LF.3

7K 1.2K 164
                                    


Sorry for typo(s)





Setiap minggu pertama di hari Rabu, sekolah Jaemin mengadakan perayaan Hari Orang tua. Kegiatannya meliputi permainan anak-anak bersama ayah ataupun ibu yang hadir. Lokasi yang diambil berada di aula gedung tersebut, tidak membutuhkan dekorasi yang mewah juga.




Sebagai orang tua tunggal, Taeyong tidak pernah absen untuk acara tersebut apalagi ketika melihat sang putra yang bahagia mengenalkan dirinya pada kedua sahabatnya.




Lokasi tempat duduknya berada di dekat pintu masuk, Taeyong menjadi pusat perhatian. Senyumnya selalu mengembang ketika menemukan para ibu-ibu yang menatapnya, apalagi selalu menanyakan di mana istrinya.



"Nana!"



Tubuhnya terlonjak kala mendengar seseorang berteriak, ia menyadari sosok Haechan yang baru saja datang kemudian berlari menghampiri Jaemin dan Jeno yang sudah lebih dulu duduk di tempatnya. Senyum Taeyong terukir melihat putranya yang tampak lebih bahagia ketika mereka sudah berkumpul.




Dirasakan seseorang duduk di sampingnya, Taeyong menoleh sembari menyunggingkan senyum. Namun, yang tak diduga keduanya memasang wajah terkejut di sana.




"Taeyong?"


"Johnny Hyung?"



Senyum mereka mengembang kemudian, keduanya saling berjabat tangan layaknya anak muda. Penampilan Johnny, teman satu kampus pada angkatan yang sama begitu berubah. Walaupun berbeda jurusan, para lelaki itu bertemu dalam organisasi kampus.




Mereka termasuk dalam jejeran mahasiswa popular di kampus, sangat akrab juga. Namun, setelah kelulusan lelaki jangkung itu melanjutkan usaha keluarga di luar negeri dan sejak itu keduanya sama sekali tidak berkomunikasi apalagi mengingat Taeyong juga sibuk mengurus Jaemin kala itu. Bertemu dengan teman lama membuat lelaki Lee tersebut bernostalgia.



"Iya, Haechan anakku. Kebetulan tidak ada kerjaan, makanya aku bisa datang."




Lelaki Lee itu teringat, setiap kali datang ke acara ini Haechan selalu murung karena tidak ada yang mendampingi. Anak itu selalu mengoceh bahwa Daddy masih sibuk dan Mommy tidak bisa ikut karena rumah mereka berbeda.



Kedua tangan Taeyong terangkat memberi tepukan di sana membuat Johnny tertawa pula. Manik lelaki jangkung itu membulat, menepuk bahu sahabat lamanya kemudian.




"Aku sampai lupa, kau mengantar anakmu berarti? Di mana ini penerus seorang Lee Taeyong," tanya Johnny dengan nada penasarannya.




Seulas senyum terpatri di bibir lelaki Lee tersebut, tangannya terulur menunjuk tiga orang anak yang masih berdiri dan bersenda gurau bersama.



"Yang menghadap ke sini," katanya.



"Nana?"




Anggukan kepala dari Taeyong menjawab untuk sahabatnya, terlihat bahwa manik lelaki itu membulat dengan mulut terperangah kemudian menatap dirinya tak percaya, "So, thats mean you are Bubu?"



"Yes!" ujarnya lebih bersemangat.




Kedua lengan Johnny bersilang di depan dada menghadap pada lelaki Lee tersebut dengan raut wajah serius, "Kau tahu? Haechan mengomel padaku seperti ini; 'Daddy! Kenapa Daddy tidak seperti Bubu! Jemput Echan di sekolah lalu membawakan kue yang enak-enak! Mainan yang Daddy belikan itu tidak membuat Echan bahagia! Echan mau Daddy pokoknya!' He is five years old but already dramatic!" adunya sembari menggelengkan kepala.




Locu Felice✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang