Nanon kini duduk di atas ranjangnya, melipat kedua kakinya, sembari arah pandangannya tertuju pada pantulan dirinya di dalam cermin.
Apa dunia memang sedang menginginkannya untuk merasakan sakit yang luar biasa?
Ia beranjak dari ranjangnya, berjalan menuju ke arah dapur, menemui sosok wanita yang tengah merapikan piring-piring yang ada disana.
"Ma, Nanon mau masak sesuatu." ucapnya, membuat wanita itu sedikit kaget dengan ucapan itu.
"Kamu mau masak apa?"
"umm... Macaroni Schotel. Ajarin Nanon ya, ma. Mama tinggal bilang aja, Nanon yang kerjain semuanya," ucap Nanon berusaha membujuk wanita itu.
Wanita itu tertawa kecil, kemudian memegangi pundak Nanon.
"Mama tau kamu lagi ada masalah sama Ohm. Tapi, mama senang kamu mau berusaha untuk kembali."
Nanon memanyunkan bibirnya,
"Ma, jangan ngomong gitu. Nanon kan jadi malu.""Ya udah. Kamu rebus dulu macaroni-nya."
Nanon kemudian perlahan mengambil bahan-bahan, kemudian memasukkan macaroni ke dalam air yang sudah mendidih.
"Kamu aduk daging kornet, garam, merica, sama sedikit gua."
Nanon mengikuti seluruh ucapan dari sang Mama. Ia tampak santai dalam melakukannya, meski jantungnya berdegup karena takut rasanya tidak enak.
"Kalau udah, kamu aduk sama macaroni yang sudah di tiriskan."
"Kamu masukkan ke dalam pirex, kemudian ratakan, lapisi dengan keju quick melt. Lalu tuang susu hingga terendam seutuhnya."
Nanon sudah selesai, kemudian memasukkannya ke dalam oven yang sudah panas.
Nanon menghela napasnya lega, kemudian menepuk-nepuk kedua tangannya untuk membersihkan sisa bahan yang menempel disana.
"Kira-kira, Ohm bakal suka, ga, Ma?"
Wanita itu tersenyum, kemudian mengelus rambut Nanon.
"Kalau kamu membuatnya dengan tulus, dia pasti suka."
Nanon tersenyum. Merasa percaya diri dengan hasil masakannya.
Setelah perbincangan yang panjang, ia kemudian melirik pada Oven, melihat susu yang sudah kering.
Ia mengeluarkan macaroni schotel dari oven, kemudian meletakkannya di atas meja.
"Aromanya enak banget, Ma," ucap Nanon yang tampak begitu bahagia.
Ia dengan segera mengambil piring dan garpu, kemudian memotong macaroni schotel itu berbentuk persegi, kemudian meletakkannya di piring sebanyak tiga potong.
"Makasih ya, Ma." Nanon berucap, kemudian mengambil botol saos, membawanya bersama piring itu menuju ke lantai atas.
"Tok...tok...tok..."
Nanon membuka pintu kamar Ohm, setelah mendengar ucapan yang samar dari dalam.
Ia mendapati Ohm yang tengah mengotak-atik miniatur bangunan di atas mejanya.
Ohm melirik sekilas, kemudian meletakkan pisau di tangannya.
"Lu masak apa?" tanya Ohm.
"Ummm... Macaroni schotel."
"Lu yang masak itu?"
Nanon mengangguk sembari memasang wajah yang sedikit malu.
Nanon berjalan mendekat, kemudian meletakkan makanan itu di atas meja Ohm.
KAMU SEDANG MEMBACA
Addicted | OhmNanon (BL) {END}
Teen FictionMaaf buat semua readers Addicted. akun yang lama tiba-tiba tidak bisa login. aku harap kalian bisa maklum akunnya aku pindahkan kesini ya. aku minta maaf yang sebesar-besarnya semoga kalian ga kecewa aku akan secepatnya memindahkan ceritanya kesin...