"... jadi mengingat bahwa kau sama sekali tidak bisa dipercaya untuk menjaga dirimu sendiri, aku dan Daniel memutuskan untuk menyewa seseorang untuk tinggal disini. Jangan khawatir, dia bukan gadis murahan seperti gadis-gadis yang selalu kau bawa kesini. Anaknya baik, dan kami akan memberinya uang dengan jumlah yang pantas. Kalau kau mau tahu tampang anaknya, aku punya dokumennya disini," gadis pirang itu menyelesaikan ceramahnya, kemudian meletakkan dokumen yang dimaksudnya di atas meja kopi di ruangan itu.
Menyadari bahwa si adik sama sekali tidak mendengarkannya, ia menghela napas kemudian dengan nada yang lebih keras memanggil nama adiknya, "Zayn Malik, apa kau mendengarkanku?"
"Hn." jawab Zayn singkat. Cowok berambut hitam itu hanya setengah mendengarkan kakaknya. Konsenterasinya sepenuhnya berada pada Pokemon Platinum yang sedang ia mainkan di Xbox-nya. Meskipun sesekali ia akan mem-pause game itu untuk meneguk smirnoff di sampingnya.
Emma menghela napas sekali lagi. Jika saja adiknya memperhatikannya seperti ia memperhatikan Pokemon-entah-apa-itu, dunia pasti akan menjadi tempat yang lebih baik.
"Kalau begitu apa yang barusan kukatakan?"
"Tentang kau dan Daniel yang harus pergi ke luar negeri untuk pekerjaan..." jawabnya sambil lalu, kemudian mencomot tiga batang pocky dari mangkok diantara botol-botol smirnoff.
"Kau benar-benar tidak mendengarkan." Emma menyerah dan menjatuhkan dirinya ke atas sofa empuk yang berwarna maroon dibelakangnya.
Kakak beradik itu sedang berada di ruangan yang Zayn sebut sebagai game room, karena di sanalah Zayn menghabiskan waktunya untuk bermain game. Karena Daniel sudah lebih dulu pergi ke Roma pagi itu, si kakak tertua-lah yang mendapat tugas memberitahu adik mereka tentang sitter barunya.
Ketika Emma datang sore itu, ia senang karena pelayan mengatakan adiknya berada di rumah, dan tidak kabur entah kemana bersama teman-temannya. Namun ekspresi senang di wajah Emma langsung berubah menjadi jengkel begitu melihat adiknya sedang main Xbox, dan masih mengenakan seragam sekolahnya. Begitu adiknya sedang main dengan benda itu, dia rasanya berada di dunia lain dan sulit diajak berbicara.
Di sinilah dia sekarang, dengan lengan menutupi matanya, menyerah setelah tiga kali mencoba memberitahu adiknya tentang seorang pengawas yang disewa oleh dia dan Daniel yang akan tinggal di rumah itu selama mereka pergi ke luar negeri untuk urusan bisnis. Mereka berdua sempat khawatir dengan adiknya yang akan bebas sebebas-bebasnya begitu mereka pergi. Tapi ketika Charlotte, pacarnya Daniel mengatakan bahwa ia punya kenalan yang punya usaha menyalurkan baby-sitter, Daniel dan Emma pun tertarik. Adik mereka memang bukan bayi lagi, tapi karena kenalannya Charlotte itu bilang mereka juga punya orang untuk mengawasi anak remaja, Malik bersaudara itu pun langsung menyewa jasa mereka.
Tapi... Emma melihat kembali ke arah adiknya yang masih serius dengan Pokemon-nya, kalau anak itu tidak mau mendengarkan kakaknya, bagaimana ia mau mendengar orang lain?
Pikiran Emma kemudian buyar ketika terdengar ketukan dari luar game room itu, dan masuklah seorang pelayan muda dengan telepon di tangannya. "Maafkan saya Nyonya Emma dan Tuan Zayn," Ia membungkuk hormat pada kedua orang di ruangan itu, "Seseorang ingin bicara dengan Tuan Zayn di telepon."
"Bilang aku tidak bisa diganggu." jawab Zayn otomatis. Namun Emma langsung menyela.
"Tunggu. Siapa yang mencari Zayn?"
"Seorang gadis."
"Apa dia punya nama?"
"Ya. Namanya..." Pelayan itu terdiam sebentar untuk mengingat, "Anastasia Lee."
Alis Emma terangkat, dan perlahan-lahan ia menoleh ke adiknya. "Seorang Lee?"
Zayn menekan tombol pause lagi dan untuk pertama kalinya sejak Emma datang, ia melihat ke arah kakaknya, dan seketika tidak suka dengan ekspresi di wajah wanita itu. Raut wajahnya seperti merencanakan sesuatu. "Jangan berpikir macam-macam. Aku tidak kenal."

KAMU SEDANG MEMBACA
LAWLESS || Z.M
FanficAnastasia mengepalkan kedua tangannya, dan memantapkan hatinya. Dengan kekuatan yang ia tidak tahu dia miliki, ia menggenggam lengan baju Harry lalu dengan kasar menarik pria itu dan mendekatkan mulutnya ke telinganya. "Aku menerima tantanganmu, Sty...