan sesuatu yang nyata dengan yang tidak nyata.

karena terlalu sibuk menepuk nepuk pipinya, Adelia tak sadar bahwa ada sepasang mata yang melihatnya. ia tertawa kecil. kaki panjangnya berlari kecil menghampiri Adelia.

"hai Dela? masih inget gue kan?"

Adelia yang tadinya sibuk menepuk pipinya sekarang mengarahkan kepalanya ke sumber suara. matanya melotot, merasa bahwa sekarang bumi telah berhenti berputar. alay.

"ekhm," Adel Berdeham.

"emm, kakak tadi yang saya tabrak di koridor kan?" Tanya Adel.

orang yang dipanggil kakak kini tersenyum. oh god! Adelia rasanya mau meleleh. senyumnya itu loh. Adel sebisa mungkin bersikap biasa, walaupun euforia dalam dirinya sedang meledak.

"yaps, kenalin nama gue Dimas XI IPS 1. anak basket, ketua kelas, anak pertama atau mungkin anak satu satunya di keluarga Sanjaya. oh iya, nama panjang gue Adimas Sanjaya, senang bertemu dengan lo-" Lelaki yang bernama Dimas ini menggantungkan perkataanya, lalu tersenyum lagi.

"lagi,Adelia?"

Gak tau gimana bentukan muka Adel sekarang. pokoknya tubuhnya rasanya tuh panas banget, kaya ada sesuatu di dirinya yang mau meledak ledak gitu. pengen teriak tapi malu woy!

Adel yang di tatap pun bersikap biasa saja. berusaha maksudnya. yah bisa dibilang Adel ini tipe orang yang mudah baper. makanya ia itu pintar kalau dalam menyembunyikan masalah.

"oh, salam kenal juga kak, nama saya Adelia Putri Maharani, biasa dipanggil Adel dari kelas X IPA 4." jawab Adel sembari tersenyum kecil.

Dimas yang di depannya pun balas tersenyum.

"kalo gue panggil sayang, boleh?"

astaghfirullah, Adel kok jijik sih? wajar nggak?

"em, apaan sih kak, sudah dulu yah, saya sudah dijemput." Adel memilih undur diri. lelaki di depannya sudah ia blacklist, pertama kali perkenalan udah sok asik aja. Adel geli.

Dimas yang merasa candaanya dianggap serius pun menggaruk tengkuk lehernya

"bercanda del, gausah dibawa serius. yaudah gih. ati ati ya."

Adel menatap lawan bicaranya kikuk. segera ia berlari kecil menuju gerbang. kepalanya sibuk mencari kendaraan, lebih tepatnya bundanya. ia lalu melihat jam tangan, pukul 15.10, bundanya telat nih. Adel sudah minta dijemput setengah tiga padahal.

Sambil menunggu bundanya, Adel bermain handphone. Adel lalu membuka aplikasi Instagram di handphonenya. Ia menscroll fyp ignya. terkadang jari nya memencet postingan yang menarik hatinya.

ADANUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang