Chapter 2.

6 0 0
                                    




Medengar namanya dipanggil  begitu saja oleh Nathan membuat Abby tersadar bahwa Nathan ternyata tidak banyak berubah. Matanya masih coklat terang yang ketika terkena sinar matahari sangat menyejukkan. Rahangnya yang tegas namun tidak pernah mengintimidasi dirinya yang selalu terlihat kecil. Kemudian tangannya yang sering menjadi alasan sulit ketika mereka menghadapi perpisahan.

Abby menahan nafasnya dengan kesusahan karena tak ingin seorangpun menyadari usahanya itu. Bila ia memiliki kekuatan untuk bisa menghilang mungkin saat ini ia tidak harus menderita untuk menjaga perasaannya di depan Nathan. Menyesal. Abby merasa bodoh untuk berbohong pada Dira tentang dirinya yang sudah berhasil melupakan Nathan. Abby tau temannya tidak mungkin akan mengajak untuk bertemu dengan Nathan kalau dia belum berhasil move on. Tapi segala penyesalan itu tidak ingin menjadi alasan tambahan untuk Abby pusingkan, menghadapi Nathan seorang diri saja sudah menjadi ancaman terbesarnya saat ini. Abby yakin dirinya pasti semakin kesusahan setelah ini. Mungkin nyaris tidak mungkin untuk berhasil menghapus perasaannya terhadap Nathan.

"Eh, hai!" seperti akan tampil di depan banyak orang, omongan Abby terdengar terbata-bata dan hampir tidak kedengaran. Menyadari hal itu Abby buru-buru mengutuk dirinya sendiri karena ketahuan bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja. Entah itu karena di hadapannya saat ini ada Nathan atau perutnya yang sampai saat ini belum juga ia isi.

"By!" kalimat terakhir yang bisa Abby dengar sebelum semuanya menjadi gelap dan ia kehilangan kesadaran. Tubuh Abby ambruk menyentuh daratan. Dira dengan panik dan reflek meneriakan namanya sambil memeluk tubuh Abby dan membawanya ke pangkuan.

"Abby, Abby!" tidak kalah panik, Nathan mulai memanggil nama Abby sambil berharap bahwa perempuan itu bisa bangun. Nihil. Tidak ada tanda-tanda Abby akan bangun.

"Kita ke rumah sakit. Sini, Abby biar gue yang bawa, lo bawa mobil?" mendengar omongan Nathan, Dira langsung sadar, ia masih terkejut melihat sahabatnya tiba-tiba pingsan. Sudah lama sekali Abby terlihat rapuh seperti ini. Dira yang makin terkejut melihat Nathan dengan sigap menggendong Abby langsung buru-buru menuju mobilnya.

Perjalanan ke rumah sakit cukup menghabiskan waktu yang lama, dengan keadaan siang hari seperti ini dimana seluruh karyawan di Jakarta keluar untuk mencari makan, tidak mudah bagi Dira untuk menyetir secepat mungkin. Di kursi belakang, Nathan tidak henti-hentinya memusatkan perhatiannya pada Abby, dengan mata yang masih tertutup dan tubuh Abby yang sekarang ada di pangkuannya membuat Nathan merasa bersalah sekaligus terluka karenanya. Nathan sangat tau kebiasaan Abby yang suka melupakan makan siang dan lupa dengan waktu bila sibuk dengan pekerjaan. Sudah lima tahun yang lalu, dan Abby masih seperti ini.

Keadaan rumah sakit siang itu cukup lengang, dengan cepat Nathan langsung membawa tubuh Abby ke IGD. Dira yang harus memakirkan mobilnya dulu segera mengikuti Nathan yang saat ini sedang berbicara dengan salah satu suster di sana. Sedangkan Abby sudah terbaring tidak berdaya di atas kasur. Melihat pemandangan seperti ini Dira menjadi merasa bersalah karena kurang memperhatikan sahabatnya, ia seharusnya tau untuk menyuruh Abby menunggu satu jam bisa menjadi masalah besar. Nathan dari depan mengikuti langkah salah seorang dokter yang kebagian memeriksa Abby.

"Dia masih sering kaya gini, Dir?," Nathan langsung melancarkan pertanyaannya ketika dokter selesai memeriksa kemudian pergi. Nathan terluka. Dira bisa melihat raut wajah itu sangat nyata dari Nathan. Kenapa. Pertanyaan itu ingin Dira temukan jawabannya. Kenapa Nathan masih khawatir pada Abby, kenapa Nathan bertindak seolah ini adalah tahun 2015? Dirinya dan Abby sudah tidak bersama, dia tau itu kan?

"Ini baru kejadian lagi dia sampe pingsan. By the way, lo nggak apa-apa, Nat? Muka lo.." Dira akhirnya memberanikan diri untuk menanyakan langsung pada Nathan. Ia ingin tau apa yang sebenarnya dirasakan mantan pacar sahabatnya itu.

The Imperfections of MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang