At the Lowest Scale

44 6 2
                                    

"Jovan ... gue lolos SNMPTN!" seru sang empunya surai brunette.

"Sumpah?? Gila sih, keren banget! Gue ikut seneng! AAAA!!" Si pemilik nama panjang Jovanka Azra itu menjerit kegirangan. Lelaki di depannya lantas membekap mulut si cewek, mengingat sekarang mereka sedang berada di cafe.

"No doubt, sih sahabat gue satu ini! Keterima di mana, Kal jadinya?" imbuh Jovanka.

"Di UNPAD. Tapi, gue bingung, Jov ... " ungkap Haikal.

"Lah, bingung kenapa?"

"Gue belom cerita ke orang tua gue. Kalau gue kasih tau ... pasti nanti disuruh jangan diambil undangannya." Haikal menghela napas setelahnya.

"Kok gitu, sih? Kalau gue jadi elu, ya gue bodo amat mereka mau komen apa. Lah gue yang kuliah, kenapa mereka yang ribet?" Jovanka mendadak emosi.

"Mereka pengennya gue di UI. Selain kampusnya bagus, ga kejauhan juga dari rumah," jelas Haikal sembari menopang dagunya dengan kedua tangan.

"Ya ampun. UNPAD ga kalah bagus, kok. Apalagi lo ambil jurusan ilmu politik, kan?" sangkal Jovanka. "Lagian, kenapa juga lo gaboleh merantau? Lo kan cowok, harusnya nyokap lo tuh ga usah cemas kali," imbuhnya setelah menyeruput kopinya.

Haikal tertegun sejenak. "Iya juga, sih. Tapi, gue ga enak aja."

"Udah. Percaya gue aja. Lo tuh udah saatnya live by your own. Ga selamanya ngebantah orang tua itu buruk, karena yang lebih tau diri lo itu ... ya yourself," pungkas Jovanka.

"Gue usahain, ya Jov. Thanks, ya. You know what's good for me." Senyum simpulnya terukir di wajahnya.

Jovanka tidak menanggapi lelaki di hadapannya. Haikal mendapati sahabatnya yang bergeming, langsung memecah lamunannya.

"Jovan ... lo kenapa?" Sadar namanya terpanggil, Jovanka menggelengkan kepalanya cepat guna memfokuskan pikiran.

"Eh— gapapa, kok."

"Bohong banget. Udah lah cerita aja napa," tukas Haikal yang kemudian menyeruput kopinya sampai habis dua pertiganya.

Jovanka terdiam, mencari alasan yang tepat. "Um ... gue .... " Haikal menautkan alisnya pertanda menunggu si cewek menuntaskan kalimatnya.

"Gue ... takut ga keterima di univ yang gue pengen, nih. Gue belum prepare sama sekali," lanjut Jovanka.

"Jangan takut, lah. Jangan sugesti juga .... Lo punya gue. Kalau mau, nanti gue ajarin lo deh biar lo bisa keterima," ucap Haikal mencoba menaikkan mood sahabatnya.

"Asli?! Baik banget sih lu, Kal. Lucky to have you," balas Jovanka antusias yang dibalas dengan senyuman yang sama oleh lelaki di hadapannya.

Bangsat. Lo gatau gue tadi ngelamunin apaan?

••♥••

Sudah memasuki bulan Juni dan Jovanka belum saja belajar. Padahal dia sudah beli banyak buku latihan soal SBM, tapi karena saking tebalnya tuh buku, dia jadi males ngebukanya. Until reach the day when her bestie— um crush called her up.

"Jovan, lu lagi di rumah, kan? Gue ke rumah lu ya?" tanya Haikal di seberang sana.

"Ngapain?"

"Bantu lo belajar, lah. Gimana, sih ... masa lupa."

"OHIYA!! Ya maaf, gue sibuk baca fanfic dari kemarin," balas Jovanka jujur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

At the Lowest Scale [ONESHOOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang