Bagian 4

3.9K 323 15
                                    

Aku mencintai kalian, tentang dicintai balik, itu urusan kalian:)



Bu Rina juga sedang cuti karena anaknya yang berada dikampung sedang sakit, entah sampai kapan, karena ia akan merawat anaknya dulu sampai sembuh.

Doakan saja, semoga Raja masih bisa melihat hari esok.

-
-

Pelan pelan, mata itu mengerjap untuk menyesuaikan cahaya, dia sedikit bingung mengapa ia berada disini, namun saat badannya terasa sangat sakit saat ia mencoba untuk duduk, ia ingat, kalau kemarin ia diberi hadiah lagi oleh ayahnya.

"Gue harus kuat! gue pengen jenguk adik gue!"

Raja pun dengan susah payah bangkit dari tidurnya, dan segera menuju kamar untuk melakukan bersih bersih. Ia memegang apapun yang dilewati supaya bisa menyeimbangkan tubuhnya, karena demi apapun, dirinya masih sangat lemas.

Setelah beres, dia pun segera pergi untuk menjenguk Reja, tapi Raja menuju dapur dulu untuk mencari sesuatu yang mungkin bisa dimakan olehnya, dan syukurlah, ada mie instan dan tanpa pikir lagi Raja langsung menyeduh mie tersebut dan memakannya dengan sangat lahap, juga langsung mencuci barang yang ia gunakan tadi.

Tubuhnya masih sakit, namun tidak sesakit tadi, sakarang ia bisa menahannya, ia sudah mempunyai tenaga lagi, Raja pun keluar rumah, tak lupa senyumnya selalu melekat di wajah tampan itu, memakai motor kesayangannya lalu langsung melesat ke rumah sakit tempat adiknya biasa dirawat saat sedang kambuh.

🐾

"Sayang, dimakan dong, ayo aaa buka mulutnya yaa, katanya mau cepet pulang" rayu sang bunda membujuk anaknya untuk segera makan, namun sepertinya anaknya sedang merajuk.

"Gamau, Eja maunya pulang, makan dirumah, masakan bunda, bukan di RS, makanannya gaenak!" ucap Reja, sambil memasang muka ngambeknya, yang malah membuat sang bunda gemas sendiri.

"Kan nanti ada pemeriksaan dulu sayang, yang sabar ya, bunda janji deh pokoknya nanti sore bunda buatin masakan kesukaan Eja di rumah, yaa sekarang makan dulu, ayo dong nanti bunda sedih kalo Eja gamau makan terus" tak pantang menyerah Citra terus membujuk anak bungsunya itu, dia memasang muka sedih, ia tau anaknya ini pasti tidak akan bisa membantah kalau dia sudah memohon dan memasang raut sedih seperti ini, dan benar saja, Reja dengan malas akhirnya membuka mulut dan memakan suapan yang diberikan oleh Citra. Tentu saja Citra tersenyum dan langsung mengusap kepala anaknya dengan penuh kasih sayang.

Tanpa mereka sadari, ada seorang pemuda yang diam diam melihat kehangatan itu, ia ikut senang, hatinya menghangat, pemuda itu Raja, Raja hanya berdiri didepan pintu kamar rawat Reja dan melihat kedalam melalui kaca di pintu tersebut, ia tidak mau menghancurkan mood sang bunda. Namun kakinya sudah lelah, sudah satu jam Raja berdiri disana, berharap semoga sakit adiknya diserap oleh tubuhnya, ia tidak mau keluarganya ada yang merasakan sakit, ia akan melakukan apapun supaya keluarganya tetap bahagia.

Nyuuuttt

Tiba tiba kepalanya terasa sakit, lagi, entahlah belakangan ini Raja sering sekali merasakan sakit yang teramat dikepalanya. Dia sadar ada yang tidak beres di dalam tubuhnya, namun ia takut untuk memeriksakan diri ke dokter.

Raja pun akhirnya menyerah, ia duduk dikursi depan kamar rawat Reja, memegang kepalanya yang terus berdenyut tidak karuan, sudah tidak tahan, Raja membentur benturkan kepalanya ke dinding di belakangnya.

Bruuk
Brukk
"Shhh sa.. kit.. bunn.."

Namun tidak lama, seorang dokter yang kebetulan melewat melihat Raja yang sedang kepayahan, dokter itupun segera menghampiri Raja dan memanggil perawat yang lain, untuk segera membawa Raja ke ruang UGD.

Mendengar kegaduhan diluar kamar, Citra pun keluar untuk melihat apa yang terjadi, namun saat sampai luar, tidak ada siapapun namun memang ada beberapa perawat yang sepertinya membawa seseorang menjauh dari kamarnya. Tidak peduli, Citra pun kembali ke dalam kamar rawat anaknya. Jika ada yang menanyakan dimana Raffi, dia sedang bekerja, karena dipaksa oleh Reja, karena Reja pun merasa sudah baik baik saja jadi ayahnya tidak perlu berlebihan.

🐾

Sedangkan di ruang UGD, Raja sedang diberi penanganan pertama oleh dokter yang berjaga disana, kesadarannya sudah terenggut sejak ia dibawa ke UGD, untung saja ia tidak mimisan saat itu.

🐾

Raja sudah dipindahkan ke ruang rawat, dokter yang menolongnya tadi pun sudah membayar semua administrasinya.

Setelah 3 jam tidak sadarkan diri, akhirnya kondisi Raja mulai membaik, namun saat dia membuka mata tidak ada seorang pun didalam kamarnya, karena dokter yang menolongnya sedang bertugas. Pihak Rumah sakit pun tidak menghubungi keluarganya karena Raja yang tidak membawa satupun tanda pengenal ataupun handphone.

"Eugghh.." Raja mengerjapkan matanya lucu, tubuhnya masih terasa lemas, namun sakit dikepalanya sudah mereda, dia berusaha mendudukkan tubuhnya, dan mencari seseorang, entah siapa yang dia cari, bundanya? Ayahnya? atau adiknya? Ah tidak, itu tidak mungkin pikirnya, tadi ia ingat di tolong oleh seorang dokter, namun pandangannya buram saat itu, ia pun terlalu fokus sama rasa sakitnya, raja ingin mengucapkan terimakasih ada yang sudah berbaik hati menolongnya.

Tiba tiba pintu ruangan Raja terbuka dan masuk seorang pria berjas putih, tinggi sekitar 180 dan berparas tampan bername tag dr. Fazi mendekati brankar Raja,

"Hai? Udah baikan?" tanya dokter tersebut,

"A.. Alhamdulillah sudak pak" dengan gugup Raja menjawab, namun senyum tetap ia tampilkan, dr.Fazi ikut tersenyum dan mengelus lembut surai Raja,

"Syukurlah, tadi saya sangat khawatir liat kamu kesakitan, oh btw, jangan manggil bapak, usia saya masih 28 tahun, panggil abang aja ya, Bang Fazi, kan enak" kata dr.Fazi sambil memamerkan gigi rapihnya.

"Emm.. I.. Iya bang.. Bang Fazi" jujur perasaan Raja sangat senang sekarang, dari dulu ia sangat menginginkan seorang abang, Helma! Raja menganggapnya adik, ia ingin melindungi Helma sama seperti ia ingin melindungi Reja, mereka seseorang yang sangat spesial untuk Raja. Ah iya, bagaimana dengan Helma? Apa masih marah padanya? Ini cuma kesalah pahaman! Ini harus segera diselesaikan.

"HALLOOO?!! kenapa malah melamun?? Apa ada yang sakit?" dr.Fazi bingung karena Raja tidak menjawab saat ia tanya.

"Ah tidak bang, saya sudah baik" Raja pun bangkit berniat turun dari brankar untuk pergi mengambil air wudhu, karena sudah waktunya sembahyang.

"Eh eh eh mau kemana? Sini abang bantu" dengan sigap dr.Fazi membantu Raja ke toilet.


Salam sendu,

RAJA (TERBIT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang