Bubu🌹

5.7K 1K 246
                                    



Sorry for typo(s)






Suara kicauan burung saling bersahutan menyambut matahari terbit. Berdiri di tepi hamparan sawah yang hijau, manik itu terpejam dengan senyum yang tersungging. Udara pedesaan memang sangat menyegarkan, tidak ada klakson mobil atau alarm yang mengganggu.




Beberapa saat ia menikmati momen tersebut, sampai mendengar sebuah suara bel sepeda. Kepalanya menoleh ketika seorang penduduk asli di sana tengah lewat.




"Selamat Pagi, Nak Taeyong."




Senyum lelaki Lee tersebut mengembang, tubuhnya berbalik sembari membungkuk sopan, "Selamat Pagi, Tuan Son!" sapanya ramah.




Laju sepeda meninggalkan tempat Taeyong berdiri, jemarinya terulur ke bawah membawa sebuah keranjang buah. Baru saja memetik dari pohon pada salah satu kebun di sana.




Pandangannya mengedar pada kawasan Desa Sanan. Berlokasi di Kota Hwaseong, Provinsi Gyeonggi. Hanya berjarak lebih limapuluh meter dari Seoul.



"Taeyong Hyung! Bantu aku!"



Salah seorang lelaki yang lebih muda berteriak memanggilnya, segera Taeyong berlari tergopoh-gopoh menghampiri. Keranjang buah tersebut diletakkan begitu saja, lalu membantu memegang sebuah wadah yang cukup besar.




"Pegang yang kuat, Hyung. Sayurnya biar kumasukkan," ujarnya dengan cekatan memasukkan beberapa bahan makanan tersebut ke dalam kuali besar.




Di kawasan khusus, ada beberapa orang juga yang sedang sibuk memasak menu lain. Pada meja panjang telah ditata setiap menu yang ada serta nasi. Anak-anak kecil tengah mengamati di tepi dapur terbuka desa tersebut.



"Doyoung, di mana Haechan?"




"Anak sialan itu! Kalau bukan keponakanmu sudah kutendang dari penginapan dari hari pertama dia ikut volunteer!" omelnya sembari mengangkat keranjang buah untuk dicuci.




Tawa kecil lolos dari bilah bibirnya, Taeyong mundur dari area dapur tersebut dan berjalan menuju ke rumah penginapan, rumah Tradisional Korea yang masih asli.




Alas kakinya dilepas saat memasuki bangunan tersebut. Pada kamar pertama, dia memasukinya. Kepala Taeyong menggeleng ketika mendapati bahwa Haechan masih bergelung dengan selimutnya. Ponsel anak itu masih menyala dengan game yang selalu dimainkan.



Tangannya terampil mengambil jaket serta baju yang berserakan di lantai kemudian bersimpuh di samping pemuda Seo yang telah dewasa.




"Haechan, bangun," panggilnya sembari menggoyangkan tubuh anak tersebut.




Sama sekali tak bergerak membuat Taeyong menghela napas, sudah satu minggu berlalu tetapi ia harus menghadapi Haechan yang sulit dibangunkan. Sejenak, lelaki Lee tersebut berpikir. Cara apa yang ampuh untuk membangunkan anak tersebut.




Maniknya mengedar pada kamar minimalis, ia menyadari ada pigura kecil menampilkan dua sosok di sana. Senyum Taeyong muncul seketika mendapatkan sebuah ide.





Posisi tubuhnya lebih condong ke depan, mengikis jarak pada wajah pemuda Seo tersebut, "Haechan, Daddy datang. Ayo bangun," bisiknya lembut.



Dalam hitungan detik, manik itu terbuka kemudian sontak berdiri, "Haechan sudah bangun, Dad! Setelah ini mengambil telur di kandang, tenang saja!" teriaknya lantang.




Locu Felice✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang