Bertumpu.

1.6K 156 63
                                    

Zafran tersenyum kecil menyambut pelukan hangat paman beserta bibinya, "Yoopo kabarmu, le?" tanya Ratih halus kepada Lelaki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zafran tersenyum kecil menyambut pelukan hangat paman beserta bibinya, "Yoopo kabarmu, le?" tanya Ratih halus kepada Lelaki itu.

"Sae, Budhe." Jawabnya sambil menyambut telapak tangan bibinya lembut, ia tersenyum kepada sang paman sebelum akhirnya masuk kedalam kamar rumah sakit VVIP tersebut. Disana menampakkan lelaki paruh baya yang dibalut oleh berbagai peralatan khas medis, tampak lemah dan tak berdaya. Disampingnya terdapat wanita dewasa dengan sanggul beserta kebaya krem yang membalut badan sintalnya cantik, "Raden Mas Abraham." sambutnya sambil tersenyum cantik, "Ayo sini."

Zafran mendekat, melihat paras sang Bapak yang terlelap dengan tenang. "Ibu bagaimana kabarnya?"
Sapanya ketika netra elangnya menilik wanita didepannya, Anjani mengukir senyum manis sambil melirik suaminya sendu.

"Baik, tapi tidak dengan hati ibu." tuturnya lembut, Anjani lalu mengusap tangan suaminya yang terkulai lemas. "5 tahun kamu tidak pulang membuat kondisi kesehatan Bapak menurun Mas."

"Bu—,"

"Saya tau kalau saya memang bukan ibu kandung kamu, tapi sifat kekanakan kamu yang marah kepada Bapak membuat bara api kecil di hati saya."

Bibirnya mengedut, lelaki itu tak tau harus tertawa atau marah karena ucapan wanita yang menurutnya asing ini. "Saya tidak pulang untuk membuat pertengkaran Bu." ucapnya tenang, namun netranya mengkilat tajam.

Anjani menatap tajam dengan nafas memburu, "Bicaralah dengan bapakmu, saya pamit." ucapnya lalu meninggalkan Zafran yang termenung sendiri dalam ruangan besar tersebut. Lelaki itu lalu duduk pada kursi yang berada tepat disebelah ranjang, menatap pria tua yang dulu ia panggil bapak tersebut, kepalanya menunduk dan menangis dalam diam. 5 Tahun berlari karena luka yang cukup dalam, selama itu pula ia telah menoreh luka yang sama dalam dada bapaknya. Sukar rasanya ketika kembali mengingat memori yang terus membuatnya terluka, Zafran masih tak mampu jika harus mengucapkan kata Maaf kepada sang Bapak. Karena baginya yang harus berkata demikian adalah pria tua itu, beliau harusnya berlutut kepada kedua kakinya atas luka batin yang dimilikinya kini.

"Mas, Raden Mas.." suara serak berat tersebut mengudara, membuat lelaki yang kini menunduk tersebut mengangkat kepalanya perlahan, menatap paras sang Bapak yang kini tersenyum lemah. Zafran terdiam, hanya dapat melihat manik yang dulu tajam kini kian meredup dimakan usia, lelaki itu bahkan menegang ketika tangan lemah Bimo menggapai puncak kepala anak bungsu laki-lakinya tersebut.

Ia tersenyum, "Bagaimana kabarnya le?" vokalnya, bertanya lembut sambil mengusap rambut legam Zafran. Cukup lama lelaki itu terdiam, ia tampak berpikir apa harus menjawab pertanyaan seorang pria yang telah membuat luka di hatinya?

"Baik," singkatnya tanpa menambah embel-embel lain, dada lelaki itu terasa semakin sesak tat kala Bimo kembali tersenyum tulus, Zafran tau dalam manik hitamnya terdapat beribu kata maaf yang sukar untuk diucapkan pria tua itu. Namun keegoisan keduanya semakin mengikis jarak, membuatnya semakin jauh dan rapuh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SIGNS OF LOVE MAKINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang