Bagian 28

3.1K 311 124
                                    

"HEY?!"

'
'
'
'
'

Meskipun telinganya berdengung, dan suara itu terdengar sangat jauh. Raja membuka matanya pelan, dan terlihat bayangan seseorang yang berlari menghampirinya. Sebelum akhirnya kegelapan lagi lagi membuatnya kalah.

"Bang?! Masih denger gue kan? Ah masa gue kudu gendong lu lagi sihh" ujar seseorang itu sambil mengalungkan tangan Raja kelehernya dan mengangkat tubuh ringkih itu, dan sempat kesusahan saat dirinya harus menuruni tangga. Apalagi saat berusaha menaikan tubuh itu keatas motor miliknya.

Untung saja Tio punya seribu cara untuk mempermudah hidup. Hingga Raja kini sudah kembali berada di rumahnya.

"Ini kamu apakan dia? Kenapa malah makin parah gini? Katanya ada urusan di rumah, kenapa malah kek gini? Aduh, nanti malah kita yang disalahin, banyak banget lagi lukanya, ini pasti sakit loh Yo. Kamu ini disuruh nganterin malah buat bonyok anak orang." ibunya sejak tadi terus mengomel, tidak memberi Tio waktu untuk menjelaskan yang terjadi, dan sejak tadi pula Tio hanya memandang datar wajah damai itu dengan backsound omelan sang ibu.

Saat ibunya sudah berhenti bicara, barulah Tio buka suara "Mah, tadi udah aku anterin dia ke rumahnya, udah masuk pula dia kesana, tapi pas aku mau pulang tiba tiba ada mobil rusuh banget masuk ke rumah itu juga, yaudah aku liatin aja takutnya ada hal yang gak diinginkan, eh ternyata iya, ada samar suara teriakan dari atas. Pas udah agak lama, mobil itu keluar lagi ngebut banget. Aku masuk terus liat dia udah kek gini. Terus aku bawa lagi kesini deh, masalahnya itu rumah kosong, padahal gede banget loh mah rumahnya" jelas Tio, membuat ibunya mengangguk paham, lalu mengarahkan kembali pandangannya ke arah anak yang kondisinya sekarang lebih mengkhawatirkan daripada beberapa jam yang lalu, luka memar menghiasi wajah dengan mata yang masih tertutup rapat itu.

Lalu mengusap rambut kusut itu penuh kasih, luka akibat pecahan kaca sudah Bu Anim obati sejak tadi, takutnya anak itu infeksi, untung saja tidak ada luka yang dalam hingga tidak perlu dibawa ke dokter untuk dijahit.

"Kamu tidur sana Yo, besokkan harus sekolah" ucap Bu Anim kepada Tio. Tio hanya mengangguk dan beranjak ke kamarnya.

Bu Anim kembali mengambil handuk kompres yang ada di dahi Raja lalu merendam kembali di air hangat untuk dikompreskan lagi ke dahi Raja. Berharap demamnya cepat turun.

"Bb-bun-da" lirih Raja, ujung matanya mengeluarkan cairan bening. Entah apa yang sedang terjadi di alam bawah sadarnya.

Bu Anim langsung saja mengusap lembut kepala Raja sambil mengucapkan kata penenang.

Namun tak lama, mata itu sedikit demi sedikit mulai terbuka, mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang masuk, perutnya terasa seperti diaduk aduk, sangat mual.

"Maaf bu,, a-aku mau ke kamar mandi" ucap Raja, sambil berusaha bangkit dari tidurnya. Namun pergerakannya terhenti saat rasa nyeri menjalar ke seluruh tubuhnya, titik sakit itu berada di dada, bekas tendangan ayahnya tadi. Refleks tangan Raja meremas dadanya, berharap rasa sakit itu bisa berkurang, matanya memejam, ah, padahal ia hanya bergerak sedikit saja, kenapa sesakit ini?

"Nak? Kenapa? Apanya yang sakit? Aduh disini dulu aja yah?" panik Bu Anim saat melihat Raja kesakitan.

Raja tidak langsung menyaut, ia menetralkan dulu kesakitannya, setelah dirasa mendingan, dengan mata yang sayu, Raja menatap Bu Anim,

RAJA (TERBIT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang