LF.7

5.5K 1K 213
                                    


Sorry for typo(s)




Kegiatan Taeyong selain mengurus masalah siswa maupun siswi, ia juga sering menghabiskan waktu di perpustakaan. Itupun beberapa anak juga menghampiri ingin bercerita dengan segala masalah orang tua maupun sekolah.




Salah satu siswa duduk di sampingnya dengan wajah memelas, tumpukan buku menopang dagu itu. Pemandangan tersebut membuat Taeyong menghela napas sembari menggelengkan kepala.




"Jangan diambil ke hati, guru kan memang seperti itu."




"Tapi mengataiku bodoh di depan orang banyak! Aku tidak terima, Ssaem!"





Selesai merapikan buku sesuai judul, Taeyong menghadap padanya dengan senyum terukir. Berada di posisi ini membuat lelaki Lee teringat masa-masa sekolah dulu. Dia bukan merupakan siswa yang berprestasi lebih, tetapi selalu berusaha mengerjakan tugas sesuai waktu yang diberikan dan menaati peraturan.




Berbicara dengan guru pun seperlunya karena Taeyong lebih menyukai berada di kelas, jika beruntung teman-teman juga akan mengajaknya untuk keluar bersama.




"Kau masih muda dan seorang pelajar, hanya ada dua hal yang menjadi prioritasmu. Entah itu memiliki teman yang banyak atau nilai bagus. Setiap ucapan guru kau ambil hati, kau marah kemudian mulai mengabaikan beliau. Salah satu prioritasmu di atas tidak akan terwujud. Egois dalam kebaikan sekarang adalah kau memutar balikkan fakta bodoh itu menjadi pintar."




Tangannya terulur mengusak surai siswa tersebut. Anak itu menoleh, beberapa saat ia berpikir kemudian menyunggingkan senyum sembari menganggukkan kepala.




Tidak perlu uraian yang berbelit dan nasihat panjang lebar. Seorang siswa hanya perlu didengarkan, daripada menunjukkan kesalahan Taeyong lebih memilih mendorongnya untuk memiliki cara pandang yang lain.




Itulah mengapa Taeyong disukai siswa dan siswi di sini. Ya, selain tampan dan muda, lelaki Lee itu juga memiliki hati yang lembut meskipun melakukan kesalahan sebesar apapun itu anak didiknya.



Setelah kepergian siswanya tadi, Taeyong beranjak juga dari kursi dan mengembalikan buku-buku yang diambilnya.



Pada buku terakhir, tubuh Taeyong terpaku sejenak kala ia tiba-tiba mengingat sesuatu. Suara-suara memasuki telinganya yang membuat lelaki Lee itu membulatkan mata.




Seperti sebuah dejavu saat di perpustakan kampusnya dulu, sama persis dengan apa yang Taeyong lakukan sekarang.



"Aku lihat kemarin Jaehyun dengan kekasihnya itu ke rumah sakit, bagian dokter kandungan pula!"



"Ah, wajar orang kaya! Apalagi kekasihnya juga cantik, pasti dihajarlah oleh Jaehyun."





Tubuh Taeyong berbalik dengan raut wajah terkejut, maniknya melihat meja dan kursi yang telah diduduki tadi. Namun, dengan bayangan dirinya dan Jaehyun di sana.




"Hyung, kalau suatu saat nanti aku meminta bantuan padamu. Kau bersedia, kan?"


"Kalau aku bisa membantu, pasti kubantu, Jaehyun."




Langkahnya gontai keluar dari perpustakaan dan berjalan menuju ke bagian gudang sekolah yang terletak tak jauh dari ruang perpustakannya tadi.




Locu Felice✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang