Chapter 17

696 120 16
                                    

Kejadian saat Melvin berteriak pada Alifian memang sudah berlalu, tapi dampaknya masih terasa sampai saat ini. Sejak kejadian itu aku merasa jika Aulia mulai menjauh, sekarang Aulia lebih dekat dengan Elvina bahkan mereka duduk sebangku.

Jujur saja aku merasa bersalah pada Aulia, hari itu aku merasa benar-benar telah menyakiti Aulia dengan Alifian yang berusaha meminta maaf padaku padahal seharusnya Alifian melakukan itu pada Aulia. Sejak itu aku berusaha menjauhi Alifian, aku tak pernah lagi membalas pesannya walaupun setiap hari dia mengirim pesan.

"Teh Prilly?" Aku menoleh saat seseorang memanggilku.

"Alifian?" Loh, kenapa Alifian ada di sekitar rumahku?

"Teteh dari mana?" Tanyanya.

Aku mengangkat kantung keresek di tanganku. "Dari mini market." Jawabku kemudian kembali menurunkan tangan.

"Mau saya antar pulang, teh?" Tawarnya. Andai kisah ku tak serumit ini mungkin aku akan langsung mengiyakan.

Aku menggeleng. "Enggak usah, rumah saya udah dekat." Aku menunjuk rumahku yang berada di ujung jalan.

"Gapapa, teh." Katanya.

Aku kembali menggeleng. "Kamu sendiri, kenapa ada di sekitar sini?" Lebih baik aku mengalihkan pembicaraan.

"Oh iya, saya dari rumahnya Adinda. Tadinya saya mau kembalikan buku dia, tapi ternyata dia udah pindah rumah." Jelasnya. Ternyata Alifian belum tahu jika Adinda pindah rumah.

"Oh gitu, terus kamu mau ke mana sekarang?" Stupid! Harusnya aku tidak memperpanjang pembicaraan.

"Saya mau ke rumah Teh Aulia, barusan waktu saya telfon Adinda katanya saya minta tolong Teh Aulia aja biar diantar ke rumahnya, tapi gak jadi." Katanya yang membuatku bingung.

"Kenapa gak jadi?" Harusnya aku tidak boleh terlalu ingin tahu, tapi sifatku yang satu itu memang sulit dihilangkan.

"Kan saya udah ketemu teteh, teteh pasti tau dong rumahnya Adinda?" Katanya. Kenapa jadi aku?

"Iya saya tau."

"Ya udah, teteh aja yang antar saya." Katanya. Eh?

"Loh, kenapa jadi saya?" Ayolah, aku malas jika harus terjadi kesalah pahaman lagi dengan Aulia.

"Tadinya saya mau cari rumah Teh Aulia tapi berhubung ketemu teteh di sini ya udah saya minta antar teteh aja." Katanya. Cari masalah saja sih Alifian.

"Tapi saya..." Belum selesai aku bicara Alifian sudah memotongnya.

"Ayolah teh, bantu saya. Saya udah jauh-jauh dari rumah ke sini, ini juga udah cukup sore takutnya nanti saya pulang ke rumah kemalaman. Saya tadi izinnya cuma sebentar, kalo saya pulang malam takutnya mami khawatir." Jelasnya. Kasihan juga sih Alifian.

"Tapi rumah Aulia..."

"Ayo teh!" Dasar pemaksa! Padahal aku ingin mengatakan bahwa rumahku dan rumah Aulia hanya terhalang beberapa rumah saja.

"Kamu tunggu di sini, saya mau izin sama mama dulu." Tanpa menunggu jawabannya aku bergegas pulang dan meminta izin pada mama.

Setelah mendapat izin aku segera kembali menghampiri Alifian yang masih setia duduk di atas motornya.

"Ayo!" Kataku kemudian menerima helm yang Alifian berikan.

"Pegangan ya, teh!" Katanya.

"Iya." Aku pun memegang jaketnya persis seperti saat Alifian mengantarku ke Gedung Sate.

Tuhan, maafkan aku yang lagi-lagi membiarkan diri ini untuk lebih dekat dengan Alifian. Jujur saja rasa ini begitu sulit untuk ku hapus.

"Teh!" Panggil Alifian setelah cukup lama terjadi keheningan.

Loving You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang