Keduanya kini duduk di dalam ruangan itu, dengan seorang petugas kepolisian yang ada di hadapan mereka.
Berbincang-bincang mengenai banyak hal yang sudah terjadi sejak awal permasalahan dimulai.
Ohm menyerahkan dokumen-dokumen pendukung, dengan bukti-bukti kuat yang ia pegang.
"Kami akan segera menghubungi anda."
"Terina kasih banyak, pak.
Keduanya beranjak dari sana, kemudian kembali berjalan.
Nanon tersenyum lebar, sembari menghela napasnya panjang.
"Gua kira ini bakal serumit itu."
"Kan gua udah bilang, ini ga bakal susah. Makan dulu, yuk. Katanya restoran mie yang ini enak."
Nanon mengangguk, kemudian masuk ke restoran yang ada di sebelah kiri mereka.
Nanon duduk di hadapan Ohm, sembari tangannya menopang wajahnya yang menggemaskan.
"Gua mau ngomong sesuatu, Non," ucap Ohm tiba-tiba.
Nanon mengangkat kedua alisnya.
"Nanya apa?""Sebenarnya, gua ... ngga pernah marah sama lu."
Senyuman Nanon tiba-tiba jatuh. Ia menatap wajah Ohm penuh arti. Entah ia sekarang sedang dipenuhi rasa senang karena ia akhirnya tahu bahwa Ohm masih mencintainya, atau karena dia sedang kecewa karena Ohm mempermainkannya.
"Lu mempermainkan gua selama ini?" Nanon bertanya dengan nada yang sedikit tinggi.
Ohm menggelengkan kepalanya.
"Ngga. Siapa bilang? Gua itu cuma pengen lu sadar dengan rasa yang lu punya, Non. Gua pengen lu liat siapa orang yang harus lu percaya, siapa orang yang selalu ada disaat lu butuh."
Nanon tersenyum kembali. Ia menatap dalam mata indah Ohm yang membuatnya tak mampu lepas.
Ia benar-benar bersyukur, memiliki seseorang yang selalu peduli, dan selalu menyayangi ia. Ohm benar-benar sosok yang dewasa. Ia mengerti cara menanggapi semua masalah, dan mengontrol amarahnya sendiri.
Ia juga selalu mengesampingkan egonya demi kenyamanan orang lain.
Sedangkan Nanon, hanya sosok pria yang egois, tak berpikir sebelum bertindak, dan tak pernah merasa bersalah.
Dunia memang jeli dalam memilih. Dua orang yang saling melengkapi, saling memenuhi setiap kekurangan yang ada.
Hidangan itu kini ada di hadapan mereka, membuat kontak mata mereka terpaksa terputus.
Wajah Nanon memerah, kemudian ia mengambil sepasang sumpit dari sana.
Ia mengaduk mie yang sudah mengeluarkan aroma nikmat, membuat ia sudah tidak sabar untuk segera melahap isi mangkuk itu.
"Non?"
Nanon melirik pada Ohm, melihat wajah serius dari sosok pria tampan itu.
"Hmm?"
"Gua ga sanggup kehilangan elu. Baru beberapa hari doang, hidup gua rasanya kosong."
Nanon menggigit bibir bawahnya. Perlahan napasnya keluar, kemudian kedipan matanya terasa lambat.
"Gua juga ngerasa hal yang sama. Bahkan sesakit itu, ketika lu marah ke gua, rasanya hidup gua ga ada arti lagi."
Ohm mengelus rambut Nanon yang halus. Binar matanya sangat membuat candu. Tak mampu melepas pandang dari indahnya karya sang pencipta, yang telah di titipkan padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Addicted | OhmNanon (BL) {END}
Genç KurguMaaf buat semua readers Addicted. akun yang lama tiba-tiba tidak bisa login. aku harap kalian bisa maklum akunnya aku pindahkan kesini ya. aku minta maaf yang sebesar-besarnya semoga kalian ga kecewa aku akan secepatnya memindahkan ceritanya kesin...